Bab 14. Malam Yang Seharusnya 1

Baskoro pun menunggu Asti di ruang tamu. Ia sudah siap dengan pakaian formal-nya. Jam tangan classic yang menghiasi pergelangan tangan lelaki yang baru saja berusia 55 tahunan itu, membuatnya menambah karisma dan gaya maskulinnya. Sepatu pantofel yang bermerek berwarna hitam yang menghiasi kedua pasang kakinya. Benar-benar membuatnya terlihat mewah.

Terlihat Asti yang berjalan dari arah kamarnya menuju ruang tamu. Baskoro bukannya terpana, namun terlintas dalam pikirannya untuk mengubah Asti menjadi Cinderella semalam. Asti menengadahkan wajahnya menatap ke arah Baskoro, lalu Baskoro pun berdiri dari duduknya dan menyambut Asti.

"Maaf, Tuan. Saya tidak punya baju bagus selain baju ini," ucap Asti sembari menundukkan wajahnya malu.

"Tidak masalah, Asti. Kita akan pergi mempermak dirimu. Ayo, pegang tanganku. Dan kumohon kali ini jangan panggil aku sebutan tuan lagi, kamu paham?" Baskoro pun menyambut tangan Asti dengan lembut.

Asti menganggukkan kepalanya pasti, walaupun hatinya berdebar. Bohong saja kalau tidak berdebar walaupun sudah berapa kali beraktivitas bersama.

Mereka berdua berjalan ke garasi bersama. Baskoro pun membukakan pintu mobil layaknya pria yang biasanya di novel romantis atau film romantis, atau apalah itu. Ia memperlakukan Asti layaknya Andini dulu. Padahal Asti hanya seorang pelayan di rumah itu.

Bagaimana dengan perasaan Asti? Seperti layaknya perempuan yang diperlakukan manis dan manja oleh kekasihnya, seperti itulah perasaan Asti sekarang. Seakan dirinya lupa kalau dirinya hanya seorang pelayan walaupun terkadang tetap terbesit hatinya mengingatkan dirinya adalah seorang pelayan.

Di dalam mobil, Baskoro tak melepaskan tangan Asti dalam sejenak saja. Ia tetap menggenggam tangan Asti dengan erat. Sebenarnya Asti merasa sangat risih, namun apalah dayanya.

"Em, kita mau ke mana?" ujar Asti canggung

"Apa kamu masih canggung kalau memanggilku dengan panggilan 'sayang' walaupun hanya ada kita berdua?" tanya Baskoro yang masih mengemudi dengan fokus.

"Emmm," Asti tetap saja canggung. Ia membuang wajahnya ke arah jendela.

"Kita akan ke salon langgananku. Tak perlu takut. Aku sudah berjanji padamu kalau aku akan serius sama kamu, tapi dengan satu syarat aku tidak bisa menceraikan Andini," ujar Baskoro memberitahu.

Asti tetap tak ingin menjawab apapun. Ia hanya mendengarkan dengan seksama bersama musik yang menemani mereka.

Ku mencintaimu lebih dari apapun,

Meskipun tiada satu orang pun yang tau

Lagu yang sangat relatable dengan kondisi Asti saat ini. Simpanan tak lebih dari kekasih gelap. Asti kembali memalingkan wajahnya menghadap ke arah Baskoro. Begitupun Baskoro. Mungkin hampir 2 detik mereka bertukar pandangan, karena Baskoro juga harus kembali fokus mengemudi.

"Jangan takut, dan tak perlu khawatir. Ok," ucap Baskoro kemudian.

Mobil berjalan dengan lancar tanpa kemacetan di mana-mana, meluncur ke salon yang dimaksudkan oleh Baskoro untuk memoles penampilan Asti.

Sedangkan di Villa, Andini pun bersiap untuk pergi ke bar bersama dengan teman-temannya. Ia menggunakan baju yang agak tertutup di tubuhnya, namun tak sengaja Jenny melihat penampilan Andini yang cocok digunakan ke acara pengambilan rapot anak.

"Din? Kamu yakin pake baju kaya gini? Heh gak ada orang yang bakalan lirik kamu, Din. Lagian kamu kan jauh sama Baskoro gak papa kali," celetuk Jenny.

"Aku kan gak tau agenda kita ada ke bar segala. Ya aku gak bawalah, Jen, baju yang kek gitu. maksudku yang khusus seperti itu," jawab Andini sembari nyengir.

"Ya udah kalo gitu, pakai baju aku aja. Bentar ya, aku pilihkan dan bawa yang sangat cocok untukmu," ujar Jenny lagi. Ia terus kabur, langsung menuju ke kamarnya.

"Ckck, Jen, Jen. Kamu pikir kita ini masa-masa SMA apa?" gerutu Andini sembari tertawa kecil.

Belum ada 5 menit, Jenny kembali masuk ke dalam kamar Andini. Ia memamerkan dress yang harus dipakai Andini.

"Ini bakalan cocok buat kamu, Din!" ujar Jenny sembari menyodorkan dress yang harus dicoba oleh Andini.

"Yang benar saja?!"

"Udah cepat! Kami mau lihat penampilanmu malam ini!"

Jenny mendorong tubuh Andini untuk memasuki kamar mandi.

Tak lama kemudian, Andini keluar dengan dress itu, dan benar saja sangat se-si. Bagian belakangnya terbuka lebar. Cocok sekali dengan perawakan Andini.

"Perfect!" celetuk Jenny. Semua yang melihat pun tak kalah takjub dengan kecantikan Andini mengenakan mini dress itu.

"Saatnya party!!!" teriak semuanya termasuk Andini. Mereka tertawa dengan penuh kemenangan.

Tak kalah dengan Asti yang dirombak akan penampilannya. Tubuhnya yang dibalut dengan kain satin berwarna merah menyala, memancarkan kecantikan alami yang dimiliki Asti. Baskoro tercengang melihatnya. Sungguh dia bukan lagi Asti sebagai pelayan rumahnya, namun ia sungguh akan menjadi nyonya Baskoro suatu hari nanti.

"Eheemm." Deheman dari Anggi, pemilik salon itu membuyarkan lamunan Baskoro.

"Wow! Cantik sekali! Indah! Aku sangat suka, Anggi. Kerja bagus," ucap Baskoro tersenyum merekah. Ia pun lantas memberikan lengannya untuk digandeng.

"Kamu seperti tak tau kemampuanku saja, Baskoro. Seorang Upik abu pun akan menjadi Cinderella di tanganku hanya sekali sentuh," ucap Anggi dengan bangganya atas hasil dari kinerjanya.

"Tak akan bisa dibantah. Terima kasih, Anggi. Aku pergi dulu," ucap Baskoro langsung berjalan meninggalkan salon langganannya.

Asti seperti tak biasa memakai make-up bahkan baju yang terlalu terbuka. Gelagat Asti tak luput dari pandangan Baskoro.

"Baby, kamu kenapa?" tanya Baskoro yang penasaran dengan tingkah Asti.

"Tidak. Hanya saja, aku kurang nyaman mengenakan pakaian ini," jawab Asti dengan cepat.

"Sebentar lagi kita akan santai dan tak akan banyak aktivitas di luar."

Asti hanya bingung harus bagaimana menanggapi Baskoro. Dia hanya bisa mengikuti tuannya itu. Tak lama mereka tiba di suatu tempat restoran terkenal namun tidak ada satu orang pun di sana. Asti yang melihat itu lantas bertambah bingung.

"Ini?"

Sedangkan Baskoro sudah keluar dari mobil, berlari kecil, dan langsung membukakan pintu mobil Asti. Dengan penuh senyuman dan wibawa.

"Mari Tuan Putri, ikutlah denganku," ucap Baskoro mengajak Asti.

Mereka memasuki restoran yang terkenal itu. Agak sedikit sepi, karena restoran ini merupakan restoran dan hotel yang dijadikan satu untuk para pebisnis.

"Kenapa tidak ada orang," tanya Asti lagi celingukan.

"Semua orang berada di dalam kamarnya, Baby. Apa lebih baik kita juga berada di kamar?," tanya balik Baskoro sembari tersenyum nakal.

"Ish! Makan aja belum. Aku lapar," jawab Asti sedikit manja.

"Sama. Aku juga lapar, apalagi liat kamu cantik seperti ini, sangat menggoda," goda Baskoro lagi.

Asti hanya diam. Tak lama kemudian, semua hidangan disediakan. Mereka pun akhirnya makan malam bersama yang sangat romantis yang belum pernah Asti lakukan tetapi biasa untuk Baskoro. Setelah mereka makan malam bersama, Baskoro mengajak Asti untuk naik ke lantai atas, tepatnya masuk ke dalam kamar.

Ting,

Lift terbuka tepat langsung di kamarnya. Terlihat sofa berwarna silver di sana, dengan susunan yang elegan. Bahkan gorden yang terbuka sedikit menampilkan pemandangan lampu gemerlap malam. Di sana juga ada dua kursi yang disediakan dengan perlengkapan w*ine di atas meja. Segera saja, Baskoro mengajak Asti ke sana.

"Duduklah, Baby."

"Makasih," jawab Asti sembari tersenyum.

Baskoro menuangkan win*e ke gelas Asti lalu ke gelas dirinya sendiri. Bunyi botol pun sangat terdengar saat ditaruh kembali di atas meja.

"Baby," ucap Baskoro sembari memainkan jarinya ke lengan Asti, lalu turun ke bagian d-ada yang terbuka, terus berjalan ke leher. Menciptakan gelayar aneh pada Asti.

.

.

.

Bersambung. . .

Jangan lupa tinggalkan jejak ya, semuanya. Caranya subscribe, tinggalkan like, komen, gift bahkan vote. Jangan lupa juga masukin di Favorit kalian ya!

Terima kasih semua!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!