Beberapa tahun kemudian.
Bandung — Williams House
***
Malam ini tepat pada pukul sembilan lewat tiga puluh, Bibi Grace selaku pengasuh Sienna sejak kecil melangkah menaiki deretan anak tangga menuju kamar di lantai dua baris pertama sebelah kiri. Tangan renta berkeriput itu terangkat mengetuk pintu di hadapannya.
"Non Sienna, ini Bibi bawakan makan malamnya non. Mulai dari tadi pagi Bibi lihat non belum sarapan apa-apa."
Perempuan yang berada di dalam kamar tengah duduk bersilang di kursi belajarnya hanya bisa menghela napas berat berulang kali. Sienna dengan malas beranjak dan membuka pintu kamar. Ia menatap wajah wanita itu beberapa saat lalu setelahnya manik matanya turun pada nampan berisikan nasi putih, sepotong daging ayam bagian dada, sayur brokoli rebus dan segelas susu putih.
Di usianya yang menginjak tujuh belas tahun, Sienna tumbuh menjadi gadis remaja nan cantik dengan tubuh semampai. Memiliki poni serta rambut hitam legam bergelombang menjuntai hingga punggungnya. Semakin bertambah usianya, Sienna juga memiliki hidung mancung dengan bibir tipis berwarna merah muda serta pipi tirus dengan garis rahang yang tajam. Semua ciptaan yang nyaris sempurna itu benar-benar turunan dari Laura, bundanya.
"Kenapa repot-repot sih Bibi siapin ini semua? Sienna kan bisa ambil sendiri. Bibi gak perlu sampai antar makannya seperti ini. Ini juga sudah mau tengah malam, harusnya Bibi banyak istirahat."
"Justru karena sudah jam sepuluh malam bibi datang kemari ngantar makanan non. Bibi tidak bisa tidur kalau non belum makan. Non tau kan non sangat gampang sakit akhir-akhir ini."
"Masa sampai semalam ini non ngga makan. Kemarin pun begitu. Non bilangnya bentar lagi, Bibi tungguin juga, tapi sampai jam sepuluh non gak turun-turun buat makan. Pas Bibi cek ke kamar taunya non ketiduran. Ayolah non dimakan dulu makanannya ya. Bibi takut kalau non sampai jatuh sakit."
"Sienna benar-benar ngga lapar. Bibi ajah yang makan ya," ucapnya dengan wajah tersenyum tipis. Berusaha meluluhkan hati Bibi Grace agar tidak memaksanya lagi.
Sienna yang hendak menutup pintu kamar tertahan karena tangan Bibi Grace dengan cepat menahan pintu dan membuat gadis itu meringis pelan.
"Bibi gak akan pergi kalau makanan ini belum habis non. Biarkan saja Bibi capek berdiri disini."
Sienna memutar bola matanya malas. Sungguh menjengkelkan. Setelah menimbang beberapa saat, ia pun membuka lebar pintu kamar dan meraih nampan dari tangan wanita itu.
"Kalau begitu Bibi masuk saja dan temani Sienna makan."
Sienna berjalan lebih dulu memasuki kamarnya, disusul Bibi Grace dari belakang—memasuki kamar dengan nuansa hitam tersebut. Tidak ada sudut kamar yang tidak berwarna hitam. Setiap sudut didominasi warna dan corak berwarna hitam bahkan hiasan kamar sekalipun, membuat Bibi Grace sedikit resah dengan nona mudanya itu.
Dulu kamar itu bercat biru putih dengan banyak boneka memenuhi kamar, tapi sejak ayahnya berubah sikap kepada gadis itu, ia bersikeras merubah desain kamar dan membakar semua pemberian ayahnya. Banyak hiasan yang terbuat dari kertas origami tertempel di dinding dan menggantung di langit-langit kamar. Dua rak buku juga berjejer di sebelah kanan dari tempat tidur.
Bibi Grace menatap serius tangan kecil Sienna memasukkan satu suapan nasi dalam mulut dan begitu berulang kali hingga piring dan semangkok brokoli bersih tak bersisa.
Kau tumbuh menjadi gadis yang kuat non Sienna. Bibi tidak menyangka masih bisa melihat dirimu tumbuh seperti ini.
Begitulah ucapan yang Bibi Grace katakan dalam hatinya setelah Sienna menatapnya dengan satu alis terangkat.
"Kalau non tiap hari belajar tapi lupa untuk isi perut semua akan percuma non. Belajar pun butuh tenaga. Mencegah lebih mudah daripada mengobati. Begitukan pelajaran di sekolah?"
Sienna mengangguk ringan. "Sejak kapan Bibi mulai cerewet begini? Jangan cerewet Bi entar Bibi cepat tua tau."
"Ya memang Bibi udah tua non. Non Sienna saja sudah sebesar ini." Sienna pun terkekeh pelan. Bibi Grace yang jarang melihat gadis itu tertawa pelan ikut merasa senang.
"Maafin Sienna ya Bi kalau nyusahin Bibi terus. Dari kecil Bibi udah cape jagain Sienna sampai sekarang pun sama."
"Gak ada yang namanya nyusahin Non. Ini sudah tugas Bibi merawat dan menjaga non seperti janji Bibi sama mendiang Bundanya Non dulu."
"Kapan katanya ayah pulang Bi?" tanyanya pada Bibi Grace yang meraih nampan di atas pahanya.
"Kalau tidak salah bapak bilangnya pulang besok siang atau lusa non. Memangnya non tidak dapat telepon dari bapak, ya?" Sienna menggeleng kecil.
"Ayah udah jarang ngobrol sama Sienna Bi. Pulang pun ayah langsung ke kamar dan besok paginya udah gak ada dirumah. Sienna kadang bingung apa yang terjadi sebenarnya dengan Ayah."
"Yang sabar non. Bibi doakan semoga Bapak cepat berubah dan kembali seperti dulu lagi ya saat non masih kecil."
"Sienna bisa tanya sesuatu..."
Bibi Grace terdiam sesaat. Mata wanita tua itu bergerak risau dengan pertanyaan yang akan nonanya katakan.
"Bunda sebenarnya sudah meninggal kan Bi?"
Jederr.
Bibi Grace terkejut mendengar ucapan Sienna. Ia tidak tahu harus menjawab apa pada anak dari majikannya itu, mengingat majikannya sudah melarangnya berkata kebenaran itu semua.
"Non Sienna ngomong apa sih non. Bunda non sedang ada urusan bisnis di luar negeri seperti yang ayah non sampaikan, seperti biasanya."
"Bohong, Bibi bohong." Sienna menatap lekat.
"Semuanya Sienna ingat Bibi. Bunda sudah meninggal. Sienna yang buat Bunda meninggal. Itu sebabnya ayah jadi seperti itu padaku. Semuanya gara-gara Sienna. Sienna ikut ayah dulu karena Sienna juga ngga mau larut bersedih setelah kematian Bunda. Kalau Sienna tetap disana Sienna akan terus menderita."
Hening.
Bibi Grace tidak bisa berkata apa-apa. Seandainya saja mereka tidak pergi ke pasar malam itu mungkin Laura masih hidup hingga sekarang, tapi nasib berkata lain. Sienna harus kehilangan sosok ibu di hidupnya.
"Sudahlah non, jangan dipikirkan terus. Sekarang non istirahat saja. Ini sudah tengah malam. Kalau begitu bibi permisi ya, selamat malam non Sienna."
Bibi Grace beranjak dari kamarnya. Sienna hanya bisa membisu terduduk di pinggir tempat tidur.
"Apa benar Bunda tidak ditemukan saat kecelakaan itu terjadi?" gumam Sienna.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments