Bagian 6 - Apakah Kamu Bahagia?

Namun, tidak semua orang merasakan kelegaan yang sama. Lussy, dengan tatapan sinisnya, melempar komentar tajam. "Dasar anak tidak berguna, menyusahkan orang lain saja."

Jack, yang berdiri di sebelah Lussy, menimpali dengan nada sinisnya sendiri. "Kau ini, belum sampai sehari di sini sudah membuat masalah."

Aurasia hanya menatap mereka dengan ekspresi datar dan melengkingkan bibirnya dalam sikap yang angkuh. Dia memilih untuk tidak menghiraukan komentar negatif mereka.

"Sudahlah, yang paling penting, Aura kembali dengan selamat," sahut Bettie dengan suara lembut, mencoba meredakan ketegangan. "Ayo, Aura, aku akan menyiapkan air hangat untuk mandi," ujar Bettie melanjutkan, sembari menggandeng tangan Aurasia. Mereka berdua pergi menuju kamar mandi, meninggalkan Lussy dan Jack yang masih terdiam dalam pandangan penuh kekesalan.

"Bibi Bettie itu terlalu menjakan anak campuran Lanceena itu!" seru Jack sambil mengerutkan kedua alisnya.

"Iya, padahal jelas sekali dia yang membuat masalah. Tapi tetap saja dia dibela," tambah Lussy yang juga tidak terima.

...♡♡♡♡♡...

Ketika malam tiba, Bettie melangkah menuju kamar Aurasia, yang terpisah dari kamar anak-anak panti yang lain. Dengan hati yang penuh kasih sayang, ia mengetuk pintu kayu coklat yang menawan itu. "Yang Mulia, apakah Anda sudah tidur?" tanyanya dengan lembut saat membuka pintu perlahan. Maniknya menangkap Aurasia yang sedang berbaring di atas kasurnya.

"Aku belum tidur, Bibi," jawab Aurasia. Gadis kecil yang mengenakan gaun piyama bewarna putih itu segera duduk dan menyambut kedatangan Bettie dengan senyum simpulnya.

Bettie mendekati Aurasia dan duduk di kursi di samping kasur. "Apakah Yang Mulia bahagia di sini? Apakah ada yang mengganggu Yang Mulia?" tanya Bettie dengan lembut sambil menggenggam tangan mungil gadis kecil berambut frost itu.

"Tentu saja aku bahagia. Banyak hal yang bisa aku lakukan di sini, Bibi," jawab Aurasia jujur dan senyumannya semakin mekar.

"Apakah anak-anak tadi menggaggu Anda?" tanya Bettie lagi, ia tampak khawatir dengan sikap anak-anak itu tadi.

"Hmm, mereka hanya anak-anak. Aku bisa mengatasi mereka sendiri nanti, Bibi," sahut Aurasia dengan percaya diri. Haha, mari beri pelajaran pada anak-anak itu, Aurasia tersenyum usil.

"Anda yakin, tidak perlu bantuan saya?" tanya Bettie lagi, benar-benar memastikan Putri kecil itu tidak mengalami kesulitan.

"Iya, Bibi. Bibi juga tahukan, kalau aku anak yang cerdas dan kuat. Jadi Bibi tidak perlu terlalu khawatir," ujar Aurasia meyakinkan Bettie. Jiwa dalam tubuh ini sudah dewasa, batinnya mantap.

"Yang Mulia, jika Anda ingin pergi ke luar panti, Anda harus memberitahukan pada saya. Saya tahu desa Nefeloma adalah tempat yang aman dan damai, tetapi saya akan selalu khawatir pada Anda dalam keadaan apapun," ujar Bettie dengan penuh perhatian.

"Baiklah Bibi, aku pasti akan selalu melapor padamu," sahut Aurasia seraya hormat menggunakan tangannya.

Bettie tersenyum riang, gemas dengan Putri kecil berambut frost itu dan langsung memeluk tubuh kecilnya. "Putri, Anda sangat imut," ujarnya dengan penuh kasih sayang.

...♡♡♡♡♡...

Keesokan harinya, Aurasia mengajak Hazel pergi ke gudang makanan panti. Gadis kecil itu berencana akan membagikan buah-buahan yang ia bawa dari Istana Spirit hari ini. Dalam hati Aurasia merasa senang bisa berbagi kebahagiaan dengan orang lain.

"Wah, banyak sekali buahnya. Kamu membawa semua ini dari rumahmu? Sepertinya kamu anak orang kaya, Aura," ujar Hazel dengan mata yang berbinar-binar, menatap berbagai buah harum di hadapannya yang begitu melimpah.

"T-tidak..." bantah Aurasia berusaha mengelak.

"Lalu?" tanya Hazel, dengan wajah polos yang penasaran.

"Jadi... begini... ada seorang paman yang baik hati, dan ia tidak bisa memakan semua buah yang ada di kebun buah miliknya yang luas sendirian. Jadi aku dan bibi Bettie ingin membagikan buah-buahan itu agar tidak busuk dan terbuang sia-sia," jelas Aurasia, mengarang cerita untuk menutupi identitasnya.

Gadis kecil itu tidak ingin diketahui sebagai anak orang kaya, bagaimana jika nantinya ia diculik dan dimanfaatkan oleh orang lain? Ya... meski saat ini ia hanya berbicara dengan Hazel, yang masih seorang anak kecil, tetapi tetap saja ia harus berhati-hati pada dinding yang memiliki banyak telinga.

"Wah paman itu baik sekali mau mengizinkan kalian membagikan buah-buahnya. Kalau begitu... bo-boleh aku mencicipinya?" tanya Hazel yang sudah menahan untuk menggigit buah itu sejak tadi.

"Tentu saja," sahut Aurasia singkat dan mengambilkan salah satu buah untuk Hazel.

Ketika gigitan pertama merasuki mulut, wajah Hazel berubah menjadi ekstasi, dan senyum kecil muncul sambil lidah merasakan kelezatan daging apel yang juicy dan menyegarkan. "Hmm, enak sekali. Buah ini seperti dari surga," ujar gadis kecil berpipi cabi itu begitu ia merasakan buahnya.

"Memangnya kamu pernah pergi ke surga?" Aurasia tertawa kecil, gemas dengan tingkah Hazel.

"Hehe, tapi rasanya benar-benar seperti di surga," jawab Hazel, mengigit buat itu lagi dan lagi.

Mereka berdua kemudian menyalin buah-buahan yang ada di karung itu ke dalam keranjang buah. Aurasia dan Hazel beranjak dari gudang makanan begitu keranjang buah itu sudah terisi penuh dan membagikan buah-buahan tersebut kepada anak-anak panti.

Setelah membagikan buah-buahan kepada beberapa anak panti asuhan, akhirnya Aurasia dan Hazel berjumpa dengan Lussy dan Jack. Aurasia memutuskan untuk membagikan buah-buahan kepada mereka, karena jika tidak, gadis kecil itu akan merasa ada sesuatu yang kurang dan membuatnya terus terpikir nantinya.

"Kakak, mau buah?" tanya Hazel, dengan suara lembut, sambil menyodorkan keranjang yang berisi buah-buahan itu.

"Buah? Dari mana kalian mendapatkannya?" tanya Lussy, seraya mengambil satu buah apel yang bewarna merah cerah.

"Buah-buahan ini dari kampung halaman Aura. Coba saja, rasanya manis sekali. Kakak pasti suka," jelas Hazel dengan senyum riang di wajahnya. Aurasia hanya diam dan memperhatikan saja, karena pertemuan pertama meraka membuatnya enggan untuk membuka suara.

"Dari kampung halaman dia?" tunjuk Lussy pada Aurasia dengan tatapan mengejek. "Jangan memakan buah ini. Bagaimana jika ada racun di dalamnya?" lanjut Lussy, sebelum akhirnya ia melempar kembali apel itu ke keranjang Hazel.

"Iya, kita tidak pernah tahu apa yang direncanakan oleh orang-orang Lanceena itu," tambah Jack dengan tatapan sinis.

"Kakak tidak boleh bicara seperti itu pada Aura," ujar Hazel memanyunkan bibirnya, pipinya pun mulai memerah karena marah dengan sikap anak-anak itu.

"Memangnya kenapa? Yang aku bilang itu juga benar," balas Lussy dengan sinis.

Aurasia menghela napas panjang, heran dengan sikap anak-anak ini. "Apa kalian pikir aku masuk ke panti asuhan ini untuk menghancurkan kalian semua?" Aurasia menatap tajam pasang mata Lussy dan Jack satu persatu.

"Menganiaya, mencuri, dan membunuh kalian satu-persatu? Begitu?" Aurasia menghela napas panjang lagi, berusaha untuk tidak meledak. "Memangnya apa yang bisa dilakukan anak umur tujuh tahun sepertiku? Tubuhku saja tidak lebih besar dari tubuh kalian. Aku bahkan akan langsung jatuh jika kalian mendorongku sedikit saja. Lalu bagaimana bisa kalian berpikir seperti itu padaku?"

Lussy dan Jack pun hanya bisa diam mendengar ucapan Aurasia. Berusaha mencerna ucapan gadis dengan manik emas itu.

Hehe, rasakanlah ini! batin Aurasia, seraya tertawa nakal.

Gadis kecil berambut frost itu menghela napas singkat. "Sudahlah tidak ada gunanya aku berbicara dengan kalian." Aurasia membalikkan badannya dan melangkah meninggalkan Lussy dan Jack.

"Tu-tunggu Aura!" Hazel pun langsung mengikuti langkah Aurasia.

"Hei, tunggu!" ucap Jack membuat langkah kaki Aurasia dan Hazel berhenti.

"Ada apa lagi?" tanya Aurasia menoleh ke arah mereka dengan tatapan malas.

"Ma-maafkan kami. Kami tidak berpikir panjang," ucap Jack dengan nada yang mulai halus.

"I-iya, setelah mendengar penjelasanmu, sikap kami jadi tampak konyol sekali," tambah Lussy seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan memandang ke arah lain.

"Kau benar, bagaimana kami bisa berprasangka seperti itu pada anak yang bahkan jauh lebih kecil dari pada kami." Jack dan Lussy tampak benar-benar menyesal.

Aurasia menghela napas lega. Kalian memang hanyalah anak-anak kecil, batinnya seraya mengangkat kedua sudut bibirnya dan membentuk senyuman kecil.

"Jadi... apa Aura mau memaafkan kami?" tanya Jack lagi, dengan hati-hati.

"Tentu, semoga mulai sekarang kita bisa berteman baik," jawab Aurasia seraya tersenyum hangat.

"Wah, terima kasih, Aura. Kita pasti bisa berteman dengan baik," sahut Jack dan Lussy bersamaan. Mereka tersenyum lega dan bahagia.

"Jangan hanya padaku, pada Hazel juga, pada anak-anak yang lain juga," ujar Aurasia, memperingati kedua anak-anak itu.

"Baiklah, kami akan berusaha bersikap baik," sahut Jack, tersenyum dengan yakin.

Setelah menyelesaikan masalah kecil dalam pertemanan mereka, Aurasia memberikan buah-buahan dari keranjangnya kepada Jack dan Lussy. Keduanya tak ragu lagi untuk menikmati buah-buahan tersebut, menerima dengan senang hati. Bersama Aurasia dan Hazel, mereka mulai berbagi buah-buahan itu kepada yang lain.

...♡♡♡♡♡...

Sore hari di desa Nefeloma, Aurasia dan Bettie bersiap-siap untuk kembali ke kota Anatric, tepatnya ke Istana Spirit, setelah satu bulan tinggal di panti asuhan desa tersebut. Mereka berencana mengambil dana dari Istana Spirit untuk disumbangkan kepada orang-orang yang membutuhkan, terutama anak-anak di panti asuhan Nefeloma. Kaisar memberikan dana yang cukup besar untuk Istana Spirit, dan jumlahnya cukup untuk mencakup berbagai kebutuhan. Dana itu bahkan tidak akan habis, meskipun Aurasia berfoya-foya sekalipun. Tidak hanya itu, Bettie juga harus memberitahu kepala pelayan tentang keadaan dan aktivitas Aurasia, meskipun ia harus berbohong mengenai hal yang satu ini.

"Sampai jumpa lagi, teman-teman," ujar Aurasia dengan senyum manis, seraya melambai-lambaikan tangannya.

"Kami pasti akan merindukanmu, Aura," sahut Jack dengan Hazel dan Lussy yang berada di sampingnya. Mereka tersenyum hangat seraya melambai-lambaikan tangan pada Aurasia.

Aurasia dan Bettie melangkah menuju pasar desa Nefeloma. Mereka berniat menaiki kereta kuda menuju Kota Lipothy, dan dari sana, melanjutkan perjalanan dengan kereta kuda lagi hingga ke Anatric. Setibanya di pasar desa, Bettie mencari kereta kuda yang belum memiliki penumpang, bermaksud menyewa hanya untuk mereka berdua agar Aurasia dapat merasa aman dan nyaman. Bettie memegang tangan kecil Aurasia, membimbingnya ke arah kereta kuda yang sepi, hanya dengan kusir sebagai satu-satunya kehadiran di sekitar.

