"Gue nggak memb*un*uh Elmira." Yudha langsung mengucapkan kalimat itu, saat bertemu pandang dengan Ghea.
Ghea melirik ke bawah, menatap tubuh Elmira yang sudah tidak bergerak lagi. Darah segar mengalir deras di tanah. Tubuh Elmira yang terlihat sebagai barbie, kini tak utuh lagi karena beberapa bagian tampak patah. Cantik, tapi tidak bernafas lagi.
"Gawat! Gue udah lihat hal yang seharusnya nggak gue lihat. Padahal baru aja tadi gue nggak mau terlibat sama urusan mereka."
Entah Yudha memb*un*uh Elmira atau tidak, yang jelas Yudha adalah orang terakhir bersama perempuan itu. Dan Elmira adalah satu-satunya saksi di sana.
"G-Ghea, percaya sama gue. Gue nggak ngapa-ngapain Elmira," ucap Yudha lagi. Kali ini suaranya terdengar bergetar.
"Iya, gue bakalan rahasiakan kejadian ini. Jadi biarin gue pergi," balas Ghea berusaha tenang, meski lututnya telah lemas.
"Rahasia? Hei, Ghea. Aku benar-benar..."
Drap! Drap! Ghea berlari kencang menuruni anak tangga, tanpa mendengarkan ucapan Yudha barusan.
"Mengerikan! Aku baru pertama kali melihat mayat. Ternyata seseram itu."
Ghea terus berlari tanpa memperhatikan sekelilingnya lagi. Napasnya sudah mulai ngos-ngosan, tetapi kakinya masih enggan untuk berhenti. Halaman belakang sekolah yang gelap dan menyeramkan, masih tak kalah seram dibandingkan kejadian yang dia lihat barusan.
"Kalau Yudha beneran ngelakuin itu ke Elmira, bisa jadi aku bukan hanya jadi saksi, tetapi juga menjadi tersangka. Karena aku juga melihat Elmira di detik-detik terakhir hidupnya," batin Ghea sambil memanjat pagar belakang sekolah.
"Namun hal yang lebih buruk lagi, bisa saja aku juga ikut dilenyapkan oleh Yudha, supaya kejahatannya tidak terbuka. Apalagi dengan citranya sebagai anak teladan."
Hup! Ghea berhasil memanjat pagar dan keluar dari lingkungan sekolah. Dia ingin segera pulang ke rumah.
...***...
Sudah bisa ditebak, keesokan paginya sekolah menjadi gempar. Jasad Elmira yang telah kaku ditemukan oleh satpam sekolah pada pukul enam pagi. Polisi telah datang untuk melakukan investigasi.
Ghea berjalan menuju kelas dengan langkah gamang. Pemandangan mengerikan yang dia lihat tadi malam kembali terbayang.
Kelas sudah heboh ketika Ghea masuk. Geng Hani yang biasa mengganggunya, kini acuh dan lebih memilih membahas kematian teman sekelas mereka.
"Padahal hanya satu murid yang pergi, tetapi aura kelas terasa gelap banget. Apalagi kematiannya nggak wajar gitu," ucap Hani sambil terduduk lemas di kursi.
"Apa jangan-jangan karena dia ditolak Yudha kemarin? Dia pasti malu banget udah ditolak cowok itu," timpal yang lainnya.
"Huh? Jelas nggak mungkin. Jelas-jelas merek udah berpacaran bahkan bercumbu," batin Ghea yang duduk diam di kursinya. Matanya menatap lekat ke depan, ke barisan kursi paling kanan dekat pintu.
"Si brengsek itu manusia apa bukan, sih? Dia masih bisa datang ke sekolah dan pasang wajah santai, setelah kejadian tadi malam," gumam Ghea lagi.
...***...
Pukul sembilan pagi, polisi pun menginterogasi satu per satu teman sekelas Elmira. Namun mereka semua mengaku terakhir kali melihat gadis itu pulang sekolah, menggunakan sepeda motor. Tidak ada pula yang tahu, jika Elmira adalah pacar dari Yudha, walaupun teman dekatnya sekalipun.
"Kalau nanti aku ditanya harus jawab apa?" Ghea meremas boneka kecil gantungan kunci tas-nya. Semakin mendekati gilirannya, Ghea semakin cemas.
Memang sih, di sekolah ini CCTV cuma ada di beberapa tempat. Dan tempat kejadian kemarin di luar jangkauan CCTV. Lagipula, tidak ada yang tahu jika dia ke sekolah tadi malam.
Maksudnya, semoga saja tidak ada yang tahu.
"Cowok brengsek itu kenapa tenang sekali? Apa dengan begini Yudha bakalan bebas dari hukum? Apa polisi nggak menemukan bukti yang menunjukkan kalau dia pelakunya?"
Ghea menatap Yudha dengan tatapan heran. Pemuda tujuh belas tahun yang sempat dia sukai, kini terlihat seperti psikopat dingin yang mengerikan.
"Bukti? Ah, buktinya kan ada."
Ghea merogoh HP dari salam tas-nya dan membuka rekaman video tadi malam. Namun sayang, karena suasana yang gelap video tersebut pun tidak terekam dengan jelas.
"Kalau aku nunjukin hal ini ke polisi, bisa-bisa malah aku yang dituduh sebagai pelaku. Aku nggak punya alibi untuk mengelak," batin Ghea semakin resah.
"Oh iya, aku tahu. IG mereka berdua."
Beruntung, Ghea sempat membaca surat Elmira untuk Yudha kemarin. Dan di sana tertera nama IG khusus untuk mereka berdua. Ghea pun mengetik nama akun yang sempat dicatatnya di note HP-nya.
Tetapi lagi-lagi zonk, karena akun tersebut diprivat. Tidak ada foto profil dan baru ada tiga postingan di sana. Follower dan Followingnya juga masih nol. Sangat lemah untuk dijadikan barang bukti, kecuali polisi menemukan HP-nya.
"Ghea Gantari. Sekarang giliran kamu," ucap salah seorang polisi memanggil namanya.
Dada Ghea berdegup kencang. Ketika hendak keluar kelas mengikuti polisi, Ghea melihat Yudha menyeringai tipis padanya.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ai Emy Ningrum
santai Ghea...hari mu buruk yaaa..tetap semangat /Determined/
besok mungkin akan lebih parah dari hari ini... /Grimace/
2024-01-03
4