Waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, sudah waktunya bagi Zia untuk kembali ke rumah dan berkumpul bersama dengan keluarganya. Dia sudah merindukan ketiga keponakan balitanya yang menggemaskan. Rasanya sudah tidak sabar bertemu dengan mereka.
Zia segera keluar dari ruangannya menuju ke parkiran mobil. Dia tersenyum hangat kepada dokter maupun perawat yang berpapasan dengannya. Karena dengan begitu citranya sebagai direktur yang ramah tetap terjaga. Walau terkadang dia juga harus bersikap arogan kepada orang yang seenaknya sendiri agar tidak mudah di tindas.
Sesampainya diparkiran mobil, dia melihat salah satu Ban mobilnya kempes . Padahal tadi Ban mobilnya itu tidak apa-apa . Moodnya yang buruk semakin buruk setelah mendapat Kejadian ini .
"Sial ,Siapa yang sudah berani bermain-main denganku, lihat saja ."
Zia langsung mengambil ponselnya dan menghubungi pihak keamanan. Tak berapa lama beberapa orang keamanan rumah sakit sudah datang ke tempat parkir mobilnya .
Dia memberi perintah kepada mereka berdua untuk menyelidiki CCTV Siapa yang sudah mengempeskan mobilnya , meminta mereka untuk menghubungi servis mobil untuk mengganti ban mobilnya dengan yang baru.
Saat Zia sedang uring-uringan di tempat parkir dan sedang berusaha menghubungi seseorang, terlihat Abe menghampirinya dengan dengan jas dokter yang sudah tersampir di tangan kirinya.
"Dokter Zia, anda belum pulang?" tanya Abe menyapa
" Ah, iya dokter. Ini ada seseorang yang sepertinya sedang bermain-main denganku. Dan mengempesi ban mobilku." ujar Zia dengan wajah kesalnya.
"Oh, bagaimana kalau aku mengantarmu pulang. Karena ini sudah memasuki jam pulang kerja, mungkin orang tuamu atau saudaramu akan mengkhawatirkanmu jika kau tidak segera pulang. " tawar Abe.
Zia berfikir sejenak lalu mengangguk. Dia lalu mendekati kepala keamanan untuk menjaga mobilnya untuk melanjutkan tugasnya mengganti ban mobilnya sedangkan dia akan pulang dengan dokter Abe.
Setelah mengatakan itu, Zia segera mengikuti Abe dan masuk ke dalam mobilnya." Maaf jika mobilnya tidak semewah mobil anda, dokter Zia." ucap Abe sambil menyalakan mobilnya.
"Anda ini bicara apa dokter. " ujar Zia yang tak menggubris ucapan Abe, dia dengan santai duduk disamping kursi kemudi.
Mobil yang di kendarai Abe, berjalan membelah jalan kota sore menjelang malam itu. Suasana di mobil tampak sepi, hanya suara musik syahdu yang menemani perjalanan mereka. Baik Abe maupun Zia tidak ada yang angkat bicara, karena mereka tidak tahu apa yang harus dibicarakan.
"Dokter kita berhenti di masjid itu. " pinta Zia kepada Abe untuk menghentikan mobip mereka di sebuah masjid.
Abe pun menurutinya dan segera memarkirkan mobilnya di tempat yang sudah disediakan.
"Aku sholat dulu, karena waktu maghrib sangat singkat. " kata Zia, dia segera turun dari mobil dan berjalan memasuki area masjid.
"Wanita yang taat. " lirih Abe sambil memperhatikan Zia dari kaca spion.
Dia melihat Zia meninggalkan tas dengan beberapa barang yang ada didalamnya terlihat, karena mungkin Zia lupa menutup tasnya. Dia melihat ponsel Zia yang hampir jatuh, Abe mengambilnya dan hendak menyimpannya dengan benar. Tapi saat memegang ponsel itu, Tiba-tiba ponsel menyala karena ada pesan dari Ryder. Abe sama sekali tidak berniat untuk membuka pesan itu tapi lebih tertarik pada gambar wallpaper ponsel itu.
"Ya Tuhan dia benar-benar sembrono, ponselnya tidak di kunci. " gumamnya
Dia melihat wallpaper di layar utama ponsel Zia dan dia melihat seluruh keluarga Khan. Tampak sangat harmonis dengan kecantikan dan ketampanan yang tidak bisa dianggap sepele.
"Mungkin ini alasan ayah melarang ku mendekati wanita dari keluarga ini. " gumam Abe saat melihat semua wanita disana memakai hijab bahkan ada yang memakai cadar.
Abe segera mengembalikan ponsel Zia di tempatnya dan mulai memainkan ponselnya sendiri. Karena bosan di dalam mobil Abe memutuskan untuk keluar dan menikmati udara segar. Dia memperhatikan orang-orang yang keluar masuk masuk masjid untuk melakukan ibadah mereka sebagai umat muslim.
Matanya memicing saat melihat sosok wanita cantik yang baru keluar dari masjid dengan wajah terlihat berseri-seri. Entah apa yang membuat wajahnya jadi semakin berseri-seri seperti itu. Terlihat semakin cantik di matanya. Sejenak Abe menikmati kecantikan wajah dibalik hijab yang menutup nya.
"Ayo." ajak Zia yang sudah sampai di hadapannya.
Abe terkejut, lalu tersenyum. Dia segera mengikuti Zia menuju ke mobilnya.
"Sangat cantik dan anggun. " batin Abe.
Mereka berdua segera melanjutkan perjalanan menuju ke mansion utama keluarga Khan. Sesampainya di delan gerbang mansion mewah itu Abe berhenti.
"Aku antar sampai sini saja ya. " ujar nya karena merasa tidak enak dengan Zia.
"Tidak dokter Abe, kau harus masuk. Aku mengundang mu makan malam karena sudah mau mengantarkan aku pulang. Ayo. " ajak Zia yang tidak mau keluar dari mobil Abe.
Abe hanya bisa menghela nafasnya dan menuruti keinginan Zia. Dia lalu menjalankan mobilnya memasuki mansion mewah itu. Abe sangat mengagumi mansion mewah yang sudah kedua kalinya dia menginjakkan kakinya disana. Tapi dia bisa menyembunyikan ekspresinya kekagumannya itu.
Zia segera mengajak Abe masuk kedalam mansion, seperti biasa si kecil Mirza selalu menyambut kedatangan Auntynya dengan berlari da memeluk kakinya.
"Sayangnya Aunty. " Zia langsung menggendong tubuh kecil itu ke dalam gendongannya dan menciumi wajah menggemaskan itu.
Dia lalu mengajak Abe masuk ke dalam ruang keluarga, disana sudah ada mommy dan daddynya juga kedua saudaranya, dengan Aida yang memangku Musa.
"Dad, aku pulang membawa teman. " ucapnya saat memasuki ruang keluarga.
"Dokter Abe. " kata Elvan yang mengenali Abe.
Mereka lalu bersalaman satu sama lain. Murad dan Faza sangat terkejut karena tidak biasanya anaknya itu membawa seorang teman pulang, apalagi teman lelaki, hampir tidan pernah.
"Bagaimana kalian bisa bersama? " tanya Elvan.
"Tadi saat pulang aku melihat ban mobilku entah kempes entah bocor. Lalu aku meminta beberapa orang untuk memanggil jasa servis dan memeriksa CCTV siapa yang sudah berani bermain-main denganku. Akh benar-benar menyebalkan," Ucapnya dengan kesal dan merebahkan kepalanya di bahu sang daddy.
"Lalu? " tanya Murad.
"Dokter Abe menawarkan tumpangan mengantar ku pulang. Ya, aku terima daripada aku di rumah sakit nungguin tukang servis datang yang nggak tau datangnya kapan. Aku telpon Ryder juga nggak diangkat. " ujarnya menjelaskan.
"Aku mengajak dokter Abe masuk karena ingin mengajak makan malam bersama sebagai ungkapan terimakasih ku kepadanya. " kata Zia mengakhiri ceritanya.
Kini semua orang mengerti alasan Zia membawa pria masuk ke dalam mansion mereka.
"Jadi dad, aku akan perkenalkan siapa dokter Abe. Dokter Abe adalah dokter yang sudah bekerja sama dengan perusahaan kita. Kami kemarin baru menandatangani kontrak kerjasama. Dia adalah dokter sekaligus pengusaha farmasi. Namanya Abelard Joseph. "
Murad mengernyitkan keningnya saat mendengar nama yang di sebutkan oleh Elvan.
"Abelard Joseph, Abe. Aku sepertinya tidak asing dengan nama itu. " ujar Murad.
"Bagaimana bisa, ini kali pertama dia ke sini dad. " Sela Elvan.
"Tidak tuan El. ini adalah kali kedua saya kemari. Dulu saya kemari saat saya masih berusia sekitar lima atau enam tahun saya lupa. Dan saya datang kemari saat itu karena menghadiri pesta pernikahan Tuan Murad, Tuan Rayyan dan Nyonya Zoya. "
Semua orang terkejut mendengar penuturan Abe, bagaimana bisa dia mengenal ketiga pewaris keluarga Khan itu.
Murad tersenyum lalu tertawa dan menepuk bahu Abe dengan keras. "Rupanya kau sudah dewasa Abe. "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Sandisalbiah
hem..
2024-06-14
0
Rahma Inayah
abe jln yg akn km lalui tdk semulus jln tol.nnt byk rintangn dan pengorbanan...semoga km bs melalui nya
2024-01-08
1
Mefiani
rupanya ingatan abe tajam juga...kejadian udah puluhan tahun masih ingat...👍👍
2024-01-08
1