"Terima kasih ya Jess... Temen lo ngebantu banget selama proses kita... Oh iya ini fee kalian." Adam memberikan beberapa lembar uang yang sudah di lipat ke Jessy.
"Lhoh.. Bukannya lewat agency gw ya?" Jessy binggung menatap Adam.
"Engga jes... Karena gw yang manggil lo berdua.. Ya gw langsung bayar, oh iya temen lo kayanya kesakitan. Beli obat memar deh ada salep nya di apotik tapi gw lupa.. " Adam menunjuk ku yang sedang memijit kaki sebelah kananku.
"Oh iya, kecelakaan kecil. Lagipula lo gimana sih, temen gw kan sakit.. Minta dia gulingan lagi... " Jessy merubah suaranya menjadi manja.
"Maaf ya Jess.... Besok engga kok, habis temen lo akting nya ga oke sih... Hehe... Jangan marah cantik... " Adam memegang tangan Jessy.
Aku mulai eneg dengan pria di samping jessy. Semua pasti engga jauh dari buaya. Menggoda, merayu hingga bersentuhan tangan. Apa memang aku yang kolot saat ini.?
Aku berdiri dan menyendiri dari mereka.
"Cath! Mau kemana?" Tanya jessy.
"Gw mau kesana, nyari minum.." Aku menjawab dan menjauh.
Aku berjalan hingga tiba di sebuah ruangan. Ruangan ini tertutup, namun di depannya ada kursi yang mirip sebuah sofa. Aku duduk dan meluruskan kaki ku.
Ahh... Nyamannya...
********
"Dia siapa? Apa tidak paham ini ruangan siapa?" Sesosok pria melihat kedatangan Cathrine dari dalam ruangan.
"Dia cuman figuran pak... Mungkin numpang duduk disana... Apa perlu saya usir saja?" Ucap pria yang ada di samping nya.
"Tak perlu... " Jawab pria tersebut.
Ia memperhatikan Cathrine dari dalam. Ia lalu ingat ketika datang sedang ada scene tabrakan dengan pemeran pengganti. Tapi terasa sengaja di lakukan sungguhan soal tabrakan itu.
"Pak.. Apa kita punya tromboGel? Atau semacam kompres memar?"
"Untuk apa Bapak Jimmy?" Tanya pria yang ada di sampingnya.
"Berikan saja pada wanita itu, dan beri dia makan yang lebih layak daripada yang sudah di sediakan." Pria tersebut tak acuh namun sesekali ia melihat Cathrine.
Wanita itu kesakitan tanpa ada yang peduli. Entah berapa honor yang ia terima sebagai figuran, namun bukan seperti itu seharusnya prosesn syuting.
"Setelah selesai, priksa apa ada yang luka dan potensi menjadi berbahaya untuk wanita itu. Saya pergi dulu."
Ya pria itu pergi dan membawa laptop kecil di dalam tas. Ia keluar dari ruangan dan berhenti di samping Cathrine.
Mereka saling berhadapan, sepertinya Cathrine kaget bahwa di dalam ternyata ada orang lain.
"Maaf ya pak.. Saya engga tahu kalo ada orang." Ucap Cathrine kepada si pria.
Namun dengan wajah sombong nya Jimmy pergi meninggalkan. Tanpa ada kata terucap dari mulut nya.
"Siapa sih, sombong amat. Cakep sih, tapi songgong!" Cathrine menggerutu.
Orang yang menemani pria itu menyusul keluar dan membawa sesuatu. Ia membawa bungkusan obat dan makanan yang Jimmy minta.
"Mbak.. Ini buat kamu.. " Ia memberikan bungkusan tersebut.
"Hah? Buat apa? Dari siapa ini?" Cathrine binggung dan takut bagaimana menerimanya.
"Dari boss kami yang tadi keluar. Dia liat anda jatuh tanpa di beri pertolongan. Maka ini buat anda, terimalah..."
Cathrine menerima dan membuka nya. Ada beberapa obat dan makanan untuk nya. Ia menelan ludah melihat makanan yang diberi.
Jelas ia amat lapar. Tak ada jatah makan untuknya, karena dari awal tak ada kuota makan untuknya.
"Terima kasih ya pak... Terima kasih sekali.." Wajah Cathrine sumringah.
Lelaki itu pun pergi dari hadapan Cathrine sambil tersenyum. Ia memperhatikan Cathrine sedang makan dengan lahapnya.
Lelaki itu pun tersenyum dan memotret Cathrine dari jauh. Ya sebagai bukti bahwa ia menjalankan tugasnya.
Dan betapa wanita tersebut amat bahagia menerima pemberian Jimmy.
*******
"Jess... Lo bisa dapet banyak Callingan tu gimana sih? Gw kok sepi sepi aja ya... " Cathrine memainkan ponselnya yang nampak sepi dari panggilan.
"Gw ga paham juga, cuman gw pernah casting sekali di daerah permata sana. Terus abis itu banyak yang Calling gw buat jadi figuran." Jawab Jessy sambil sibuk meluruskan rambutnya.
"Apa gw emang ga hoki ya jess.. Mendingan gw balik kampung. Tapi kasian mama, papa sama adek gw. Binggung jess... " Cathrine bangun dan duduk di atas tempat tidur.
Jessy merapikan catokan rambutnya. Ia lalu merapikan rambut dan bulu mata nya.
"Jangan Cath... Malu kali lo ninggalin kampung kok balik ga bawa apa - apa. Sabarlah dikit, jadi artis tu engga kaya masak mie instan. Lo harus membayar mahal buat semuanya... "
"Membayar mahal?? " Cathrine tak memahami apa yang di katakan Jessy.
"Iya Cath... Lihat gw tu modal total biar bisa lolos tiap casting. Coba deh ikutin insting lo. Atau gini deh, ada bilang ada Casting di permata. Di rumah produksi dia kerja.." Jessy mengambil pensil dan menulis diatas nota pembelian di supermarket.
"Nih.. " Ia memberikan ke Cathrine.
"Jalan Permata? Lo yakin ga masalah gw kesana tanpa ada panggilan Casting?" Cathrine ragu dengan hati nya.
"Udah capcus lah, gw juga kesana kok pas sama Renvie. Pasti bisa kaya gw banyak callingan... Yakin deh.....
Oh iya Cath gw tinggal ya, lo gausah nyuci baju gw. Gw laundry aja nanti, sayang tangan lo kalo jadi kasar.. Byee... " Jessy meninggalkan Cathrine, entah kemana ia akan pergi.
Memang sesekali Cathrine mencuci pakaian Jessy. Baginya kasihan sahabatnya itu, dan menganggap ucapan terima kasih karena sering memberi makanan dan meminjamkan uang kepadanya.
Cathrine memegang alamat yang di tuliskan Jessy. 'haruskah aku kesana? Apa seorang diri saja?'
Tak berapa lama ponselnya bergetar. Ada panggilan masuk dengan nama Mama.
"Hallo ma... Gimana?" Suara Cathrine lemas.
"Kamu ada duit engga? Mamah butuh duit ni, mau bayar arisan. Papa kamu belom di bayar tagihannya sama pabrik. Mama ga bisa bayar... Dikit kok cuman 300ribu... Sama... Kamu kalo ada duit mama minta 2 juta. Mama mau balikin duit ke Tante Lani.
Mama hutang dan bunga nya belom bayar.. "
"Mama utang buat apa sih? Aku ga ada kalo 2 juta... 300ribu aja aku ga ada. Kemarin dapet bayaran 250ribu, aku buat beli sabun mandi ama perlengkapan tinggal 200 ma... " Suara Cathrine dengan parau.
"Duh kamu yang pinter deh, cari kerja kek apa gitu disana. Kan kamu juga ga jelek - jelek amat. Susah nya apa sih buat cari duit. Kalo emang kamu ga bisa sukses dapet duit banyak, pulang sini kerja jadi babu!"
Dan panggilannya di putus.
Cathrine diam... Mematung dan berusaha untuk tidak menangis. Sudah biasa untuk nya menghadapi ibu yang seperti itu.
Tak berapa lama ada panggilan masuk dari papa nya.
"Halo papaa!!"
"Hallo anak papa, kamu sehat? Makan teratur kah? Dan bagaimana keadaanmu disana?"
