CARAMU MENCINTAIKU

CARAMU MENCINTAIKU

1

Pagi ini aku membuka mataku. Kepalaku terasa berat, seperti aku abis menangis semalam.

Aku berusaha untuk bangun, di sampingku ada Esyeh. Wanita keturunan murni yang amat fasih berbahasa mandarin.

Ia tidur begitu terlelap. Sesekali kudengar dengkuran kerasnya. Aku duduk dan mulai memejamkan mataku.

Aku berdoa kepada Allah dan semesta. Agar hari ini ada rumah produksi yang mau menerimaku. Agar aku bisa membantu biaya pengobatan dan membayar hutang orang tuaku.

"Lhoh Cath, kok udah bangun?" Esyeh menyapaku. Tepat setelah aku berdoa.

"Pagi cik.. Iya aku pagi bangun, biar rejeki kita ga di ambil sama ayam." Aku mulai merenggangkan otot lenganku.

"Gila cicik capek banget lhoh. Semalem syuting jadi extras (penonton numpang lewat), balik jam 4. Kamu malah udah bangun.. " Esyeh masih berbaring dan mengambil ponselnya.

Ia pun memain kan ponselnya. Aku sibuk memilih baju dari dalam tas jinjingku. Akumengambil dompet dan membuka.

Bagaikan mengupas bawang merah. Rasanya sedih, hanya ada 2 lembar uang pecahan 50rb rupiah. Aku harus berhemat sampai akhir minggu.

Aku harus berangkat casting hari ini. Aku memilih pakaian yang terbilang sopan.

Dari undangan yang aku terima, mereka butuh peran anak kuliah. Dengan wajah yang campuran dan tinggi 155cm. Aku rasa, aku memenuhi segala persyaratannya.

Aku berdiri dan bergegas mandi. Esyeh masih sibuk dengan ponselnya. Ia berbicara dengan bahasa mandarin dan indonesia. Entah apa yang dia katakan, namun suaranya keras sekali. Mana mungkin tak seorangpun mendengar, bagaimana dia berbicara dengan lantang.

Aku keluar dari kamar dan menuju kamar mandi umum kami. Aku tinggal di kost yang lumayan. Hanya ada 2 kamar kost. Tante kost dan keluarganya di ruang atas. Jadi area bawah ini bisa untuk kami.

Kamar satunya di huni temanku jessie. Ia sangat Cantik, tinggi, putih dan rambut berwarna coklat alami. Jika aku casting dengan dia, aku bagai asistant seorang artis. Aura kecantikannya itu bisa membius siapa saja.

Sebenar nya, aku masuk dalam 1 management artis. Namun mereka tak begitu memperdulikan kami. Casting pun kami dapat dari sesama anak di kamp.

Kami harus bayar sewa kamp yang lumayan mahal. Dengan tidur alakadarnya, saling berbagi semuanya. Aku pernah mencoba sebulan pertama. Namun....

Aku kehilangan uang ku, dan aku juga tidur dengan tidak layak. Makanya aku memutuskan menabung dari syuting kecil ku untuk kost.

Ada satu mimpi di khayalanku. Aku bukan menjadi artis tetapi menjadi orang yang penting dan membuat orang tuaku bangga.

Mimpi dari orang daerah untuk mengadu nasib di kota.

******

"Cath, jadi pergi kan? Renvi aku minta jemput kita aja. Kamu bawa foto sama make up kan?" Jessie telah bersiap dengan segalanya.

"Sudah jes... Oh iya, yakin kita engga bayar apa - apa? Masak aku numpang gitu aja. Dia kan pacar kamu, bawa mobil juga. Aku naik angkot aja deh.. " Aku memegang erat tas jinjingku.

"Cath.. Kamu kan paham, aku engga pernah jadian sama dia. Dia aja yang geer. Lagipula.. Buat apa juga pacaran? Ribet Cath.. " Jessie merapikan poni tipis di dahi nya.

Aku hanya mengangguk. Tak berapa lama Renvi datang. Ia membawa mobil yang cukup banyak di produksi di kota ini. Dengan warna merah yang menurutku agak kurang oke.

Tapi sudahlah... Aku juga menumpang.

Kami pun mulai perjalanan kami. Tapi aku merasakan jika Renvi kurang suka dengan adanya aku.

Ia diam dan melirik dengan tajam ke arah ku.

Sepanjang perjalanan pun mereka tak mengajak ku berbicara. Mungkin jika dua orang berkumpul, yang ketika adalah nyamuk. Itulah aku...

"Jes... Nanti jadi ke rumahku dulu kan? Mama mau ketemu kamu, aku cerita lagi pergi sm kamu... Calon artis terkenal. " Renvi memandang Jessie.

"Hah? Aduh aku lupa.. Tapi sama Cathrine ya, engga bisa dong gw ninggalin dia gitu aja.." Jessie memasang wajah binggung.

"Aduh... Malah ngajakin temen... " Suara Renvi perlahan, aku bisa mendengar jelas.

"Sudahlah, aku janjian sama temen aku kok. Nanti dia jemput aku... " Aku menyudahi perdebatan mereka.

Sebenarnya aku punya sahabat Gerald. Namun dia juga akan menikah. Tak mungkin aku merepotkan dia. Sudahlah, naik bis pun aku masih bisa. Aku pernah pulang sendiri naik bis dan angkot.

Waktu itu, aku di usir dari tempat syuting. Gara - gara aku terlambat datang dan aku pergi casting ke tempat lain. Padahal waktu itu aku dapat peran dengan dialog.

Dimana artinya aku akan dapat upah lumayan. Aku dan jessie malah kabur casting ke area sekitar lokasi syuting ku.

Hasilnya?

Nol besar .....

Tak ada agency yang menggontak kami...

Kami hampir putus asa...

Bagaimana aku kembali ke kampung halamanku. Sedangkan hutang orang tuaku amat banyak.

Aku anak pertama mereka, masih ada adik ku yang harus kubiayai sekolahnya...

*********

Siang itu aku menegak minuman beralkohol sendiri di kamar kostku. Aku sengaja pindah ke kamar lain, suara Esyeh membuatku pening.

Suara keras nya bak pengeras suara yang entah mengapa tak bisa ia berbicara pelan. Walau sedikit saja, suaranya begitu nyaring..

Jessy sedang pergi untuk callingan syuting. Hanyalah aku sendiri ditemani minuman ini dan sebatang rokok.

Aku membuka dompet, berapa uang yang masih kupunya. Aku belum mengisi perutku dengan makanan berat dari semalam. Padahal saat ini sudah pukul 2 siang.

Sarapanku jessy memberi sepotong roti gandum nya. Siang ini aku harus memakan sesuatu, setidaknya sehari makan sudah cukuplah.

"Mak!! Tinggal 20 ribu? Aku makan apa ini? Besok makan apapula aku. Air minum saja habis, ya Allah..... " Aku lemas tertunduk memandang lantai kamar ku.

Aku mencoba menghubungi orang tuaku. Semoga mereka masih bisa memberiku sedikit uang, setidaknya seminggu ini. Aku butuh untuk casting dan makan ku.

"Hallo... Mama...?"

"Iya Cath, kenapa? Kamu engga ada callingan syuting? Kok masih bisa telpon mama? Terus, udah masuk di film apa? Gimana disana?"

Haruskan aku jujur kalo anak nya ini gagal?

"Ma... Cath lagi ga ada panggilan. Uang Cath juga habis ma, mama bisa kirim ? Nanti Cath ganti anggep aja cath hutang sama mama, Cath butuh ma... "

"Kamu emang syuting dari kemarin engga di bayar? Uang nya kemana? Kamu boros pasti disana. Makanya nabung Cath. Kamu tu mama kasi tahu, papa mama tu udah ga punya uang. Adek kamu sekolah aja belum bayar, kok kamu pede banget mau minta uang sama mama.!! "

"Ma... Cath belom makan ma.... Uangku abis buat naik metromini, naik bis umum sama buat makan ma... Aku makan aja cuman 2x ma sehari... Honorku aja cuman 30rb ma.. Seminggu Cath dapet cuman 150rb, kerja pagi ke pagi ma..."

"Ya udah! Kamu pulang aja sini. Bantu orang tua kek, kerja apa lah kamu. Bikin malu aja orang tua. Mama tu cerita ke orang - orang kamu ke sana jadi Artis. Bikin malu aja. Gausah kamu pulang kalo engga sukses bawa duit!!"

Telponku di putus mama. Nampak nya aku harus puasa untuk saat ini.

Aku meraba telingaku, tanganku berhenti di anting - anting yang aku pakai. Terbesit, bagaimana jika aku jual saja. Lumayan untuk bayar kost, makan dan ongkos castingku.

"Baiklah aku tunggu Jessy. Kalo udah balik cuss ke toko emas. Aku bisa bayar hutang air minum ke dia... "

Aku menunggu jessy sambil menonton tv. Acara yang lucu sampai sinetron yang membuatku ngantuk. Entah lapar yang membuatku mengantuk, atau ini memang jam untuk tidur.

Pukul 6 sore hari.....

Jessy masuk ke kamar, ia melihat Cathrine tertidur dengan meringkuk. Disamping nya ada ponsel nya menemani. Jessy melihat tempat sampah, tak ada bekas makanan. Sepertinya sahabat nya ini belum makan apapun.

Untung ia membawa bungkusan besar makanan. Ia pun meletakkan tas dan membangunkan Cathrine.

"Cath .... Bangun.... Cath.... "

Cathrine mencoba membuka matanya. Perutnya kosong membuatnya lemas. Tak ada energi sama sekali untuk membuka mata nya.

"jessy.... lo udah balik? "

"Cath.. lo tidur dari kapan? ni gw bawain ayam penyet kesenengan lo.. yok kita makan barengan.. "

"waaaa!!! jesss makasih ya.. gw belom makan dari siang ni.. " ups kenapa aku malah jujur. malu diriku kepada jessy...

"terus? lo ngga makan? ato duit lo abis? gw bisa minjemin kali ... jangan sampe lo engga makan, kalo lo sakit gimana? dokter tu mahal disini. lo harus sehat Cathrine! "

aku hanya diam memandang ayam yang masih dalam bungkusan rapi.

"cath!! lo denger engga sih?"

"hah?! iya Jess.. gw cuman sungkan kalo pinjem lo. air minum cuman 10rb aja gw belom bayar jess.. masak gw nambah sih, hehe.... jess.. makan yuk gw laper banget ni... "

"yaudah ayok kita makan... lo harus kenyang makan ini pokok nya. besok nyiapin diri, ni gw ada info casting. besok kita ngebis aja ya... renvie ga bisa nganter kita.. " jessy membuka bungkusan nya dan milik Cathrine.

"jess.. bukannya Renvie engga suka kalo lo casting ngajakim gw? dan dia kan engga suka temen lo ngikut kalo kalian pergi. even itu Casting juga... "

"iya, itu sifat yang gw ga cocok. dia ga mau nolong orang. engga mau kalo orang tu sukses daripada dia. dan dia juga posesif, ini yang gw benci dari dia. mending gw pergi sama Adam... "

aku terdiam sebentar. "Adam itu siapa jess? "

"eh gw belom cerita ya? Adam itu cowok yang aku kenal dari stasiun BCD. pas aku syuting kemarin, wajahnya kaya orang timur tengah gitu. tapi gw sih ngga mikir mau lebih dari patner aja... "

aku makan dengan lahap, sampai nasi yang aku makan tinggal sedikit. Jessy geleng - geleng melihatku.

"pelan aja Cath.. nanti keselek lo susah napass... ha... haa... "

ya, saat ini jessy yang paling mengertiku. ia sekampung denganku, namun kami sama bertemu di panggung ajang pemilihan bintang. dia memiliki aura bintang besar.

bagaimana denganku?

ya begini aja, engga banyak PH melirik ku. wajahku memang tidak oriental, tapi juga bukan wajah indonesia. bagi mereka sulit mencari peran buatku.

jessy hampir setiap hari mendapat panggilan untuk menjadi figuran. sedangkan aku? pengekor buat orang di lokasi. kemana jessy pergi aku selalu ada.

pernah suatu saat aku di tinggal disalah satu sudut lokasi. aku melihat Jessy dari jauh sedang berdialog. disampingku ada barang - barang Jessy.

