Setelah drama Baskoro yang kebelet pergi ke toilet, ia pun langsung pergi menemui Dokter spesialis yang sudah memiliki janji temu dengan dirinya.
"Selamat pagi, Dokter. Maafkan aku sedikit terlambat untuk pertemuan kita pagi ini," ujar Baskoro yang memang saat itu tepat pada antriannya.
"Selamat pagi, silakan duduk, Pak Baskoro. Jadi bagaimana dengan progres selama konsul?" tanya Dokter wanita itu.
"Keluhan tetap sama, Dok. Apakah saya mengidap penyakit erotomania? Saya sering kali merasakan seperti itu, yang berakhiran saya menginginkan tindakan lebih," keluh Baskoro dengan terbuka.
"Tidak. Anda hanya mengalami hyper saja. Tapi lebih baik saran saya, anda bisa mencari istri yang bisa mengimbangi anda, Pak Baskoro," ujar Dokter tersebut.
"Dengan cara menikah lagi? Apa saya tidak bisa jajan di luaran saja?"
"Itu pertanyaan yang sangat tidak dianjurkan, Pak. Jajan diluaran itu memungkinkan anda akan terkena berbagai penyakit. Jadi saran saya, carilah yang benar-benar seimbang menurut hati Pak Baskoro," saran Dokter itu lagi.
"Baik, Dok," jawab Baskoro singkat. Ia tidak ingin menceritakan hal yang baru saja terjadi sebelum dirinya menemui dokter cantik ini.
"Saya akan kasih obat penenang agar anda tidak terlalu sensitif. Jangan membayangkan hal-hal yang tidak perlu, Pak. Itu dapat memancing anda melakukan tindakkan yang tidak akan bisa terkontrol," ujar dokter itu lagi.
"Baik, Dok, terima kasih sarannya. Kalau begitu saya permisi," pamit Baskoro setelah mengambil secarik kertas yang merupakan resep obat.
"Sama-sama, Pak," jawab Dokter cantik itu.
Di dalam hati dokter cantik itu entah timbul pertanyaan yang tak pernah terbesit di pikirannya selama ini. "Aku jadi penasaran sama Pak Baskoro. Kenapa istrinya mengabaikan dirinya kalau dirinya sangat jago dalam bermain? Entahlah. Mungkin hanya masalah komunikasi saja atau memang istrinya tidak sebanding dengan dirinya," gumamnya seorang diri.
"Ok, next suster," ujar Dokter itu lagi kepada suster yang berjaga di ruangannya.
Baskoro pun pergi dari ruangan dokter itu dan langsung pergi untuk mengambil obat. Dirinya berpikir bahwa saat pulang nanti ia akan bertemu dengan pelayannya itu tanpa melihat sang istri di rumah. Baskoro mempercepat langkahnya untuk segera pulang ke rumah.
Drama perumahsakitan selesai, kini Baskoro mengemudikan mobilnya dengan cepat. Ia mencoba menghubungi rumahnya memastikan apakah di rumah masih ada istrinya atau tidak. Sejujurnya ia lupa jadwal istrinya yang baru diberitahu saat Baskoro ingin pergi ke rumah sakit untuk konsultasi.
Panggilan suara berdering, tetapi masih belum diangkat oleh anggota rumah yang ada. Baskoro masih menunggu untuk beberapa menit kemudian ada suara yang mengangkatnya. Benar, itu suara Asti, pelayan rumahnya.
"Halo?"
Baskoro yang mendengar suara lemah lembut itu pun langsung bersemangat. Ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara dengan pelayannya itu.
"Asti?"
"Tuan?"
"Asti, istri saya apa masih ada di rumah?" tanya Baskoro dalam sambungan telepon tersebut.
"Nyonya sudah pergi, Tuan. Beliau buru-buru karena ingin keluar kota," jawab Asti sembari mengingat apa yang di pesan oleh Andini.
Flash back on ~
"Nyonya? Anda mau ke mana? Kenapa membawa koper seperti ini?" ujar Asti menanyakan kepada Andini, Nyonya besarnya.
"Iya, Asti. Kamu jaga rumah ya. Saya pergi sekitar semingguan. Ada kerjaan di luar kota. Bilangin sama Tuan nanti. Jaga Tuan juga ya, dia sering keluar malam kalau tidak ada saya. Biasalah namanya lelaki," pesan Andini kepada pelayannya itu.
"Oh, baik Nyonya. Akan saya sampaikan kepada Tuan. Apakah ada lagi, Nyonya?"
"Cukup. Selebihnya biar saya yang bicara melalui telepon. Makasih ya, Asti. Saya jalan dulu," ujar Andini yang sudah bersiap untuk menggeret kopernya ke dalam mobil.
"Biar saya antar, Nyonya," tawar Asti lagi.
"Tidak perlu. Kamu beberes aja, ya. Soalnya udah ada yang jemput juga. Halo?" Andini langsing mengangkat teleponnya dari ponsel yang baru saja bergetar di genggaman.
"Oh, baik Nyonya. Hati-hati di jalan," ujar Asti lagi.
Andini menganggukkan kepalanya dan segera keluar dari rumah besarnya.
Flash back off~
"Keluar kota? Berapa lama dia keluar kota?" tanya Baskoro heran.
"Kalau enggak salah ingat, satu Minggu, Tuan," jawab singkat Asti.
"Baiklah kalau begitu. Heran dia gak ada call saya," ujar Baskoro lagi.
"Mungkin beliau belum sampai tujuan, Tuan. Tadi juga pesannya kalau sempat beliau akan hubungi tuan," terang Asti memecahkan kecurigaan Baskoro.
"Ya udah kalau begitu. Makasih ya, Asti."
Baskoro langsung memutuskan panggilan telepon yang tersambung dan menancap gasnya untuk mempercepat sampai ke rumah. Entah pikirannya setelah mendengar suara Asti rasanya rindu selalu muncul dan menggebu-gebu.
Di lain sisi.
Andini yang pergi keluar kota bersama dengan rekan-rekannya membahas soal keinti-man dan keharmonisan dalam berhubungan. Sebenarnya Andini tidak ingin mengumbar atau bahkan menceritakan hal yang bersifat pribadi, namun teman-temannya semua asyik membicarakannya. Ada 5 teman wanita salah satunya, Andini.
"Jeng, tau gak sih, 2 hari lalu aku kan minta, suami aku tuh gak bisa kalau gak di goda duluan, ya terpaksa aku pakai lingerie se-ksi* banget. Dan tau gak sih, gak pake lama langsung mandi keringat," ujar salah satu rekannya yang bercerita.
"Ih, pake gaya apa nih kok bisa langsung gitu?" tanya rekan lainnya.
"Ya mesti di pancing-pancing dulu. Kalau aku sih, ya raba-raba. Misua gak susah untuk bangkit, jeng," jawab rekan yang tadi.
"Tau gak, malam tadi kami olahraganya di kamar mandi dong. Udah pada cobain belum?" ujar yang lainnya.
"Hah? Emang apa sensasinya? Kaya orang luar aja sih, Jeng?" sembari tertawa malu mendengar hal itu.
"Ih, seru tau. Banyak gaya terinspirasi di dalam kamar mandi. Makanya cobain deh, pasti ketagihan kalian, ya gak, Andini," senggol salah satu rekannya yang berbaju merah.
"Ih, apaan si, Jen, aku belum pernah kalau di kamar mandi," jawab Andini gelagapan.
"Masa? Cerita dong, An. Suami kamu kan romantis abis tuh, dan denger-denger dia hebat banget ya?" celetuk salah satu lagi yang bercerita pakai lingerie.
"Iya, ih Andini. Kita semua pada tau ya, kalau suami kamu itu jago di atas ranjang."
"Ih, gak mau ah! Itu privasi tau," jawab Andini malas.
"Ah, Si Andini gak asyik nih," goda Jen lagi yang aslinya penasaran. "Pokoknya Andini mesti cerita setelah kita sampai, ya!"
"Jenny!"
Di rumah Baskoro dan Andini.
Baskoro yang baru saja sampai rumah dan memarkirkan mobilnya di garasi, dengan cepat melangkah masuk ke dalam rumah. Sebagai pelayan rumah itu, Asti langsung bergegas ke depan membukakan pintu untuk tuannya. Namun tak di sangka oleh Asti, Baskoro langsung memeluk Asti dan meraup bi-bir Asti.
"Eumh,"
Awalnya Asti canggung, namun lama kelamaan Baskoro mendorong tubuh Asti ke tepi dan langsung menutup pintu dengan kakinya. Mereka berdua menikmati cum-buan itu tanpa ada yang tahu. Tepatnya belum ketahuan.
Karena Asti biasanya memakai daster, Baskoro langsung menggerakkan tangannya ke bawah, mera-ba keint-iman Asti sehingga Asti pun mulai men-de-sah*,
"Eughh*,"
.
.
.
Bersambung. . .
Yang tetep baca, dosanya ditanggung masing+masing-masing. Apalagi travelingnya jauh batz!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments