Tiba-tiba, beberapa pencuri kecil muncul dari balik sudut-sudut gelap alun-alun. Dengan cepat, mereka merampas keranjang buah dari tangan Aurasia, Hazel dan Lussy, sebelum akhirnya mereka melarikan diri. Hanya keranjang milik Jack yang tidak dicuri karena ia memegangnya dengan kuat, dan para pencuri kecil tidak punya waktu untuk bermain tarik-tarikan.
"Apa yang kalian tunggu? Cepat kejar mereka!" seru Jack sambil mulai berlari, menyadarkan para gadis kecil yang masih terkejut dengan kejadian barusan yang terjadi begitu cepat.
"Ah, i-iya!" Para gadis kecil itu pun langsung berlari menyusul Jack.
"Ke sebelah sana!" tunjuk Jack ke arah sebuah gang yang baru saja dilewati oleh para pencuri kecil itu.
"Ayo!"
Tanpa mereka sadari, mereka tak lama lagi akan menghadapi sebuah kejutan tak terduga. Saat mereka berjalan melintasi jalur setapak yang sunyi, tiba-tiba saja mereka terperangkap dalam jebakan licin yang berupa tali yang terikat setinggi mata kaki.
"AAAA!!!" anak-anak itu berteriak dengan sangat keras begitu mereka terjatuh ke dalam lumpur yang berada di sisi jalan.
"Aduh, menjijikan!" seru Lussy, melihat lumpur-lumpur yang menempel pada tubuhnya.
"HAHAHAHA!!!" Jack tertawa terbahak-bahak seraya menunjuk wajah para anak perempuan itu satu-persatu yang kotor terkena lumpur. "Lihat wajah kalian, kalian seperti babi yang habis berguling-guling di lumpur! HAHAHAHA!!!"
"Hei! Apa yang kau tertawakan? Lihatlah wajahmu sendiri! Kau juga seperti babi tahu!" balas Lussy tidak terima, seraya menepis lumpur yang ada di wajahnya.
"Hehe!"
Suara tawa anak kecil yang tidak dikenalinya membuat manik Aurasia berkeliling mencari sumber suara. Mata Aurasia pun membulat, begitu menangkap keberadaan si pencuri kecil. Pencuri kecil itu pun lari begitu matanya bertemu dengan mata Aurasia.
"Ugh! Jangan main-main denganku! Kalian membuat kesabaranku habis!" Aurasia berdiri dan keluar dari kubangan lumpur itu. Ia pun langsung berlari mengejar pencuri kecil itu dan meninggalkan teman-temannya.
"Aura, tunggu kami!" teriak Jack, sebelum akhirnya ia, Lussy, dan Hazel keluar dari kubangan lumpur dan berlari menyusul Aurasia.
Pencuri kecil itu melarikan diri dengan kekuatannya yang seadanya, hingga terengah-engah.
"HEI! TUNGGU!" teriak Aurasia, masih mengejar dengan semburat amarah.
"Jika kau berlari cepat, aku lebih cepat," ujar Aurasia setelah berhasil menangkap si pencuri kecil. "Sekarang, apa yang kau inginkan?" Aurasia menahan tangannya dengan kuat. Untungnya, mereka sebaya, membuat Aurasia lebih mudah untuk mengendalikan si pencuri kecil.
"Kembalikan segera buah-buahan kami!" desak gadis kecil berambut frost itu dengan nada sedikit meninggi.
Suasana menjadi hening sejenak ketika perhatian Aurasia tertuju pada sekelompok anak-anak yang tengah menikmati buah-buahannya di sebuah gubuk kecil. Mereka berpakaian lusuh, tubuhnya kurus, dan dengan lahap mengunyah buah seakan sudah berhari-hari tidak makan.
Kemudian, teman-teman Aurasia datang dengan napas terengah-engah.
"Aura, kau lari begitu cepat," kata Jack sambil menepis keringat di pelipisnya.
"Apa yang terjadi, Aura?" tanya Hazel yang nampak paling kelelahan.
"Iya, apa yang terjadi?" tambah Lussy yang sudah bercucuran keringat.
Pandangan ketiga anak itu menyorot pada adegan yang menarik perhatian Aurasia, anak-anak kurus berpakaian lusuh dengan rakus menyantap buah-buahan yang sebelumnya mereka curi. Wajah mereka yang tadinya lelah, kini berubah menjadi penuh kasihan.
"Kenapa kau melakukan ini?" tanya Aurasia pada si pencuri kecil yang masih ditahannya.
"Me-melakukan apa?" balas si pencuri kecil dengan wajah kebingungan, tidak mengerti.
"Jika kau benar-benar membutuhkan makanan, seharusnya kau meminta dengan baik pada kami," jelas Aurasia sambil melepaskan perlahan tangan si pencuri kecil.
"Iya, mencuri itu tidak baik tahu," tambah Lussy medekati Aurasia.
"Dari mana kau balajar kata-kata seperti itu?" tanya Jack dengan wajah heran, melihat Lussy yang lembut tidak seperti biasanya.
"Agh! Sakit tahu!" Jack meringis kesakitan begitu Lussy memukul kepalanya.
"Makanya, jangan banyak omong!" balas Lussy memandang Jack dengan sinis.
Pencuri kecil itu mendengus, "Apa yang kalian tahu tentang kami?" ujarnya dengan nada suara yang agak tinggi, memikat semua pandangan.
"Tidak ada yang memperhatikan kami! Semua orang meremehkan kami!"
"Bukan hanya para bangsawan yang merendahkan kami, bahkan rakyat biasa seperti kalian juga memandang kami seakan kami adalah orang buangan." Anak-anak berpakaian lusuh, yang baru saja menenangkan rasa lapar dengan buah hasil curian tadi, berjalan dan berdiri di sebelah si pencuri kecil itu.
"Ini semua karena kami yatim piatu, tidak ada yang menerima kami di mana pun," lanjut si pencuri kecil dengan suara lirih.
Mendengar ungkapan itu, Aurasia merasa tidak nyaman. Ia tidak bisa membayangkan perjuangan anak-anak tersebut. Meski Aurasia tidak memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya di dunia nyata maupun dunia fantasi ini, setidaknya ia hidup dengan kondisi ekonomi yang sangat baik. Berbeda dengan si pencuri kecil dan kawannya yang tidak memiliki apa-apa.
"Kami juga yatim piatu," sahut Jack, Lussy, dan Hazel serempak.
"Tapi kami tidak mencuri seperti kalian," tambah Hazel dengan suara lembut sambil tersenyum tipis.
"Itu karena lingkungan kita berbeda," jawab si pencuri kecil.
"Kalau begitu, ayo ikut dengan kami, ke lingkungan kami!" ajak Aurasia, sambil mengulurkan tangan kepada si pencuri kecil.
"Siapa namamu?" tanya Aurasia pada si pencuri kecil, memberikan senyum simpulnya.
"George," jawab si pencuri kecil sambil menatap Aurasia yang tengah tersenyum manis. George merasakan sesuatu yang aneh di dadanya. Mungkin... perasaan berdebar?
"Baiklah, George, ayo ikut bersama kami ke panti asuhan," ajak Aurasia dengan penuh kehangatan kepada anak-anak itu.
"Tunggu dulu, bagaimana dengan teman-temanku?" tanya George, memandang teman-temannya dengan tatapan penuh kasih.
"Tentu saja, teman-temanmu juga," balas Aurasia dengan keyakinan.
"Benarkah?" ujar George dengan ekspresi tidak percaya, mencari kepastian.
"Iya, George," jawab Aurasia, meyakinkan anak-anak tersebut. Senyum merekah pun terpancar di wajah mereka. Dengan perasaan bahagia dan senyuman riang, mereka semua kembali bersama ke panti asuhan.
...♡♡♡♡♡...
Semuanya berjalan lancar sampai saat ini. Aku dan teman-temanku berhasil membantu George beserta kawanannya menemukan rumah baru untuk mereka. Sayangnya, mereka harus tinggal di panti asuhan desa tetangga, bukan di Panti Asuhan Desa Nefeloma, yang sudah sangat penuh dengan anak-anak asuh. Meski awalnya George enggan ditempatkan di panti asuhan desa tetangga karena tak ingin terpisah dariku, namun akhirnya dia mengalah demi kebaikan teman-temannya.
...♡♡♡♡♡...
^^^3 tahun kemudian~^^^
Tinggal beberapa minggu lagi, umur Aurasia akan genap sepuluh tahun. Aku hidup dengan damai sejak kelahiranku. Tidak ada ujian hidup yang begitu berat selama aku berada di tubuh Aurasia kecil.
Aku bersyukur karena tidak ada gejala penyakit berbahaya yang ditunjukan oleh Bettie. Aku selalu takut jika Bettie akan meninggalkanku seperti cerita pada novel. Aku sangat menyayangi Bettie. Aku sudah menganggap Bettie seperti ibuku sendiri.
...♡♡♡♡♡...
Pembaca tersayang, kami sangat menghargai dukungan kalian. Yuk, like, subscribe, berikan gift, vote, dan tinggalkan komentar kalian!
Jika ada pesan khusus untuk para tokoh, boleh loh share di sini.
Oh iya, jangan lupa untuk follow Instagram kami @indah__laa agar tetap terhubung dan mendapatkan informasi terbaru. Ayo kita jadi komunitas yang lebih erat! 🌟
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
vivin vvii
gelap benerr yaa
2024-05-12
0
Witaa
dark
2024-02-23
1