Asti pun kembali dengan pekerjaan rumah yang tiada habisnya. Ia hari ini akan membersihkan lantai atas, di mana di sana ada ruangan khusus untuk berkumpul keluarga bahkan bersebelahan dengan kamar tidur utama. Asti mengambil peralatan pel untuk di bawa ke lantai atas, walaupun di lantai atas ada ruangan dapur khusus untuk mencuci peralatan seperti itu.
Asti pun mulai membersihkan lantai, perkakas, bahkan seluruh yang ada di sana. Sampai di depan kamar utama, yaitu kamar tuannya, terbesit untuk membersihkan kamar itu. Asti mulai mengetuk pintu itu, namun tidak ada suara atau balasan dari dalam. Ia pun memutuskan untuk masuk ke dalam kamar itu.
"Duh, berantakan. Baru saja ditinggal Nyonya belum satu hari, pakaian tuan udah ke sana kemari," gerutu Asti sembari memunguti pakaian kotor dan langsung memasukkannya ke dalam keranjang kotor.
Asti mulai tersadar, di dalam kamar itu hanya dia seorang diri. Ia mencari-cari seseorang dengan mencelingak-celingukkan kepalanya, namun sosok itu tidak ada. Ia hanya menggelengkan kepalanya untuk membiarkan rasa penasarannya itu hilang. Asti pun membersihkan tempat tidur yang berantakan.
"Ya ampun, apa tuan ini memang bi'nal ya? Sampe seperti ini kasurnya. CKckckck," gumam Asti lagi sembari merapikan tempat tidur.
Dia tidak merasa kalau ada seseorang yang berdiri di belakangnya sembari mengawasi dirinya bekerja. Tak lain tak bukan, Baskoro sendiri.
"Berani juga kamu masuk kamar ini, Baby? Masih kurang dengan yang tadi pagi?"
Suara bariton itu sontak saja mengagetkan Asti yang tengah asyik merapikan tempat itu. Ia segera menoleh ke asal muasal suara di belakangnya.
"Tu-,"
Belum sempat Asti menyempurnakan ucapannya, jari telunjuk Baskoro bergoyang ke kanan dan ke kiri menandakan Asti tidak boleh memanggilnya dengan sebutan tuan.
Asti menelan salivanya, "Sa-sa-sayang," ucap Asti terbata dan tersipu malu lantaran dirinya melihat tubuh Baskoro yang hanya mengenakan handuk yang masih tergantung di pinggangnya saja.
"Jangan malu-malu begitu, Baby. Aku tau kamu memikirkan sesuatu kan? Iya kan?" Baskoro mendekat perlahan.
Asti yang masih berdiri terpaku di sana, tak dapat menggerakkan kakinya mundur. Entah kenapa dirinya tertantang untuk diam dan menyambut tuannya itu.
Baskoro menangkap pinggang Asti, lalu mengangkat wajah Asti untuk menatap matanya. Senyuman nakal terukir di wajah Baskoro.
"Mau main di sini? Kamu bisa mencobanya," ucap Baskoro dekat dengan bi-bir Asti.
Kecu-pan itu mendarat di bi-bir Asti tanpa aba-aba dan sangat cepat. Asti pun lagi-lagi terbuai dengan permainan mulut Baskoro yang memainkan l-dahnya. Mau tak mau Asti juga ikut bermain.
Pekerjaan Asti terlupakan, pakaian yang awalnya sempurna, kini tinggal penutup da-da dan segitiga Bermuda yang menutupi keinti-mannya. Asti bukan memakai segitiga biasa, namun ia sudah terbiasa dengan model g-string*, sehingga bo-kongnya yang sin-tal menggo-da selera.
Baskoro pun memegang dengan lembut lalu mere-masnya sehingga suara erotis itu mulai terdengar di daun telinga Baskoro. Ia mengangkat kedua betis Asti, dan menggendongnya. Dihempaskannya tubuh Asti ke ranjang empuk itu dan olahraga panas antar mereka pun dimulai.
Semua dunia teralihkan, sampai-sampai putra bungsu dari Baskoro datang. Ia datang tak seorang diri melainkan bersama dengan istrinya. Ia memencet bel namun tak ada satupun yang menyambut kedatangan dirinya.
"Apa mereka gak ada di rumah, mas?" dugaan istrinya.
"Kata mami, ayah ada. Lagian mobilnya pun ada. Oh ya, kamu bawa kunci cadangannya gak?" tanya Putra kepada istrinya.
"Sebentar aku cari dulu, ya," Istri dari Putra itu pun mengobrak-abrik tas nya seakan mencari harta karun yang tersembunyi. Beberapa detik kemudian, "Aha! Aku dapat! Nih," ia langsung menyerahkan kunci rumah itu.