"sehat pa... Makan juga teratur, masuk nasi kok pa.. Malah aku sekarang berat badannya turun, biar di kamera ga keliatan gede. Keadaanku baik pa.. Pelan - pelan ada jalan buat sukses pa.. Walau aku engga nonggol di tv, tapi aku suka bantu di lokasi pa... Jadi dapet tambahan dikit.. " Entah mengapa hatiku bahagia dengan mendengar suara papa.
"Syukurlah kalau kamu engga papa nak.. Hati - hati kalo naik bis ya, inget tempat kamu dimana. Jangan lupa ikut adat istiadat yang ada. Jangan seenak nya aja, sopan santun ya... Selalu jujur dan ingat sama Tuhan ya nak... Papa mau pergi ambil barang, besok kita sambung ya... "
"Iya pa... Papa hati - hati.. Kalo capek papa berhenti dulu ya. Kalo ada aku biasa papa kan aku temenin jadi gantian kalo naik motor. Pokoknya papa harus sehat ya... "
"Iya nak.. Papa janji... "
Aku menutup panggilanku. Aku meneteskan air mata. Harusnya aku bahagia, karena aku masih punya papa. Dia begitu mengerti aku, tak banyak menuntutku.
Bukan soal mengapa aku harus membantu mereka mencari uang. Tapi aku juga ingin kuliah. Mimpiku simple, kuliah kemudian lulus dan kerja di kantor yang biasa aja. Dapet penghasilan pasti dalam sebulan, aku cuman pengen seperti itu.
********
Seminggu setelah kejadian tabrakan dalam scene ku. Aku kembali menemani Jessy syuting. Kali ini ia mendapat peran dengan dialog yang lumayan panjang untuk sebuah film yang langsung selesai.
Lagi... Aku duduk menyendiri di pojok bersama figuran lain. Tak banyak yang mengajakku berbicara. Sepertinya senioritas dan rasa persaingan yang membuat mereka enggan berkenalan.
Aku tetap cuek dan memasang headset di telingaku. Memutar musik lagu favorit dari ponselku. Aku memilih diam dan menikmati kesendirian.
Aku memperhatikan Jessy yang sedang beradu akting dengan pemeran utama. Aku mungkin sudah nasib nya menjadi assistant dia.
Setelah selesai take, jessy duduk di sampingku. Ia mengeluarkan kipas dan bedak compact dari tas nya. Ia terlihat berkeringat dan sangat sibuk.
Aku membantu nya dengan memegang kipas. Namun Jessy mengernyitkan dahi nya. Telapak tangan Jessy memberi kode untuk aku mengipasi nya.
Aku mengangguk dan tersenyum. Aku membantu mengipasi dirinya. Ia seperti bintang besar dan aku upik abu nya. Tak masalah buatku, namanya saja sahabat ya aku harus menolong dia.
"Udah Cath... Udah, nanti gw masuk angin."
"Okai Jess.. Kalo lo panas bilang aja, gw kipasin lo dengan senang hati... "
"Heem... " Jessy hanya menggumam dan bermain ponsel.
Rasanya begitu kikuk dan aneh aku di sampingnya. 'Lebih baik aku berjalan - jalan deh. Jessy juga sepertinya sedang sibuk.'
"Jess, gw ke kamar mandi dulu ya.."
"Ok.. Jangan lupa balik sini ya.. " Jessy melambaikan tangan seperti mengusirku.
Aku lihat setelah aku pergi sutradara menghampiri Jessy. Mereka duduk bersama dan bercanda.
'Sejak kapan mereka saling kenal?' Tanyaku dalam hati.
Duk!! (Aku menabrak sesuatu).
"Eh, maaf saya engga lihat... Maaf ya kak... " Aku berusaha meminta maaf dan tidak membuat masalah di lokasi syuting.
Ternyata dia pria yang kemarin memberi aku obat dan makanan. Tapi pakaiannya kenapa begitu santai dengan jaket hodie.
"Ha.... " Dia hanya bergumam.
"Maaf ya kak, oh iya kamu kemarin yang ngasih obat kan? Terima kasih ya kak, berkat anda luka saya cepat sembuh. Ini saya bisa bergerak bebas. Oh iya, sering disini kak? Apa casting atau syuting?" Aku mencoba untuk bersikap ramah.
"...... " Dia hanya menatapku tajam tanpa berbicara. Ia langsung pergi meninggalkanku.
"Apa ada yang salah ya... Hahh.. " Aku menempelkan telapak tangan di depan mulutku.
"Mulut gw engga bau.. Kaki gw juga engga bau... Apa yang salah ya?"
Aku pun lanjut berjalan di sekitar lokasi. Hingga aku bertemu dengan Adam yang sedang merokok di area lain.
"Mas.. Disini?" Aku mendekati Adam.
"Eh lo temen Jess kan? Sini deh.. Mau rokok?" Adam menawariku sepuntung rokok.
"Engga makasih mas... Cuman mau duduk aja... " Aku pun duduk di samping kiri Adam.
"Jessy sama Pak Gendut (julukan sutradara) ya?" Wajah Adam terlihat tidak suka.
"Iya, daripada gw ganggu jadi gw jalan aja. Mereka ngobrol serius kayanya, gw jadi engga enak... " Aku memainkan kakiku dengan menendang tanah di bawah.
"Serius apa... Paling soal peran doang, gimana dapet peran utama... " Adam menghela nafas.
"Mas kenapa? Maaf sebelum nya, sepertinya kurang suka dengan mereka."
"Hmm... Lo bakalan tau kok. Semoga jess masih inget pesen gw. Jangan sampe dia kaya yang udah - udah. Gw gerah liat perempuan cuman di buat mainan sama tu orang."
Seorang penjual mie ayam mengantar pesanan Adam.
"Bang 1 lagi ya, sama teh manis dingin. " Adam berbicara dengan penjual mie tersebut.
"Siap bang.. "
Tak sampai 10 menit mie pun datang. Ia menaruh di hadapanku.
"Makan Cath, gw tau lo ga dapet nasi box kan, ni engga seberapa sih cuman bisa buat lo ganjel." Adam berbicara sambil menyumpit mie nya.
"Makasih ya Mas. Ini lebih dari cukup, gw laper banget. Makasih ya mas... Gw makan ya.. "
Ya aku menutup sore ku dengan semangkuk mie. Hingga menunggu petang tiba untuk pulang ke kost bersama Jessy..
Kali ini tak ada peran pembantu tambahan buatku. Tapi tak masalah, perutku sudah terisi mie ayam yang Adam berikan.
saat aku sedang membantu Jessy merapikan barang bawaannya. sutradara menghampiri kami,
"Cantik, kita makan dulu ya."
"eh Mas, boleh dong. ajak teman aku juga ya, dia sahabatku. namanya Cathrine."
sutradara melihatku dengan mata nakal nya. ia melihat dari ujung kepala hingga telapak kaki ku.
"hmm... kalau sama dia, besok saja ya. aku jadi malas mau pergi." kalimat Pak Sutradara menusuk hati Cathrine.
"maaf Bapak Sutradara terhormat. apa saya serendah itu kah saya? sampai membuat bapak engga pergi dengan saya?" aku berusaha menahan emosiku.
"mas.. jangan gitu dia temanku, sejak pertama aku bersama dia terus." Jessy menggandeng tanganku.
"kamu tu cantik, teman kamu itu yang tidak menarik. makanya aku malas mau ngajak pergi. sudahlah, lain hari saja perginya.... " sutradara pergi meninggalkan kami.
"Jess.. harusnya kamu tu pergi aja.. sayang banget jes, siapa tahu ada projek film buat kamu. aku sih gampang jes.. " aku berbicara dengan dialog asal kami.
"engga Cath, kan aku dateng sama kamu. pulang nya ya harus sama kamu.. udah yuk, keburu bis nya abis.. "
kami pun meninggalkan lokasi syuting. aku memandang wajah Jessy selama perjalanan. wajahnya cantik bak model luar negeri. hidung mancung, langsing dan tinggi proporsinya. pantas saja jika banyak pria yang jatuh hati kepadanya..
aku melihat dari kaca bis. bagaimana penampilanku, aku dengan jeans hitam. baju ku hanya kaos yang di tutup dengan cardingan hitam. rambutku hitam kecoklatan karena alat pelurus rambut.
wajahku, sulit orang menentukan. wajah asia atau oriental...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Eza Prasetya
oke kak lie👍👍
2020-07-22
1