IB 17: Sepertinya Dia Tertarik

Aara sungguh terkejut mendapati tangan besar milik Fawwas melingkar di perutnya. Awalnya pikir itu adalah guling atau bantal. Namun saat ia mengerjapkan matanya, ternyata adalah tangan yang tidak lain dan tidak bukan merupakan milik Fawwas. Aara hendak bangun, namun dia bingung harus melakukan apa.

" Ini, tangan Kak Fawwas. Kok dia bisa memelukku begini. Ya Allah, bagaimana melepaskan tangan ini. Dan, bibir kak Fawwas ada di tengkukku. Hembusan nafasnya begitu terasa," batin Aara.

Glek

Dia kesusahan menelan saliva nya saat ini saat nafas hangat itu menyapu tengkuknya. Buku kuduk Aara langsung berdiri. Tentu saja, dia belum pernah sedekat ini dengan seorang pria. Aara benar-benar kehabisan akalnya sekarang, dia jelaa tidak bisa berlama-lama dalam posisi seperti ini.

" Aku harus segera bangun," ucap Aara bertekad. Akan tetapi saat Aara hendak menyingkirkan tangan Fawwas, ada pergerakan dari pria yang saat ini memeluknya itu. Dia lalu pura-pura masih tidur, akan gawat jika ketahuan dirinya sudah bangun. Ia akan bingung menghadapi Fawwas, jadi Aara memutuskan untuk pura-pura tidur. Dan pada akhirnya Fawwas lah yang bangkit dari tempat tidur terlebih dulu.

Sebuah hembusan nafas penuh kelegaan dilakukan oleh Aara saat Fawwas keluar dari kamar dengan membawa sajadah. Adzan subuh memang baru saja berkumandang, dan mungkin Fawwas melaksanakan kewajiban 2 rakaatnya di masjid.

" Hei sayang, kamu juga sudah bangun ya. Apa kamu tahu, hampir saja ibu jantungan. Haish, tapi sekarang sudah tidak apa-apa. Sebaiknya ibu pura-pura tidak tahu saja apa yang ayahmu lakukan pagi ini. Ya, kami tidur bersama, dia pasti hanya tidak sengaja bukan. Aishh, memang paling bagus tidur di kamar kita ya sayang. Pasti tidak akan ada kejadian seperti tadi." Aara mengajak Neida berbicara. Tanpa Fawwas tahu, selama ini Aara selalu menceritakan mengenai Fawwas dan Aira kepada Neida. Meskipun Fawwas jarang membersamai Neida, tapi Aara selalu mengatakan bahwa Fawwas adalah ayah yang hebat.

Rasa tenang yang dimiliki oleh Aara ternyata tidak dimiliki Fawwas. Setelah kembali dari masjid, Fawwas merasa canggung untuk kembali ke kamar. Ia bingung bagaimana harus menghadapi Aara. Dia sudah memeluk Aara tadi, jujur ada rasa tidak enak dalam hati Fawwas.

" Tapi aku rasa dia tadi tidak tahu, aku lebih dulu bangun darinya. Ya, aku yakin dia tidak tahu. Baiklah, bersikaplah normal Fawwas."

Setelah meyakinkan bahwa Aara tidak menyadari apa yang dia lakukan, Fawwas pada akhirnya masuk ke kamar juga. Dilihatnya Aara dan Nedia sudah bangun tidur. Saat ini Neida sedang bermain di tempat tidur.

" Ra, kalau kamu mau sholat. Tinggalkan saja Neida, biar aku yang jaga," tawar Fawwas.

" Ehmm, aku sedang berhalangan kak. Tapi kalau Kakak tidak keberatan, titip bentar karena aku harus mandi," sahut Aara.

Fawwas pun mengangguk setuju, ia malah langsung menggendong Neida dan membawanya keluar. Aara tersenyum, saat Fawwas masuk tadi dia bisa melihat wajah suaminya yang canggung. Aara tentu memilih mendiamkan hal itu. Biarlah Fawwas menganggap dirinya tidak tahu.

" Toh, tidak akan terjadi apa-apa dengan kita. Jadi anggaplah ketidaksengajaan," ucap Aara lirih. Dia benar-benar harus menjaga hatinya sendiri dan menguatkan niatnya. Bahwa dia menikah dengan Fawwas hanya karena Neida.

Di ruang keluarga, Fawwas membawa Neida untuk bermain di sana. Rupanya sudah ada Gauri yang sedang duduk menikmati teh hangat. Wanita paruh baya itu tersenyum cerah saat melihat sang cucu. Ia langsung meletakkan cangkirnya ke atas meja dan mengambil Neida dari gendongan Fawwas.

" Fa, bagaimana kehidupan pernikahanmu? Apa kamu memperlakukan Aara dengan baik?" tanya Gauri to the poin. Dia sebenarnya sudah dari kemarin ingin menanyakan hal ini.