"Permisi, Tuan. Saya ingin menyewa kereta kuda Anda," ujar Bettie dengan sopan pada kusir kereta kuda.

"Bettie?" sahut kusir kereta kuda itu segera setelah mendengar suara dan melihat wajah Bettie. Bettie yang sebelumnya tidak terlalu memperhatikan wajah kusir itu, langsung mengenalinya ketika mendengar suara yang begitu familiar.

"Tuan Alfonso?" Bettie tidak percaya. Setelah tujuh tahun lamanya, akhirnya ia bertemu kembali dengan orang itu. Pria dengan rambut coklat kemerahan, mata bewarna hazel, dan tubuh yang lumayan kekar.

Episodes
1 Prolog
2 Bagian 1 - Sedikit Cinta
3 Bagian 2 - Lahir Kembali
4 Bagian 3 - Demi Aku dan Bibi Bettie
5 Bagian 4 - Panti Asuhan Desa Nefeloma
6 Bagian 5 - Teman Baru?
7 Bagian 6 - Apakah Kamu Bahagia?
8 Bagian 7 - Mantan Pengawal Ibu
9 Bagian 8 - Pencuri Kecil
10 Bagian 9 - Sepuluh Tahun
11 Bagian 10 - Masa Depan yang Tidak Diinginkan
12 Bagian 11 - Harapan
13 Bagian 12 - Cahaya yang Redup
14 Bagian 13 - Keputusasaan
15 Bagian 14 - Malam yang Mencekam
16 Bagian 15 - Lux Sanatus dan Mata Bulan Purnama
17 Bagian 16 - Harapan di Tengah Kegelapan
18 Bagian 17 - Penyembuhan dan Darah
19 Bagian 18 - Melampaui Batas
20 Bagian 19 - Kecurigaan dan Teori
21 Bagian 20 - Ciri yang Tidak Asing
22 Bagian 21 - Dia Bukan Tokoh Utama Pria
23 Bagian 22 - Perasaan yang Membingungkan
24 Bagian 23 - Menjadi Penyelamat Bagi Satu Sama Lain
25 Bagian 24 - Waktu yang Terasa Cepat
26 Bagian 25 - Senyuman yang Sama
27 Bagian 26 - Aku Ingin Selalu Bersama Kalian
28 Bagian 27 - Takut Akan Kematian
29 Bagian 28 - Apakah Caraku Salah?
30 Bagian 29 - Dia Sangat Keras Kepala
31 Bagian 30 - Apakah Kau Benar-Benar Berusia Sepuluh Tahun?
32 Bagian 31 - Pertemanan Kita Berakhir di Sini
33 Bagian 32 - Hanya Keajaiban dari Tuhan yang Dapat Menyelamatkannya
34 Bagian 33 - Peri Pemalu yang Memiliki Kekuatan Penyembuhan
35 Bagian 34 - Penyesalan
36 Bagian 35 - Festival di Grand Duchy Systrofi
37 Bagian 36 - Wanita Tua dan Gadis yang Terluka
38 Bagian 37 - Untuk Satu Detik Saja
39 Bagian 38 - Dia Kembali
40 Bagian 39 - Mengelilingi Desa Bersama
41 Bagian 40 - Kue Pai yang Membawa Hawa Panas
42 Bagian 41 - Ringan Bagaikan Udara
43 Bagian 42 - Kehadiranmu Terasa Sama Dengannya
44 Bagian 43 - Bahagia Sekali Rasanya dengan Perlakuanmu
45 Bagian 44 - Toko Perhiasan yang Mewah
46 Bagian 45 - Lembah Bunga
47 Bagian 46 - Terbebani Oleh Sesuatu yang Tidak Diungkapkan
48 Bagian 47 - Aku Sangat Bahagia Bila Bersamamu
49 Bagian 48 - Perasaan yang Mengalir dalam Kebisuan
50 Bagian 49 - Telaga Tersembunyi
51 Bagian 50 - Keindahan yang Terjatuh
52 Bagian 51 - Hanya Aku yang Bisa Menyembuhkannya
53 Bagian 52 - Anak yang Telah Lama Hilang
54 Bagian 53 - Kucing Hitam yang Manis dan Taman Bunga Peony
55 Bagian 54 - Mencari Hadiah yang Berkesan
56 Bagian 55 - Chand Menghilang
57 Bagian 56 - Penculikan Putri di Desa Kecil
58 Bagian 57 - Penculikan Putri di Desa Kecil II
59 Bagian 58 - Chand Si Kucing Penyelamat?
60 Bagian 59 - Bisikan Kekhawatiran
61 Bagian 60 - Ketidakpastian Tersembunyi
62 Bagian 61 - Permainan Rahasia: Koin, Tantangan, dan Kejujuran
63 Bagian 62 - Perjalanan Izana dan Rahasia Chand
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Prolog
2
Bagian 1 - Sedikit Cinta
3
Bagian 2 - Lahir Kembali
4
Bagian 3 - Demi Aku dan Bibi Bettie
5
Bagian 4 - Panti Asuhan Desa Nefeloma
6
Bagian 5 - Teman Baru?
7
Bagian 6 - Apakah Kamu Bahagia?
8
Bagian 7 - Mantan Pengawal Ibu
9
Bagian 8 - Pencuri Kecil
10
Bagian 9 - Sepuluh Tahun
11
Bagian 10 - Masa Depan yang Tidak Diinginkan
12
Bagian 11 - Harapan
13
Bagian 12 - Cahaya yang Redup
14
Bagian 13 - Keputusasaan
15
Bagian 14 - Malam yang Mencekam
16
Bagian 15 - Lux Sanatus dan Mata Bulan Purnama
17
Bagian 16 - Harapan di Tengah Kegelapan
18
Bagian 17 - Penyembuhan dan Darah
19
Bagian 18 - Melampaui Batas
20
Bagian 19 - Kecurigaan dan Teori
21
Bagian 20 - Ciri yang Tidak Asing
22
Bagian 21 - Dia Bukan Tokoh Utama Pria
23
Bagian 22 - Perasaan yang Membingungkan
24
Bagian 23 - Menjadi Penyelamat Bagi Satu Sama Lain
25
Bagian 24 - Waktu yang Terasa Cepat
26
Bagian 25 - Senyuman yang Sama
27
Bagian 26 - Aku Ingin Selalu Bersama Kalian
28
Bagian 27 - Takut Akan Kematian
29
Bagian 28 - Apakah Caraku Salah?
30
Bagian 29 - Dia Sangat Keras Kepala
31
Bagian 30 - Apakah Kau Benar-Benar Berusia Sepuluh Tahun?
32
Bagian 31 - Pertemanan Kita Berakhir di Sini
33
Bagian 32 - Hanya Keajaiban dari Tuhan yang Dapat Menyelamatkannya
34
Bagian 33 - Peri Pemalu yang Memiliki Kekuatan Penyembuhan
35
Bagian 34 - Penyesalan
36
Bagian 35 - Festival di Grand Duchy Systrofi
37
Bagian 36 - Wanita Tua dan Gadis yang Terluka
38
Bagian 37 - Untuk Satu Detik Saja
39
Bagian 38 - Dia Kembali
40
Bagian 39 - Mengelilingi Desa Bersama
41
Bagian 40 - Kue Pai yang Membawa Hawa Panas
42
Bagian 41 - Ringan Bagaikan Udara
43
Bagian 42 - Kehadiranmu Terasa Sama Dengannya
44
Bagian 43 - Bahagia Sekali Rasanya dengan Perlakuanmu
45
Bagian 44 - Toko Perhiasan yang Mewah
46
Bagian 45 - Lembah Bunga
47
Bagian 46 - Terbebani Oleh Sesuatu yang Tidak Diungkapkan
48
Bagian 47 - Aku Sangat Bahagia Bila Bersamamu
49
Bagian 48 - Perasaan yang Mengalir dalam Kebisuan
50
Bagian 49 - Telaga Tersembunyi
51
Bagian 50 - Keindahan yang Terjatuh
52
Bagian 51 - Hanya Aku yang Bisa Menyembuhkannya
53
Bagian 52 - Anak yang Telah Lama Hilang
54
Bagian 53 - Kucing Hitam yang Manis dan Taman Bunga Peony
55
Bagian 54 - Mencari Hadiah yang Berkesan
56
Bagian 55 - Chand Menghilang
57
Bagian 56 - Penculikan Putri di Desa Kecil
58
Bagian 57 - Penculikan Putri di Desa Kecil II
59
Bagian 58 - Chand Si Kucing Penyelamat?
60
Bagian 59 - Bisikan Kekhawatiran
61
Bagian 60 - Ketidakpastian Tersembunyi
62
Bagian 61 - Permainan Rahasia: Koin, Tantangan, dan Kejujuran
63
Bagian 62 - Perjalanan Izana dan Rahasia Chand

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!