Berbeda halnya dengan Baskoro yang menikmati permainan panasnya di bangku meja makan itu. Ia masih menggen-jot Asti dengan posisi membelakangi dirinya.
"Eu-GH, Sayang, Eu-GH, teruskan sayang!" teriak Asti panas sembari mere-mas bo-kong Baskoro.
Baskoro pun mempercepat permai-nannya layaknya pompa angin yang diturun-naikkan. Ia merasa sangat menikmati setiap tekanan itu.
"Percepat lagi, Sayang, EuGH," teriak Asti merengek. "Aku mau ke-lu-ar," lanjut Asti lagi sembari mende-sah.
"I'm coming, Baby." Baskoro pun mempercepat tempo permainannya, dan "aarghhh!"
Cairan itu keluar tepat di dalam. Kedua nya meng-er-ang secara bersamaan menikmati kenikmatan yang tiada tara. Baskoro pun sampai tumbang tepat di punggung Asti. Semenit kemudian, ia mengecup punggung itu.
"Terima kasih, Baby, untuk hari ini," ujar Baskoro sembari tersenyum bahagia.
Sedangkan Asti benar-benar kewalahan menghadapi Baskoro. Ia selalu digempur di mana pun mereka bertemu. Asti tak menjawab, hanya terengah-engah seperti orang selesai maraton.
"Baby? Ya ampun, maafkan aku," Baskoro segera sadar dan langsung mengendong Asti masuk ke dalam kamarnya.
Sesekali dikecupnya kening Asti. "Aku mencintaimu, Baby." Asti hanya tersenyum tipis yang ditampakkannya sekilas.
Sesampainya di kamar, Asti pun dibaringkan dengan perlahan ke atas kasur. Ternyata Asti terlelap tidur dalam gendongan Baskoro. Sekilas Baskoro menatap ke arah Asti.
"Mungkin kamu yang selama ini aku cari," gumamnya.
Baskoro lalu menarik selimut sampai setengah badan Asti, lalu ia pun berlalu dari sana. Baskoro kembali ke dapur untuk melihat hidangan apa yang sempat disajikan oleh Asti.
"Oh, masih ada sayur dan ikan goreng. Kalau begitu aku makan dulu, sejak pagi aku belum makan nasi. Selalu menyantap hidangan pertama yang membuat perut bergejolak, he he, apalagi sehabis aktivitas, rasanya kalori tubuh langsung hilang," gumamnya sendirian di meja makan itu.
Baskoro pun menikmati makanan yang dimasak oleh Asti. Tak memungkiri dirinya benar-benar jatuh cinta dengan pelayannya tersebut.
Di Villa
"Yakin kamu? Jangan sering manjain suami kamu bersama pelayan kamu, Andini. Itu akan berakibat fatal." Ucapan Jessica tadi masih berseliweran di kepala Andini. Ia terus memikirkan ucapan itu.
"Masa sih? Tapi kalau seandainya benar, aku gimana? Lalu kalau sebaliknya, berarti aku udah menaruh kecurigaan sama mereka? Astaghfirullah," gumamnya sendirian di dalam kamarnya.
Ketukan pintu terdengar.
Tok, tok, tok,
"Din, kamu di dalam kan? Boleh masuk gak?"
Andini menoleh sejenak ke arah pintu dan menerka suara siapa itu. Namun didengar dari suaranya sih, Jessica. "Siapa?" teriaknya dari dalam.
"Jessica, Din," jawab Jessica dari balik pintu.
Andini pun meraih pintu dan menariknya. Benar saja itu adalah Jessica. Tapi, "ada apa, Jes?"
"Maafkan aku, Andini. Aku gak sengaja berkata seperti itu," ujar Jessica.
"Udahlah, Jess. Lupakan saja. Lagian aku baik-baik aja kan? Ayo masuk. Oh iya, temen-temen udah pada siap belum sih?" tanya Andini lagi untuk memastikan.
"Belum lah, ini kan masih jam 7 malam. Lagian kita pergi jam 11 loh," ujar Jessica.
"Lama banget. Kalau gitu aku bisa tidur dulu, he he. oh iya aku mau nelepon Baskoro dulu," balas Andini lagi.
"Ya udah kalau gitu, aku keluar deh. Selamat menelepon misua, Din," ucap Jessica lalu berlalu dari kamar itu.
Tung Tulung tulung
"Halo?" panggil Andini yang tahu kalau panggilan itu tersambung dengan cepat.
"Halo, Sayang. Ada apa?" tanya Baskoro yang berada di seberang telepon.
