Scandal School
"Hei, kalian udah dengar belum? Anak-anak kelas dua udah menobatkan cowok dan cewek terpopuler dan terjelek di tahun ini, loh."
Terdengar suara para siswi perempuan berbisik di kursi paling belakang. Ghea hanya menghembuskan napasnya dengan kesal. Fokusnya jadi terpecah karena suara berisik teman-temannya itu.
"Serius, Lo? Terus siapa yang paling jelek?"
Itu suara Hani. Ghea hapal sekali suaranya, sekalipun dia berbisik. Perempuan itu tidak hanya senang bergosip, tetapi juga ketua geng cewek populer di sekoah ini.
"Lo nggak salah ngomong? Bukannya nanyain siapa yang paling cantik dan ganteng, Lo malah nanyain siapa yang paling jelek? Hahaha..." balas anak-anak lainnya.
"Gue udah tahu. Yang paling populer udah pasti Elmira, dan Yudha, lah. Kalo di IPS paling ya Dean dan Indira," bisik Hani lagi.
"Masa Lo nggak bisa nebak? Yang paling jelek udah pasti Ghea lah. Pendek, gendut, juga gak pinter-pinter amat. Dia cuma menang putih doang," bisik salah satu siswa.
Ghea menundukkan kepalanya. Matanya berkaca-kaca mendengar cibiran teman-temannya itu. Memannya salah kalau dia terlahir tidak cantik dan tidak pintar? Tetapi teman-temannya yang duduk di barisan paling belakang masih kompak menertawakannya.
"Hei, siapa itu yang berisik di belakang? Apa kalian udah paham sama pelajaran Ibu?"
Tiba-tiba Bu Guru yang tengah mengajar di depan, menegur murid-muridnya. Tatapannya yang nanar menyapu ke seluruh ruangan.
"Gak tahu nih Ghea, Bu. Berisik banget. Kami jadi nggak kedengaran jelas," ucap Hani tiba-tiba.
"Loh? Eh? Nggak, Bu. Mereka yang ribut," bantah Ghea tak terima.
"Ghea. Kamu lupa? Ulangan kemarin kamu cuma dapat nilai lima puluh. Jangan anggap remeh pelajaran saya, meskipun kamu nggak suka," tegur Bu Guru dengan lantang.
"Tapi beneran bukan saya yang ribut, Bu," balas Ghea lagi.
"Kamu jangan membohongi Ibu. Kalau kamu memang menyimak pelajaran hari ini, coa kerjakan soal di papan tulis ini dengan benar," perintah Bu Guru.
Tubuh Ghea mendadak gemetar. Dia sejak tadi memang memperhatikan pelajaran, tetapi dia masih belum paham. Karena kimia adalah pelajaran yang cukup berat baginya.
"Nah, kamu nggak bisa, kan? Nanti Ibu kasih PR khusus untuk kamu sebagai hukuman. Besok pagi sebelum jam tujuh harus udah di atas meja Ibu."
***
Matahari sudah mulai beranjak turun. Para siswa-siswi yang berseragam abu-abu pun satu per satu meninggalkan sekolah. Hari ini tidak ada kegiatan ekstrakulikuler, jadi gedung sekolah sudah cukup sepi.
Namun tanpa ada yang menyadari, ada seorang siswi yang duduk sendirian di salah satu kursi kayu di bawah pohon beringin. Kedua tangannya bertangkup di atas lututnya yang berlipat. Sementara kepalanya dia sandarkan di atas tangan.
Air matanya mengalir deras membasahi seragamnya. Hatinya terasa perih. Tadi itu bukan pertama kalinya dia dimarahi oleh guru. Ghea sudah sering kali dijadikan kambing hitam, dan dimarahi guru seperti ini. Tidak ad seorang pun yang mau mendengar ucapannya.
Kretek!
Kepala Ghea terangkat ketika mendengar suara ranting patah. Siapa gerangan yang berjalan di sekitar sini? Padahal tempat ini jarang dilalui bahkan sering dihindari, karena pohon beringin berusia puluhan tahun yang berdiri tegak di sini.
"Yudha? Ngapain dia lewat sini?" pikir Ghea bingung. Namun siswa populer itu tetap saja berjalan melalui pohon beringin dan berbelok ke arahnya.
"Ku mohon, jangan ke sini. Jangan lihat aku yang sedang menangis ini," bisik Ghea. Dia takut menjadi bahan bully lagi.
"Ghea, jangan menangis."
"Hee?" Padahal Ghea mendengar dengan jelas ucapan pria itu. Tetapi hatinya masih belum percaya, bahwa Yudha berbicara selembut itu padanya.
"Jangan menangis. Guru kimia kita memang sering mempermalukan siswa hingga menangis. Aku tahu kamu nggak salah." Yudha kembali mempertegas ucapannya.
"Elo kok baik sama gue?" tanya Ghea bingung. Jangan-jangan Yudha membawa kamera tersembunyi dan merekam wajah jeleknya yang lagi menangis.
"Karena Lo suka belajar. Hobi kita sama," jawab Yudha lagi.
"Oooiii, Yudha. Lo ngapain sih ke bawah beringin? Mau cari pesugihan? Wkwkw... Ayo cepetan balik, kita mau tanding basket."
Para siswa kelas Dua IPA, yang juga teman sekelas Ghea memanggil Yudha. Lelaki itu pun kemudian pergi meninggalkan Ghea sambil melempar senyuman kecil.
"Yudha baik sama aku? Nggak salah? Padahal selama di kelas kami nggak pernah saling menyapa?"
Tidak mau merasa kegeeran, tetapi Ghea tetap tidak bisa menahan bunga-bunga yang bermunculan di hatinya. Ini pertama kalinya dia berbicara dengan lelaki yang dia sukai.
"Nggak mungkin Yudha suka sama aku. Secantik Elmira aja dia tolak. Apalagi aku?" gumam Ghea yang teringat gosip panas tadi pagi.
"Ghea, jangan kelamaan di bawah pohon beringin. Sekolah sudah sepi. Segeralah pulang."
Mendadak Ghea menerima pesan singkat dari seseorang tidak dikenal. Ghea pun celingukan memandang sekeliling sambil mengusap tengkuknya yang meremang.
"Ini siapa?" balas Ghea.
"Ini Yudha."
Damn! Ghea sudah tidak bisa lagi mengatur degup jantungnya yang berdebar dua kali lebih cepat.
(Bersambung)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
Ai Emy Ningrum
sama dong,aku jg hobi nya tidur sambil belajar ..😹 eehh terbalik ,belajar sampe ketiduran ..
2024-01-02
4