bab 16

Kehidupan yang tenang lebih menakutkan dari segala jenis kehidupan karena biasanya akan ada bahaya yang akan terjadi setelahnya, itulah yang selalu ada dalam pikiran Adelia.

Itu dulu, tapi sekarang Adelia hanya menikmati setiap detik kehidupan dan tetap hati hati karena ia tak mau nyawanya hilang lagi karena ia tau bagaimana sakitnya meregang nyawa.

Saat ini Adelia sedang berada di atas kereta dengan jendral Agra di sampingnya, tak ada yang memulai pembicaraan dalam kereta itu, hanya ada keheningan sehingga Adelia pun mengantuk.

"Tidurlah jika kamu mengantuk masih ada satu jam lagi untuk sampai ke istana kekaisaran." ucap Jendral Agra meletakkan kepala Adelia ke bahunya agar lebih nyaman dengan satu tangan memeluk tubuh Adelia dari samping.

Adelia hanya menurut dan mulai memejamkan mata.

'Aku tidak tau siapa musuh dan siapa teman sekarang, semua tampak abu abu dan ditambah aku juga tidak mendapatkan ingatan dari pemilik tubuh asli, tapi instingku selalu merasa ada yang mengawasi ku.' batin Adelia.

Nyatanya Adelia tak sedang tidur ia lagi memikirkan setiap orang yang ada di Istana Jendral dan siapa saja kemungkinan yang berniat jahat kepadanya.

Adelia yang asli pasti sudah mati sekarang dan kematian Adelia bukan hanya karna demam saja pasti ada racun atau sesuatu sehingga membuat Adelia meninggal.

Tapi meskipun begitu Adelia memilih diam dan melanjutkan kehidupan seperti biasa dan bertingkah menjadi istri yang baik serta tuan yang angkuh agar ia bisa melihat siapa sebenarnya musuh. Karena terus berfikir dan tak terasa Adelia pun tertidur.

Dan setelah satu jam akhirnya kereta mereka pun sampai di Istana kaisar dan kelap kelip lampu pun terlihat dari balik jendela kereta itu.

Adelia pun bangun karena kereta yang sudah berhenti ia sedikit menggeliat lalu menatap kearah Jendral yang sedari tadi menatapnya.

"Ini adalah hari pertama kamu datang ke istana kekaisaran dan mungkin banyak yang akan menatap tidak suka ke arahmu." ucap Jendral dengan nada serius sambil membetulkan letak jepit rambut Adelia.

Mata Adelia sedikit terpaku pada jendral yang tampak semakin tampan dengan wajah serius.

"Baiklah Suamiku." ucap Adelia sambil tersenyum menggoda.

"Tidak usah tersenyum seperti itu, kalau tidak aku tidak akan tahan untuk tidak menerkam mu disini." ucap Jendral Agra dengan suara rendah.

Adelia terkekeh mendengarnya.

Jendral turun dari kereta lalu ia membantu Adelia untuk turun dan hal itu di saksikan oleh banyak pasang mata.

"bukankah itu putri kerajaan Akris kan, kerajaan yang berhasil di jatuhkan Jendral, aku tak menyangka Jendral menikah dengan tahanan sendiri." terdengar suara yang tidak terlalu besar dari arah kerumunan orang itu.

"Iya, bukankah Jendral sendiri yang menghukum Kel..." ucapan itu dipotong oleh temannya.

"Hei! jangan bergosip juga, ayo masuk." Seorang pria berpakaian hijau tub tiba mengambil tangan gadis itu dan berlalu memasuki istana.

Adelia hanya tersenyum melihat hal itu tak ada perubahan yang signifikan diwajahnya saat mendengar orang orang membicarakan tentang tempat asalnya.

Jendral Agra mengeratkan genggaman tangan mereka dan berjalan memasuki Istana.

Seperti bulan yang berada di antara bintang bintang, seperti itulah Jendral Agra saat ini. Kehebatan dan ketampanan Jendral Agra membuat semua gadis menjadi ingin memilikinya, apalagi Jendral baru berhasil mengalahkan kerajaan Akris membuat orang orang menjadi semakin antusias.