" Ba-baik, mengapa Amma bertanya seperti itu?" jawab Fawwas sedikit terkejut. Ia sungguh tidak tahu mengapa sang ibu tiba-tiba bertanya seperti itu.

" Kalau kamu memang tidak bisa menerima menjadi istrimu, maka lepaskanlah. Sebentar lagi Neida sudah 6 bulan buka, dia tidak lagi ASI eksklusif. Lepaskanlah Aara, dan biarkan dia menikmati hidupnya. Oh iya. Aku lihat Erka tertarik dengan Aara. Siapa tahu saat Aara berpisah denganmu dia bisa menjalin hubungan yang baik dengan Erka."

Deg! Deg! Deg!

Dada Fawwas berdegub kencang saat Gauri mengatakan hal tersebut. Erka? Temannya itu tertarik kepada Aara. Bagaimana bisa? Mengapa Gauri bisa mengatakan hal sedemikian?

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dan berputar di kepala Fawwas. Bukan hanya terkajut tapi juga syok. Ini adalah hal yang sungguh di luar dugaannya. Akan tetapi dia berusaha mengontrol air muka nya agar tidak sang ibu tidak tahu bahwa dirinya terkejut mendengar pernyataan tersebut.

" Nah, rasakan. Gelisah kan sekarang, memang aku sengaja kemarin mengundan anak itu datang ke rumah. Aisssh, jika benar Erka tertarik dengan Aara bagaimana ya, aku kan hanya mengarang cerita," ucap Gauri di dalam hati. Dia terlampau gemas dengan ulah Fawwas yang acuh terhadap Aara. Padahal Aara sudah sangat baik selama ini menjaga Neida.

" Ehem ... mengapa Amma bisa bicara begitu?" tanya Fawwas setenang mungkin. Padahal dalam hatinya memang benar gelisah seperti yang diperkirakan oleh Gari.

" Tck, Amma bisa tahu lah. Terlihat sekali Erka tertarik dengan Aara. Dari cara dia melihat dan berbicara dengan Aara, Amma menyimpulkan hal itu. Terlebih lagi, baru kemarin semenjak menikah dengan mu anak itu tertawa lepas. Dan dia tertawa bersama Erka, Erka sepertinya tahu cara menyenangkan perempuan. Tidak seperti manusia kaku di depanku ini. Jujur ya Fawwas, jika kamu memang tidak bisa menerima Aara, Amma sangat setuju dia bisa bersama dengan Erka. Erka pria yang baik dan bertangungjawab. Dari pada kamu hanya menyakiti hatinya, mending lepaskan secepat mungki. Semua ini salah kamu sebagai orang tu yang terlewat egois. Dan Amma sudah menyadari itu, maka dari itu Amma memilih melepaskan Aara jika dia memang bisa bahagia dengan peria lain."

Ucapan Gauri yang panjang lebar itu membuat Fawwas terhenyak. Dia merasa hatinya tercubit saat mendengar semua yang dikatakan oleh Gauri. Tapi semua itu bukanlah salah, apa yang dikatakan sang ibu benar adanya.

" Apa benar aku harus melepaskan Aara? Apakah Aara bisa bahagia jika bersama pria lain? Tapi, bukankah aku lah yang mengatakan begitu saat setelah menikah bahwa kita hanya akan menjalani status ini selama 2 tahun? Tidak, aku tidak bisa melepaskan Aara lebih cepat. Perjanjian yang kita sepakati adalah 2 tahun. Ya seperti itu, biarkan berjalan seperti yang sudah kita rencanakan. Bukankah ini semua demi Neida, dan Aara setuju akan hal itu."

Isi hati Fawwas menolak keras usulan sang ibu untuk melepaskan Aara lebih cepat. Dengan dalih semuanya untuk Neida, Fawwas merasa bahwa ia tetap harus menahan Aara di sampingnya selama waktu yang mereka sudah tentukan.

TBC

Terpopuler

Comments

Nanik Kusno

Nanik Kusno

Sudah cuek .. egois...g peka ....😡😡😡😡😡

2024-12-14

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

aelah.. Fawwas... itu egomu atau sebenarnya hatimu yg gak bisa melepaskan Aara...?? jgn perjanjian yg di jadikan alasan padahal hatimu yg gak rela melepaskan Aara.. ampun deh ini dokter kok lemot banget memahami isi hati sendiri...

2024-10-23

0

Heryta Herman

Heryta Herman

dasar ga peka kau fawwas...bener" aara pergi dari hidupmu baru kau tau

2024-08-28

0

lihat semua
Episodes
1 IB 01: Pergi
2 IB 02: Trauma Aara, sesal Fawwas
3 IB 03: Induksi Laktasi
4 IB 04: Mimpi Risma
5 IB 05: Menikahlah
6 IB 06: Penolakan
7 IB 07: Masih Sama
8 IB 8: Keputusan
9 IB 09: Hanya Status
10 IB 10: Tidak Bisa Menganggapmu Istri
11 IB 11: Hal Baru
12 IB 12. Prasangka Gauri
13 IB 13: Lelah Cinta Sendiri
14 IB 14: Kebingungan
15 IB15: Apakah Tersiksa Selama Ini?
16 IB 16: Cantik
17 IB 17: Sepertinya Dia Tertarik
18 IB 18: Bolehkan Berharap Lebih?
19 IB 19: Terasa Kosong
20 IB 20: Pesona Istri
21 IB 21: Keirian
22 IB 22: Sakit
23 IB 23: Aku Egois
24 IB 24: Terkejut
25 IB 25: Kekhawatiran Fawwas
26 IB 26: Mari Pacaran
27 IB 27: Hasil Penyelidikan
28 IB 28: Sebuah Rencana
29 IB 29: Bolehkah Egois?
30 IB 30: Sekedar Pemanasan
31 IB 31: Seperti Baru
32 IB 32: Tamu Tak Diundang
33 IB 33: Fitnah Datang
34 IB 34: Kenapa
35 IB 35: Trauma Sialan
36 IB 36: Kepuasan
37 IB 37: Bukan Kamu
38 IB 38: Tidak Salah
39 IB 39: Konferensi Pers
40 IB 40: Aku Mencintaimu, Sungguh
41 IB 41: Mengundurkan Diri
42 IB 42: Belum Sepenuhnya Selesai
43 IB 43: Tidak Percaya
44 IB 44: Gamang
45 IB 45: Hubungan Layak
46 IB 46: Konfirmasi
47 IB 47: Terkejut
48 IB 48: Kegalauan
49 IB 49: Benda Apa Itu?
50 IB 50: Banyak Pikiran
51 IB 51: Permintaan
52 IB 52: Perkembangan Aara
53 IB 53: Bangun Ra!
54 IB 54: Fawwas Panik
55 IB 55: Libur Dulu
56 IB 56: Rindu
57 IB 57: Berkunjung
58 IB 58: Sedikit Ramai
59 IB 59: Pergilah Sayang, Dengan Tenang
60 IB 60: Bicaralah!
61 IB 61: Anak Itu Rejeki
62 IB 62: Milikku Sepenuhnya
63 IB 63: Roda Kehidupan Berputar
Episodes

Updated 63 Episodes

1
IB 01: Pergi
2
IB 02: Trauma Aara, sesal Fawwas
3
IB 03: Induksi Laktasi
4
IB 04: Mimpi Risma
5
IB 05: Menikahlah
6
IB 06: Penolakan
7
IB 07: Masih Sama
8
IB 8: Keputusan
9
IB 09: Hanya Status
10
IB 10: Tidak Bisa Menganggapmu Istri
11
IB 11: Hal Baru
12
IB 12. Prasangka Gauri
13
IB 13: Lelah Cinta Sendiri
14
IB 14: Kebingungan
15
IB15: Apakah Tersiksa Selama Ini?
16
IB 16: Cantik
17
IB 17: Sepertinya Dia Tertarik
18
IB 18: Bolehkan Berharap Lebih?
19
IB 19: Terasa Kosong
20
IB 20: Pesona Istri
21
IB 21: Keirian
22
IB 22: Sakit
23
IB 23: Aku Egois
24
IB 24: Terkejut
25
IB 25: Kekhawatiran Fawwas
26
IB 26: Mari Pacaran
27
IB 27: Hasil Penyelidikan
28
IB 28: Sebuah Rencana
29
IB 29: Bolehkah Egois?
30
IB 30: Sekedar Pemanasan
31
IB 31: Seperti Baru
32
IB 32: Tamu Tak Diundang
33
IB 33: Fitnah Datang
34
IB 34: Kenapa
35
IB 35: Trauma Sialan
36
IB 36: Kepuasan
37
IB 37: Bukan Kamu
38
IB 38: Tidak Salah
39
IB 39: Konferensi Pers
40
IB 40: Aku Mencintaimu, Sungguh
41
IB 41: Mengundurkan Diri
42
IB 42: Belum Sepenuhnya Selesai
43
IB 43: Tidak Percaya
44
IB 44: Gamang
45
IB 45: Hubungan Layak
46
IB 46: Konfirmasi
47
IB 47: Terkejut
48
IB 48: Kegalauan
49
IB 49: Benda Apa Itu?
50
IB 50: Banyak Pikiran
51
IB 51: Permintaan
52
IB 52: Perkembangan Aara
53
IB 53: Bangun Ra!
54
IB 54: Fawwas Panik
55
IB 55: Libur Dulu
56
IB 56: Rindu
57
IB 57: Berkunjung
58
IB 58: Sedikit Ramai
59
IB 59: Pergilah Sayang, Dengan Tenang
60
IB 60: Bicaralah!
61
IB 61: Anak Itu Rejeki
62
IB 62: Milikku Sepenuhnya
63
IB 63: Roda Kehidupan Berputar

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!