5

ini sudah seminggu sejak Jimmy mengantarkan aku. tapi aku hanya sekali mendapat panggilan syuting sebagai figuran.

Jessy hampir setiap hari ia pergi. kadang ia tak kembali di hari yang sama. ia datang dengan membawakan aku makanan yang enak.

barang yang ia gunakan pun semua bermerk. bagaimana denganku?

tas saja kulit imitasi, sandal pergiku juga tak bermerek. bajuku semua buatan butik murah di pasaraya.

aku memandang langit - langit kost. semua warnanya putih, aku mencoba menjadi penjaga toko. tak ada yang mau menerima, mereka berfikir aku orang gila...

hanya karena aku minta libur saat aku syuting.

nampaknya aku lebih baik menyerah dah pulang ke kampung. malu disana lebih baik daripada aku untuk makan pun sudah tak ada biaya.

ponselku bergetar, aku melihat dari adikku.

"hallo adek.. gimana? ada apa?"

"kak... kakak kapan pulang? papa nunggu kakak, papa habis dari dokter. udah hampir seminggu papa engga enak badan. mama juga pergi ga tau kemana tiap siang. kalo mama pulang kami baru makan kak.....

adek telpon kakak juga utang pulsa sama om depan rumah. adek udah engga ada duit kak...papa juga engga sanggup beli obat kak... gimana kak? kakak udah dapet kerjaan?"

aku cuman diam! aku ngga sanggup berkata apapun. bagaimana aku pulang dengan tangan kosong.

aku kembali hanya akan menambah beban mereka. aku saja yang harus nya pergi agar mereka sedikit bisa mengirit pengeluaran untuk makan dan kebutuhanku.

"sabar ya dek, kakak.... kakak belum nerima gaji kakak.. kalo kakak udah nerima, kakak kirim ke adek ya... buat beli obat papa... oh iya dek, kakak tutup dulu ya.. ada boss kakak, adek baik disana ya.. jaga mama - papa.. kakak sayang adek... "

aku menahan air mataku.

"iya kak... kakak jaga diri ya... byee.... "

aku menutup mataku, meletakkan ponsel di sampingku. aku tak sanggup berkata, berfikir dan bernafas.

sesak dadaku, pusingdan berat kepalaku. apa aku harus kembali ke rumah Produksi itu. agar aku dapat mendapatkan uang.

tapi jika Jimmy ada disana bagaimana ??

kreeet....

"Cathrinee.... aku pulang..... " suara Jessy yang penuh energi.

ia datang dan membawa bungkusan makanan untukku. aku pun bangun dari kasur malasku.

"Jessy, kamu tu dari mana aja sih... aku tu sendiri dari kemarin.. Esyeh juga pergi pacaran mulu... " aku cemberut melihat Jessy.

"maaf maaf... aku kemarin ada pekerjaan jadi ga bilang kemana. ini aku bawain steak sama nasi... kan laper banget kamu. jadi aku beliin nasi sama steak tepung.. makan cepetan." ucap Jessy sambil membersihkan make up nya.

aku membukanya dan mencium harum aroma masakan. ya Allah ini enak sekali, air liurku mulai menetes dan bibirku mengecap.

"cuzzz Cath... jangan lama di pandang nanti dingin lho... "

aku segera mengambil sendok dan memakan nasi tersebut. aku sesekali memandang Jessy.

kami berasal dari daerah yang sama. oleh karena itu kami jarang memanggil lo dan gw. karena di daerah kami lebih ramah dengan dialog bahasa yang sopan.

"Cath... kamu udah pernah Casting ke rumah produksi sana.. " aku bertanya perlahan.

"maksud kamu apa sih?" jawab Jessy dengan ketus.

"ya tempat rumah produksi di Jalan permata. kamu kan kasi alamat kesana, kalo kamu sendiri gimana? udah pernah? "

Jessy diam sesaat. ia menghentikan tangannya yang sedang memegang kapas di wajah.

"gw casting kok. emang napa? lo kesana?" nada bicara Jessy jadi tidak enak.

"belum jess.. gw mau tau disana tu Casting nya gimana? ga yang aneh kan?"

Jessy memutar posisi duduknya dan berhadapan dengan ku. "kok pertanyaan lo gitu? disana itu engga ada apapun yang aneh. wajar dan sewajarnya tempat pembuatan film. atau lo jangan - jangan engga percaya sama gw?"

"Hah?! engga lah Jess... lo temen dan sahabat gw, mana mungkin Jess... gw sampe engga percaya sama lo... lo aja selalu baik sama gw. gw engga tau diri dong kalo sampe mikir gimana ke lo... " jawabku se keluarnya dari mulut.

aku yakin dengan penuh Jessy menyembunyikan sesuatu. ia pasti mengerti apa yang terjadi. tapi kenapa ia tega ingin menjerumuskanku?

"Cath .... gw minggu depan balik. lo mau ikut ga?" Jessy menyisir rambut pirang nya yang panjang.

"lo balik naik apa?" jawabku sambil menghabiskan nasi di hadapanku.

"pesawat lah, gw udah beli tiket. jadi tante gw yang bakalan jemput. nanti gw di anter ke bandara gitu. lo sekalian aja Cath, mumpung gratisan lho sekalian ke bandara."

"engga jess... kan gratisnya cuman sampe bandara. kalo gw balik, gw belum bisa bawa duit sedikit pun ... yang ada gw malah jadi nambah pikiran keluarga gw...." jawab ku.

"allah udahlah pake uang gw aja dulu.. gw pesenin aja ya, sini pinjem ID lo... " jessy langsung mengambil ponselnya.

"jangan Jess! engga usah dan gw engga mau... makasih gw bisa balik besok kalo udah pas waktunya aja. makasih banget Jessy, lo selalu baik sama gw... " jawabku sambil tersenyum.

"yaudah terserah Elooo... " Jessy menaruh ponselnya dan pergi ke kamar mandi dalam kamar mereka.

aku memandang diriku dari cermin. nampaknya aku seperti orang bodoh dan miskin. apa aku memang pantasnya jadi pengawalnya ?

********

"pak... biar saya jelaskan dan meluruskan apa yang salah. " Pak Lutfi berbicara dengan Jimmy.

"....... " Jimmy hanya diam dan memandang koran harian di hadapannya.

ia seperti pria kuno, yang lebih suka membaca media masa terbitan. kini teknologi modern, namun baginya ada sensasi berbeda ketika membaca di atas kertas.

"Pak.... Bapak...... " Pak Lutfi mencoba terus menyadarkan Jimmy. bahwa ada dirinya disana.

"hhmmmmm (suara Jimmy menghela nafas)"

"bapak bisa denger saya sebentar kan? maaf nih Pak... saya cuman butuh waktu bapak sebentar aja... " Pak Lutfi memelas kepada Jimmy.

"bicaralah... " ucap Jimmy sambil bersandar di kursi kerjanya yang nyaman.

"begini ceritanya Pak... sebenarnya saya itu engga mau nerima tu perempuan. dia itu ribet pak.. wajah dan badannya juga kurang menjual pak.... "

Jimmy memandang dalam dan tajam ke Pak Lutfi. ia tampak tak suka dengan lawan bicaranya.

"Tapi Ponakan sama pacar saya yang minta saya buat Casting dia pak. Jadi ya udah saya turutin aja Pak....

Kan lumayan kita sekalian mencoba lagi produksi film seperti dulu Pak.." Mata Pak Lutfi menjadi genit.

Yang di maksud adalah film yang tak lulus sensor. Dimana peredarannya juga dilarang oleh negara. Namun dari sana uang mengalir deras.

"Kalau begitu kenapa kamu tidak membuat Pacar kamu menjadi artisnya saja? Dan seingat saya kamu sudah punya istri. Masih engga cukup rupanya.. " Jimmy tersenyum sinis.

"Ya jangan Dong Pak... Gila aja saya nyuruh sayangku main film begitu... " Pak Lutfi naik darah.

"Kamu berani dengan saya?!"

"........ Maaaf... Maaf pak... Bukan maksud saya...." Pak Lutfi langsung berkeringat dingin.