Ceklek, kuncinya terbuka. Pintu pun di dorong ke dalam untuk melihat isi rumah itu.
"Ayo masuk, Sha," ajak Putra kepada istrinya.
"Mas, sepi banget ya. Bukannya ada pelayan juga di rumah ini?" celetuk Asha.
"Iya, yah. Biarlah, mungkin saja dia sedang istirahat," jawab Putra.
Asha hanya mengangkat kedua bahunya saja, lalu ia berjalan ke arah dapur dan melewati tangga utama. Samar-samar ia mendengar suara-suara erotis seperti. . .
"Mas, ke sini sebentar deh," panggil Asha ke suaminya.
"Ada apa? Katanya kamu mau ke dapur, kok malah berhenti di sini?" ujar Putra menghampiri Asha.
"Aku denger suara aneh tau," balas Asha lagi berbisik.
"Hush. Kamu mah ada-ada aja. Mana ada suara sih? Aku gak denger apa-apa. Telinga kamu aneh banget deh," jawab Putra berjalan melalui Asha.
Suara erotis itu terdengar lagi di telinga Asha.
"Mas, tunggu. Aku beneran denger tau. suaranya kek dari atas," ujar Asha yakin.
"Sayang! Udah yuk, bagus kita ke dapur aja. Kamu kalau lapar suka aneh deh. Ayok ah," Putra menarik lengan istrinya itu untuk mengikutinya ke arah dapur.
"Tapi-,"
"Udah nurut aja," balas Putra yang tetap menarik lengan istrinya.
Terpaksa Asha mengikuti suaminya sembari tetap melihat ke arah lantai atas tepatnya ke arah kamar utama. Seketika Asha berpikir kalau itu adalah kamar mertuanya, tapi kan, bukannya ibu mertuanya sedang tidak ada di rumah? Sedangkan ayah mertuanya juga tidak tampak di sekitaran rumah. Lalu itu siapa? Penasaran. Itulah Asha.
"Mas, lepasin aku dulu boleh gak?" ujar Asha tiba-tiba sebelum sampai ke dapur.
Putra menoleh ke arah istrinya, "Mau ke mana? Udah ikut sama aku aja."
"Aku bisa jalan sendiri, Mas," balas Asha menarik lengannya dengan kasar.
Seketika Putra menyadari kalau istrinya sedang mode tidak ingin dimanja. "Ya udah, ayok." Putra berjalan lebih dulu daripada Asha.
Asha tetap berdiri dan menoleh ke arah kamar itu sekali lagi. "Mas! Aku mau periksa di kamar atas. Aku gak bakalan salah dengar, Mas. Kalau ayah gak ada di rumah dan pelayan juga ada di kamarnya, lalu siapa yang ada di sana?" ujar Asha sembari menunjuk kamar itu sambil menghadap ke arah Putra.
"Maaf, Mas," ujar Asha yang langsung berbalik dan melangkah menaiki anak tangga.
"Asha, tunggu!" Akhirnya Putra pun mengikuti langkah istrinya.
Sesampainya di depan kamar itu, Asha terkejut. Ia tak menyangka kalau pendengarannya tidak pernah salah. Suara Erotis itu semakin jelas dan seakan membangkitkan gai-rah yang mendengarnya. Putra dan Asha saling bertukar tatap. Putra menelan salivanya, mengangkat tangannya untuk bersiap membuka pintu kamar, sedangkan Asha menganggukkan kepalanya untuk tindakan suaminya.
Putra mengumpulkan semua keberaniannya untuk membuka pintu itu. Menarik napas dalam-dalam. Menoleh ke arah sang istri yang berdiri dibelakangnya, seolah meminta persetujuan untuk membuka, dan Asha menganggukkan kepalanya. Tanpa aba-aba, keyakinan Putra terkumpul, dan . . .
Ceklek
Pintu dibuka dengan lebar.
Betapa terkejutnya Putra, dan Asha yang menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
"Ayah?"
Seketika olahraga panas itu terhenti dengan gaya yang tak bisa diduga oleh sepasang suami istri yang berdiri mematung di depan kamar.
"Putra?"
.
.
.
Bersambung. . .
Nah Lo, ketahuan anaknya! Astaga gak tau lagi!
Selamat membaca untuk kalian. Dukung terus authornya ya, biar author semangat nulis dan bisa update lebih banyak bab untuk kalian.
Cara dukungnya gampang kok, tinggal baca karya author aja, dan tinggalkan jejaknya dengan cara subscribe, like, vote, send gift atau share ke teman, saudara atau medsos kalian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments