"Sha. Kamu udah sarapan belum?"
Pertanyaan tiba-tiba datang dari belakang, Myesha menoleh. Mendapati Faiq dengan keringat bercucuran. Tangannya juga kotor.
"Belum, kamu dari mana Mas? Kok kotor?"
"Tadi meriksa mesin, kayaknya harus ganti oli. Aku udah bawa ke bengkel. Nanti siang kita bisa pulang ke Metro, kamu sarapan dulu sana, mumpung Yuno ada yang jaga."
Myesha berdiri, mendekat ke arah Faiq. Tangannya meraih pipi Faiq yang terdapat noda hitam. Ia menghapus noda itu menggunakan tangan.
Sementara itu Faiq terkejut dengan perlakuan Myesha, pria itu fokus menatap gadis yang lebih pendek darinya itu. Jantungnya berdebar.
"Mas juga sarapan, cuci tangan dulu sana," kata Myesha sembari tersenyum.
Faiq memalingkan wajah, "iya."
Myesha beralih pada Nara, "titip Yuno bentar ya?"
"Iya, tenang aja."
Gadis itu mengikuti Faiq yang berjalan ke dapur. Mereka sarapan berdua. Bapak Faiq pagi buta sudah pergi ke toko, cukup repot mengurus beberapa toko material dan menjadi tuan tanah sekaligus.
"Ibu kemana, Mas?"
"Mereka di kebun belakang."
Nasi goreng habis sempurna, Myesha mencuci piring selepas makan sementara Faiq mandi.
Gadis itu memandang sekeliling. Rumah yang cukup besar hingga mampu menampung seluruh keluarga Faiq. Gadis itu pikir mungkin ini menjadi pertama dan terakhir ia mengunjungi rumah orang tua pria itu, serta merasakan memiliki keluarga lagi.
Nara mengembalikan Yuno ke Myesha, ada urusan penting katanya. Gadis itu membawa Yuno ke kamar sembari menimangnya.
Tiba-tiba Yuno menangis, Myesha melihat popoknya. Masih bersih.
"Kamu lapar? Uhh ... Pasti kamu lapar ya."
Faiq keluar dari kamar mandi dengan rambut basah, matanya bertatapan langsung dengan Myesha.
"Mas, bisa jaga Yuno bentar. Aku mau buatin susu."
Pria itu menaruh handuk di lehernya.
"Aku saja, sekalian ngambil HP yang ketinggalan di dapur."
Pintu tak ditutup setelah Faiq keluar, ia sempat berpapasan dengan ibu Faiq nomor satu yang hendak menemui Myesha.
Memeriksa kenapa cucunya bisa menangis kencang. Perempuan separuh baya itu masuk tanpa mengetuk pintu hingga membuat Myesha terperanjat kaget.
"Ibu," kata Myesha.
"Kenapa Yuno nangis?" tanyanya sembari duduk di samping Myesha yang sedang memangku Yuno.
"Lapar kayaknya, Mas Faiq lagi buatin susu."
Mendengar itu ibu Faiq mengerutkan kening sembari memandang Myesha.
"Loh jadi selama ini kamu sama sekali nggak ngasih ASI?" tanyanya.
"Emb ... anu Bu, ASI nya nggak keluar." Myesha mencoba menjelaskan.
Gadis itu bingung setiap kali mendapat pertanyaan seperti itu. Ia menggigit bibir bawah tanda gugup.
"Kalau pertama emang susah keluar, coba lagi."
"Iya, Bu. Nanti aku coba."
"Coba sekarang, ibu bantu."
Mata Myesha melotot, meneriakkan nama Faiq dalam hati supaya pria itu cepat kembali dan menolongnya dari situasi ini.
"Anu ... jangan. Itu ... pake susu formula aja."
"Gimanapun susu formula harus dibarengin ASI. Biar Yuno sehat. Coba sini ibu bantu angkat baju kamu."
Ibu Faiq menggangkat baju Myesha ke atas, tanpa canggung mengeluarkan sebelah kanan barang pusaka milik Myesha.
Gadis itu ingin menangis berteriak menghadapi situasi ini, tetapi sekuat tenaga ia berusaha menahannya. Merasakan sesuatu yang geli di sana ketika Yuno mencoba menyusu.
Tiba-tiba Faiq masuk dan mendapati pemandangan yang seharusnya tidak dia lihat, ia membeku sejenak sebelum memalingkan wajah. Ada botol susu di tangannya.
"Faiq, ini gimana ya, padahal punya Myesha besar tapi ASI nya sama sekali nggak mau keluar?" tanya Ibu Faiq yang melihat keanehan.
"Bu. Untuk sementara biar pake susu formula aja." Myesha menunduk, masih mencoba menahan geli di sana.
"Iya, Bu. Myesha benar." Faiq masih memalingkan wajah.
Ibu berdiri, "yaudah, kalian coba sendiri. Tapi usahain Yuno minum ASI, Ibu mau nyiapin bekal kalian dulu."
Wanita separuh baya itu keluar dari kamar, buru-buru Myesha melepas Yuno dari dirinya. Terasa nyeri dan sakit di sana.
Masih memalingkan wajah, Faiq menyodorkan susu botol. Myesha tak menerimanya, ia masih shock dengan kejadian barusan.
"Rasanya aku ingin mati saja," ucap gadis itu sembari membenarkan bajunya dengan lemas.
"Tahan, jangan mati. Kalau kamu mati nanti aku jadi duda satu anak tapi masih perjaka."
Seketika mereka menahan tawa.
.
.
.
Bersambung.
Kalo suka cerita ini jangan lupa like, komen, vote dan share. Makasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 158 Episodes
Comments
Akaasyah Katohirilqolbijamilidzohiri
jhahaha 🤣🤣
2024-04-21
0
Leni Mulyana
ngakak trus aku thor...
2023-12-07
0
Siti Saudah
ngakak parah/Facepalm//Facepalm//Facepalm//Curse/
2023-11-09
0