"mbak! kamu tu Assiten mbak yang disana ya? yang kaya bule itu?" tanya seorang team dari film tersebut.

"engga mas.. aku temennya, tapi aku ga ada kerjaan di kost jadi aku ikut. siapa tau butuh tambahan orang gitu mas... hehee... hehee... "

orang itu mengamatiku dengan mimik wajah tertawa. "mbak.. disini tuh pake fullus kalo mau masuk. temen mu aja yang hoki bisa masuk tanpa di kencani sama sutradara."

"ah masak sih mas?" aku seperti salah mendengar perkataan orang tersebut.

"kamu liat mbak disana? yang duduk dan mendekati sutradara."

"iya mas.. seumuran ku, eh lebih muda sepertinya. "

"nah!! dia itu tiap syuting pasti di panggil. soalnya dia itu juga nemeni sutradara kalo abis syuting. sayang dia ga paham masa depannya mau jadi apa."

"mending sama gw ya cuy.. jelek gini tapi setia.. " saut salah satu dari orang yang memegang kabel roll disamping Cathrine.

"industri begini tu juga ada permainan kotor ya mas.... " aku berbicara klise.

"jangan munafik mbak, ini hal wajar. semua mau jadi artis. tapi ga semua punya hoki dan jalan kaya temen mbak. jadi mbak cari aja kerjaan lain.... "

aku diam dan menunduk, haruskah aku menjual diri seperti anak itu. agar aku dapat uang, setidaknya mengganti apa yang dihabiskan orangtuaku...?

"mbak!! kamu bisa jadi figuran disana? jadi baby sitter yang dorong kereta tapi nanti pura - pura jatuh." astrada (asisten sutradara) mendekatiku.

"bisa mbak!! bisa banget.!!" wajahku semangat energiku full seperti battere yang habis di ini.

"yaudah sana ke bagian wardrobe bilang kamu jadi Asih. baju nya cukup kalo kamu kok."

"siap Mbak! makasih ya mbak...!!"

aku langsung ke bagian wardrobe. aku bahagia sekali dan mendengar arahan dari Astrada soal akting ku. aku harus berusaha maksimal!!

yang terpenting setidaknya ada 50 - 100rb uang yang aku bisa terima.

......

"take 23...." ucap pembawa Clipper

"camera... roll.... Action!" sutradara berteriak.

"aaargh!!!! Adekkk!!!!" kereta bayi nya tertabrak dan Cathrine terbanting sambil membawa boneka bayi.

"CUT!!!!!!"

aku berusaha berdiri, tak ada busa untukku membanting badan. aku memberi boneka ke salah seorang kru.

"take ulang! lo kebanting nya lebih sakit lagi lah, dramatisir seakan lo bakalan mati gitu lho. bisa kan?" ucap sutradara kepadaku.

"bisa pak... bisa banget... " aku cemberut mengambil kembali boneka itu. kereta bayi pun di setting ulang.

"take 24!" clipper sudah dipasang.

"Action!"

aku berjalan santai, namun mobil melaju kencang. langsung ku ambil boneka dari kereta. mobil di arahkan mendekatiku, namun aneh seperti sengaja aku langsung terbanting dan bergulung di tanah.

sakit sekali badanku, seperti benar bahwa aku di tabrak. tanganku sepertinya terkilir, aku mencoba berdiri dan menata pakaianku yang tergulung sedikit.

"bagus! ini nyata, great! ayo scene berikut." kru langsung pergi meninggalkan ku.

"sakit mbak?" astrada menghampiriku.

"lumayan mbak, habis ini saya scene di rs terus selesai?"

"iya mbak, ayo siap2 di lokasi... " aku pun di antar ke lokasi berikut nya.

untung kali ini aku hanya menunggu di depan ruang RS. dahi ku di pasang plester yang sudah diberi darah palsu. biar efek nya nyata.

tapi yang sungguh nyata kakiku sakit dan sedikit luka. tapi aku tak boleh mengeluh, aku bisa satu langkah dapet scene sudah hal yang membanggakan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!