"Satu hal yang saya tekankan ya! Saya sudah tidak mau menjadi sponsor untuk film genre begitu. Kalo kamu mau bikin silakan cari investor lain. Saya jenuh melihat perempuan yang polos menjadi korban. Walau memang mereka sadar sedang melakukan apa. Buat saya Cukup! Cukup saya melihat orang sampai mengakhiri hidupnya hanya karena hal macam itu.... "

Mereka saling sunyi, tak ada yang berani bersuara. Tak satupun..

"Paham? Kalau sudah selesai silakan kamu lanjutkan pekerjaan kamu." Ucap Jimmy

Pak Lutfi pun berdiri dan keluar dari ruangan Jimmy. Meninggal Jimmy sendiri dalam diam nya.

Jimmy merenungi, mengingat kejadian 3 tahun lalu. Bagaimana perempuan polos datang ke tempat tersebut.

"Maaf saya mira... Saya mau casting... " Ucap perempuan muda dengan senyum manis dan pipis bulat.

Jimmy yang masih memiliki cukup waktu sesekali menyaksikan pembuatan dan Casting film. Ia terpana melihat Mira, yang masih muda dan fresh.

Jimmy pun mendekatinya, dan mulai berbicara.

"Jadi kamu tinggal sendiri di sini?" Tanya Jimmy di sela Syuting iklan.

"Iya Mas... Anakku di kampung sana, ia tinggal sama ibukku.... " Jawab Mira sambil tersenyum.

Mata sendunya membius Jimmy. Nampaknya ia jatuh cinta pada Mira.

"Kamu udah punya anak ya.... Ohiya suami kamu engga papa kamu kerja begini?" Jimmy masih menggali informasi.

"Suami apa nya mas... Aku hamil ga ada suami... Hahaha... " Mira tertawa keras.

Jimmy malah malu dan ikut tertawa. Meski dalam hatinya ia binggung mengapa Mira malah tertawa.

"Engga ada mas yang mau sama aku.. Aku tuh cuman perempuan desa. Anak petani. Aku di jadikan 'madu' buat salah satu rentenir mas... Biar utang bapakku lunas dan aku dapet sawah."

"Terus mir? Kalo begitu kamu mapan dong disana... " Jimmy melipat kedua tangannya.

"Mapan gimana to mass.... Aku kalo mapan ga mungkin lah kerja begini... Rentenir itu ya cuman mau ambil enaknya. Sawah yang dia kasih itu bukan beneran. Bapak ku cuman ngerjain sama ambil hasil. Itu masih punya dia, mana abis gitu di jual lagi. Sepeserpun aku ga di kasih.... " Kedua mata Mira mulai memerah. Ia menahan air mata.

"Kamu perempuan kuat Mira... Kamu hebat... " Jimmy mencoba membesarkan hati Mira.

"Aku hamil sampai melahirkan pun, ia tak peduli mas. Sejak kejadian sawah itu bapakku sakit sampe meninggal. Pria sialan itu malah pergi mencari madu lain..... Memang br*ngs*k pria.. " Mira mengumpat ayah anaknya.

"Maaf ya Mira bukan aku bermaksud gimana ke kamu, atau membuat kamu sedih... " Jimmy merasa tidak enak hati.

Entah sejak saat itu mereka menjadi dekat. Banyak gosip yang mengatakan mereka berpacaran.

Banyak pula yang menjadi iri ke Mira. Wajahnya yang biasa malah bisa menarik hati Jimmy. Perempuan lain saja sampai operasi hidung tak sekali pun di lihatnya.

"Mira.... ini buat kamu... " Jimmy memberi sebuah kotak.

Mira mengambil dan membukanya. sebuah gelang emas dengan inisial M di tengahnya.

"mas ini buat apa?" mira menatap Jimmy.

"ini kado kecil buat kamu. biar kamu inget terus sama aku... hehe... " jawab Jimmy dengan santai.

"mas kamu kenapa to kok baik sama aku. kemarin kamu beli baju banyak buat anakku. sekarang aku dapet begini. kamu engga rugi? " mira merasa berat menerima pemberian tersebut.

ia memandang gelang tersebut dan tersenyum. tak memungkiri, hati kecil sebagai perempuan mana yang tak suka. apalagi benda berkilau berwarna emas.

"Engga Mira... apapun buat dirimu, yang penting aku bisa kasih. kecuali... pernikahan Mira..."

"apa mas? " mira kaget mendengar ucapan Jimmy.

"ya.. Pernikahan... orang tua ku pasti sudah menjodohkan aku. kalau pun tidak, aku tidak pernah berfikir soal pernikahan. aku lebih berpendapat kita nyaman bersama tanpa ikatan." Jimmy berbicara santai..

awalnya Mira tersenyum, namun ia menjadi diam.

"ada yang salah mira?" tanya Jimmy.

"Engga mas... cuman aku mungkin yang bawa perasaan sama khayalanku. aku sebenarnya pengen brenti mas kerja begini. walau cuman akting tapi aku engga nyaman. apalagi kalau anakku tau apa pekerjaanku..... aku ya sadar diri mas.. ndak mungkin kamu sama aku bisa jadi satu.. "

"mira.... please ! kalo kamu capek ya udah kamu brenti aja. aku bisa kok kasih kamu nafkah walau mungkin tidak bergelimang harta... anak pun kalau kamu mau kita tinggal bareng di apartemenku. aku selalu welcome Mira.... " Jimmy memegang tangan Mira.

"mas.... semua engga gampang mas.... semuanya itu ada yang harus aku lewati, ibu ku orang desa kuno. mana dia paham soal hidup bersama tanpa ikatan... " mira melepaskan tangan Jimmy.

"Mira... please Mira .... kita belum mencoba kan?" Jimmy masih kekeh untuk memaksa Mira tinggal bersama.

"mas, kita itu terlalu jauh mas.. kamu dan aku itu jaraknya kejauhan mas... lebih baik mulai sekarang kita mencoba menjaga hal itu mas.. aku juga mulai lelah menjawab pertanyaan soal hubungan kita." jawab Mira.

"mira.... kenapa dan apa yang terjadi?" Jimmy mencoba menyakinkan Mira.

"Engga papa Jimmy... suatu hari nanti kita memang harus berpisah Jim... entah karena keadaan atau nasib. lagipula aku kan penghibur Jim... sudahlah mari kita pulang.... "

..........

Jimmy membuka laci kerjanya. ia mengambil kotak berwarna merah tersebut. Jimmy membuka pita yang menutup kotak tersebut.

foto Mira, dan Foto mereka berdua dengan pakaian yang senada. banyak foto terdapat dalam kotak tersebut.

sepintas pasti siapa yang melihat akan mengetahui itu foto Prewedding. namun mereka tak pernah sekalipun menikah.

foto tersebut adalah keinginan terakhir Mira. sebelum sebuah kecelakaan terjadi yang merenggut nyawa Mira.

di paling bawah ada sebuah kertas kecil khas tulisan tangan. Jimmy mengambil dan membacanya. ia tersenyum dan sedikit tertawa.

tak lama ia membuka kotak itu. Jimmy merapikan dan mengikat lagi kotak tersebut. ia mengembalikan ke dalam laci kerjanya.

ia tersenyum dan mengehela nafas panjang.

"Pasti Mira... aku pasti akan bahagia. itulah janjiku kepadamu.... "

*********

Cathrine kembali menemani Jessy syuting. kali ini mereka syuting di arena bermain golf.

Cathrine mendapat peran sebagai pendamping pemeran utama. entah mengapa begitu mudahnya ia dapatkan.

Cathrine masih duduk bersama semua barang Jessy. ia menyangga kepalanya dan memandang Jessy dari jauh.

"lo kok beruntung mulu Jess... berapa coba bayaran lo.. gw begini aja udah seneng. dapet makan gratis.... " ucap Cathrine sendiri.

"jangan cuman puas jadi pembantu artis." suara pria yang Cathtine kenal.

Cathrine membalikan badannya. "hah??" ia kaget melihat Jimmy ada di lokasi.

Terpopuler

Comments

Eza Prasetya

Eza Prasetya

oke thor

2020-08-05

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!