"Kamu baik-baik aja kan? Gak macem-macem?" tanya Andini memberondong.
"Apaan sih.? Ya pastilah aku baik-baik aja, Sayang. Gak usah khawatir ya. Lagian ada Asti juga di rumah, gak mungkin aku pergi," jawab Baskoro yang berdiri di balkon kamarnya.
"Beneran??" sedikit gak percaya dengan suaminya itu.
"Iya, Sayang. kamu cemburu ya?"
"Kenapa tanya kalau udah tau?!"
"Hehe, lucu aja bayangin kamu yang cemburu dengan muka masamnya. Mana bibir maju ke depan lagi, ha ha," goda Baskoro kepada istrinya itu.
"Huh, apaan sih! Ya udah kalau gitu. Aku cuma cek itu aja. Oh iya, Asti masak apa? Dia baik-baik aja, kan?" tanya Andini lagi memastikan pelayannya itu.
"Baik dong. Selama ada aku di rumah pasti dia baik. He he. Tadi dia masak ikan goreng sama sayur gitu lah. Biasa makanan rumah. Kamu jangan lupa makan ya, Sayang," ucap Baskoro memberitahu kepada istrinya itu.
"Oh iya, tadi putra ada ke rumah, kan?"
Baskoro terdiam sejenak. Dalam hatinya bergeming kesal. "Iya. Anak itu udah lama gak pulang ke rumahnya. Padahal kita selalu menunggu dan selalu merindukannya. Dia ada datang sama Asha, istrinya. tapi sayangnya cuma sebentar," jelas Baskoro lalu terdiam. Sebelum Andini melanjutkan ucapannya, Baskoro lebih dulu mendahului Andini, "apa dia ada ngomong sesuatu?"
Entah pertanyaan yang keluar dari bibir Baskoro ini membuat ganjal di telinga Andini. "Maksudnya?"
"Tidak. Aku hanya bertanya, Sayang. Yah, mana tau Putra ada cerita sesuatu," ujar Baskoro lagi berusaha menenangkan diri.
"Oh. Tidak. Tidak ada," jawab Andini sembari tersenyum di balik sambungan telepon itu.
"Kalau begitu, Sayang kurasa ini sudah jam makan malam. Makanlah dan jangan tidur terlalu larut. Aku mencintaimu," lanjut Andini lagi lalu mematikan ponselnya. Ia tak berpikir yang macam-macam setelah menelepon suaminya.
Andini meletakkan ponselnya lalu kembali kepada teman-temannya yang sudah menunggu di ruang makan.
Mereka pun makan dengan lahap tanpa ada suara apapun yang mengganggu aktivitas mereka. Setelah beberapa menit berlalu, lalu terdengar suara yang sangat bersemangat.
"Gaes, siapkan diri kalian untuk malam ini!" teriak Jenny mengingatkan kepada semuanya.
"Yey! Bersenang-senanglah, Din! Aku juga sudah melupakan suamiku," ujar Jessica menyenggol lengan Andini.
Andini hanya menatapnya tersenyum.
Mereka semua masuk ke dalam kamar masing-masing dan menyiapkan diri untuk party malam ini.
Tak kalah dengan Baskoro. Setelah ia menerima telepon dari istrinya, Baskoro langsung ke bawah menuju ke kamar Asti. Ia memikirkan sesuatu yang tak pernah terpikirkan olehnya sebelumnya. Diketuknya pintu kamar Asti, namun tak ada jawaban dari dalam.
Tak ingin menunggu lama, Baskoro pun dengan cepat membuka pintu kamar Asti.
"Di mana dia?" gumam Baskoro melangkah masuk ke dalam kamar Asti. Netranya mencari sosok Asti di dalam kamar itu.
Asti yang sedang asyik menggosok rambutnya yang basah bahkan masih mengenakan lilitan handuk di tubuhnya, melangkah keluar dari kamar mandi tanpa tahu ada seseorang berada di dalam kamarnya. Ia masih melakukan hal yang sama, sampai suara bariton itu mengangetkannya.
"Baby, bersiaplah. Kita akan keluar malam ini. Tak usah memasak untuk makan malam, ok," ucap Baskoro, lalu pergi begitu saja.
Asti yang mendengar itu hanya plonga-plongo namun ia pun hanya mematuhi tuannya saja.
.
.
.
Bersambung. . .
Hi semua, kembali lagi dengan cerita hari ini dan masih di novel yang sama. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian ya, Selamat membaca!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments