Aku bersyukur Bibi Bettie bisa sembuh dari penyakitnya. Mungkin ini adalah salah satu perubahan yang sangat berpengaruh dalam alur cerita, yang menjadi kunci kejatuhanku di kehidupan Aurasia sebelumnya. Karena itu, aku merasa lega, sebab aku tidak akan mengikuti alur cerita yang akan menyebabkan penderitaan bagiku di masa depan.
Paman Alfonso telah kembali ke rumahnya di Ibu Kota. Aku memberinya kereta kuda baru sebagai hadiah, untuk tanda terima kasih atas bantuan besarnya. Meskipun dia awalnya menolak, aku tetap memaksa. Tentu saja, tidak mungkin bagi paman untuk menolak permintaan dari Aurasia yang imut ini, dan akhirnya dia menerimanya. Beruntung Kaisar memberikan banyak uang pada Aurasia.
Meskipun masalah ini telah selesai, aku masih merasakan ada yang tidak beres. Beberapa jam setelah bibi Bettie sadar, Abel datang ke Istana Spirit sendirian, tanpa membawa pelayan untuk pemakaman bibi Bettie seperti yang dia janjikan sebelumnya.
Ekspresi wajah Abel terlihat sangat kaget ketika dia mengetahui bahwa bibi Bettie masih hidup dan telah sembuh dari penyakitnya. Pria paruh baya itu tidak terlihat senang dengan berita tersebut.
Aku yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan Abel. Kali ini aku memilih untuk diam dan mengamatinya. Tetapi jika dia berani mengganggu bibi Bettie lagi, aku bersumpah akan menghancurkan hidupnya.
"Yang Mulia."
Pikiran Aurasia terhenti begitu mendengar suara panggilan dari Bettie.
"Ya, Bibi," sahut gadis kecil itu sambil memalingkan pandangannya dari cermin yang sedari tadi ia tatap.
"Apakah maksud dari semua ini, Yang Mulia?" tanya Bettie sambil menyodorkan sebuah kain berwarna hitam yang tampak familiar bagi Aurasia.
Mata Aurasia melebar saat melihat gaun hitam yang dipakainya kemarin berada di tangan Bettie. Gadis kecil itu menelan ludahnya. Bagaimana ini? Aku lupa mencuci gaun itu. Apa yang harus aku lakukan sekarang? pikir Aurasia bingung, tidak ingin membuat Bettie khawatir.
"Meskipun warna gaunnya gelap, saya dapat melihat bekas darah pada gaun ini. Tidak sedikit, tetapi banyak sekali darah yang menempel di sini, Yang Mulia," ujar Bettie sambil mendekati Aurasia. Ekspresi wajah Bettie terlihat seperti campuran khawatir dan sedikit marah.
Bettie pun menuntun Aurasia untuk duduk pada sofa di depan ranjangnya. "Bagian mana yang terluka, Yang Mulia?" tanya Bettie seraya memeriksa tangan, kaki, leher dan bagian tubuh Aurasia lainnya dengan cermat.
"Bibi," panggil Aurasia, namun Bettie masih sibuk mencari luka di tubuhnya.
"Bibi, tolong hentikan, Bibi..." pinta Aurasia dengan lembut, menahan tangan Bettie.
"Bibi, dengarkan aku. Saat Bibi sakit, aku yang menyembuhkan Bibi dengan kekuatan penyembuhan Lux Sanatus yang turun-temurun dari Kerajaan Lanceena," jelas Aurasia seraya memandang Bettie dengan dalam.
"Kekuatan Lux Sanatus?" tanya Bettie sambil mengerutkan dahi, bingung dan tidak percaya.
"Iya, Bibi, lihatlah ini." Aurasia membuka kedua telapak tangannya dan memancarkan cahaya hijau Lux Sanatus dari sana.
Mata Bettie melebar saat melihat Aurasia mampu menggunakan kekuatan penyembuhan dari Kekaisaran Lanceena. Kekuatan penyembuhan yang sebelumnya hanya ia lihat dari ibu gadis kecil itu.
"Hoek!"
"Astaga, Yang Mulia!" pekik Bettie panik, begitu melihat Aurasia muntah darah. "Tunggu sebentar, Yang Mulia." Wanita berambut coklat itu melangkah dengan cepat keluar dari kamar gadis kecil itu.
Pupil mata Aurasia melebar, tubuhnya pun mematung, melihat cairan bewarna merah yang mengotori gaun piyama putihnya. Belum sampai satu menit gadis kecil itu mengaktifkan Lux Sanatus, muntah darah pun kembali keluar dari mulutnya.
Aurasia memegangi tenggorokannya yang terasa terbakar dan dadanya pun juga terasa sakit kembali. Ada yang terjadi dengan tubuhku? batinnya bingung dengan wajah yang mencerminkan kecemasan yang mendalam.
Bettie kembali dengan membawa kain putih lembab di tangannya. Ia pun mengelap bibir beserta dagu Aurasia yang berlumur darah dengan lembut. Kemudian, wanita berambut coklat itu membantu gadis kecil berambut frost itu dengan mengganti piyamanya.
Setelah selesai membersihkan tubuh Aurasia dari darah, dengan hati-hati Bettie membantu gadis kecil itu untuk berbaring di atas kasur dan tidak lupa untuk menyelimutinya.
"Bibi, apa yang terjadi padaku? Sepertinya Bibi tahu sesuatu?" tanya Aurasia dengan wajah heran. Walaupun dalam keadaan panik, wanita berambut coklat itu tidak banyak bertanya seperti biasanya.
Bettie tersenyum, meski bukan senyuman yang penuh kebahagiaan, matanya menatap begitu dalam. Wanita berambut coklat itu duduk di samping kasur Aurasia. "Yang Mulia, sepertinya ini terjadi karena Anda menggunakan kekuatan Lux Sanatus terlalu lama dan berlebihan," ujar Bettie dengan lembut. Wanita itu menjelaskan pada Aurasia sambil mengelus lembut kepala gadis kecil itu.
"Saya pernah melihat Nyonya Yoshiko juga mengalami hal yang sama seperti yang Anda alami saat ini. Itu terjadi ketika Nyonya Yoshiko baru menikah beberapa bulan dengan Yang Mulia Kaisar. Nyonya Yoshiko membantu menyembuhkan kedua orang tua dari Tuan Alfonso yang terkena wabah penyakit."
"Namun Beliau terlalu memaksakan diri dalam menyelesaikan tugasnya. Tuan Alfonso meminta Nyonya Yoshiko untuk berhenti dan menyerah akan orang tuanya, karena melihat kondisi Nyonya Yoshiko yang semakin melemah. Tetapi beliau tidak mau berhenti menggunakan kekuatannya sebelum orang tua Tuan Alfonso benar-benar sembuh. Hal itu berdampak buruk pada tubuh Nyonya Yoshiko dan mengakibatkan beliau muntah darah."
Jadi kekuatan ini juga memiliki kekurangan, ya? Bukan kekurangan, lebih tepatnya adalah penggunaannya yang terbatas, batin Aurasia mencoba menyimpulkan penjelasan Bettie.
"Lalu apa yang terjadi pada Nyo-, maksudku ibu, Bibi? Apakah ibu baik-baik saja?" tanya gadis kecil bermanik emas itu penasaran. Ini mungkin juga berhubungan dengan kondisi tubuhnya untuk kedepannya.
"Beliau berhenti begitu Yang Mulia Kaisar datang. Setelah menggunakan kekuatannya terlalu banyak, daya tahan tubuh Nyonya Yoshiko menjadi lemah," jelas Bettie dengan lembut.
Bettie pun tersenyum tipis. "Jadi, Yang Mulia, sebaiknya Anda jangan menggunakan kekuatan ini secara gegabah. Karena itu dapat membahayakan diri Anda sendiri," lanjut Bettie memberikan saran dengan bijak.
"Baiklah, Bibi. Aku tidak akan menggunakannya kecuali dalam keadaan yang genting," sahut Aurasia sambil tersenyum, merespon saran Bettie dengan penuh pengertian.
"Bibi," panggil Aurasia, mengingat ada pembicaraan serius yang ingin ia sampaikan.
"Ya, Yang Mulia," sahut Bettie dengan lembut.
"Apakah Bibi tidak merasa janggal dengan penyakit yang Bibi alami secara tiba-tiba?" tanya gadis kecil itu menatap Bettie dengan intens.
...♡♡♡♡♡...
Pembaca tersayang, kami sangat menghargai dukungan kalian. Yuk, like, subscribe, berikan gift, vote, dan tinggalkan komentar kalian!
Jika ada pesan khusus untuk para tokoh, boleh loh share di sini.
Oh iya, jangan lupa untuk follow Instagram kami @indah__laa agar tetap terhubung dan mendapatkan informasi terbaru. Ayo kita jadi komunitas yang lebih erat! 🌟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments