Bagian 4 - Panti Asuhan Desa Nefeloma

"Lalu siapa yang memiliki wewenang itu, Bibi?" tanya Aurasia dalam kesedihan dan rasa tidak sabar. Kaisar? Kaisar mungkin tidak mengetahui apakah Aurasia masih hidup atau tidak saat ini.

"Jika itu Kaisar, sepertinya kita tidak perlu meminta izin," ujar Aurasia yakin, tidak peduli dengan apa yang akan terjadi.

"Yang Mulia... kenapa Anda berpikir seperti itu?" tanya Bettie dengan wajah sedih.

"Kaisar tidak akan tahu apakah aku meninggalkan istana atau tidak. Dia tidak pernah peduli padaku, Bibi" sahut Aurasia dengan nada datar, berusaha menyembunyikan rasa sedih yang tidak disadarinya.

"Yang Mulia, saya harap Anda tidak berpikir seperti itu. Sebagai dayang Anda, saya berkewajiban menjaga keselamatan Anda. Saya tidak ingin hal buruk terjadi pada Anda. Ibu kota yang sangat berbahaya, apalagi tanpa pengawalan yang memadai," jelas Bettie dengan senyum tipis, berusaha membuat Aurasia mengerti. Ia benar-benar tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada Putri Aurasia.

"Jika begitu, mari kita cari tempat lain untuk membagikan buah-buahan ini selain di ibu kota Anatric, Bibi," usul Aurasia, mencoba membujuk Bettie.

"Hmm... tempat lain, ya..." pikir Bettie sejenak. Tempat yang tidak terlalu ramai oleh para bangsawan... batin wanita berambut coklat itu, seraya mengetuk pelan dagunya dengan jari telunjuknya.

"Bagaimana dengan desa Nefeloma? Itu adalah kampung halamanku," usul Bettie dengan senyuman ceria.

"Iya, Desa Nefeloma. Kita harus membagikan buah-buahan ini di desa Nefeloma, kampung halaman Bibi yang sangat aku cintai," jawab Aurasia dengan penuh antusiasme. Sebenarnya ia tidak tahu banyak tentang Desa Nefeloma, ini pun menjadi kesempatan pertamanya mendengar nama desa tersebut. Namun, Aurasia segera menyetujui saran dari Bettie, sebelum ia berubah pikiran dan terperangkap di dalam istana ini selamanya.

"Anda juga adalah orang yang sangat aku cintai, Putri," ucap Bettie dengan senyuman hangat, sebelum akhirnya ia memeluk Aurasia.

...♡♡♡♡♡...

Tangan mungil Aurasia melepas kalung mutiara yang menghiasi lehernya. Kemudian ia melanjutkan dengan mengganti gaun sutra berwarna ungu gelap dengan pakaian yang terlihat sederhana. Meski tampak sederhana, di butuhkan berapa koin emas untuk mendapatkan gaun bewarna hijau yang dipadukan dengan celemek putih itu. "Bibi, aku sudah siap. Ayo kita pergi sekarang," ajak seorang Putri yang menyamar menjadi gadis biasa itu.

Di subuh yang dingin ini, Aurasia dan Bettie berangkat meninggalkan Istana Spirit. Mereka melintasi hutan belantara untuk mencapai alun-alun Kota Anatric. Setibanya di sana, Aurasia dan Bettie mencari kereta kuda untuk disewa menuju desa Nefeloma.

Seraya mencari kereta kuda, manik Aurasia tiada hentinya berkeliling memandang kota Anatric yang begitu indah. Matanya terpukau oleh keindahan kota Anatric pada pagi hari. Ia memandang ke sekeliling, membiarkan pesona arsitektur bangunan kuno menyerapnya. Rumah-rumah dengan atap yang curam dan jendela-jendela kecil. Jalan-jalan berbatu dan lampu jalan klasik. Orang-orang terlihat berjalan-jalan, dan ada juga yang duduk di bangku taman, menciptakan suasana yang hidup namun tenang. Langit diwarnai dengan nuansa hangat oranye dan kuning, dengan burung-burung terbang di kejauhan.

Setelah mendapatkan kereta kuda, Aurasia dan Bettie pun melaju ke desa Nefeloma. Selama perjalanan, Aurasia tak henti-hentinya memandang keluar jendela, matanya terpaku pada pemandangan di luar. Dunia fantasi yang membentang begitu luas di depan matanya adalah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Padang rumput yang melarang mata, melambangkan kebebasan yang tak terbatas. Air sungai yang mengalir begitu bening, seolah-olah air itu sendiri membawa pesan-pesan rahasia alam semesta. Bukit-bukit yang terhampar begitu lembut, seolah-olah tercipta oleh sentuhan seorang seniman gaib.

"Yang Mulia, kita sudah sampai di desa Nefeloma, dan sebentar lagi kita akan tiba di rumahku," ujar Bettie memberitahu Aurasia dengan penuh kerendahan hati. Mereka telah melewati setengah hari perjalanan untuk sampai di desa Nefeloma.

Aurasia kembali memandang ke luar jendela. Pemandangan desa Nefeloma, tidak kalah indah dengan kota-kota dan desa-desa yang telah mereka lalui. Desa yang indah dan damai, yang dikelilingi oleh gunung-gunung bersalju yang menjulang tinggi di atas lanskap, dengan sungai yang mengalir melintasi desa tersebut. Langit cerah dengan awan lembut yang tersebar di seluruhnya, menunjukkan cahaya sore hari yang memancarkan bayangan panjang dan menerangi pemandangan dengan nuansa keemasan.

"Bibi, sejak aku dilahirkan, Bibi belum pernah sekalipun pulang ke rumah. Bibi pasti sangat merindukan keluarga, Bibi, ya," sahut Aurasia merasa bersalah dan kasihan pada Bettie, yang selalu tulus menjaga dan merawatnya.

Bettie memandang Aurasia dengan tatapan penuh perasaan. "Aku memang sangat merindukan keluarga dan kampung halamanku, tapi aku juga sangat bahagia bila bersamamu, Yang Mulia," balas Bettie dan tersenyum hangat pada Aurasia.

Kereta kuda pun berhenti. Bettie membuka pintu kereta kuda dan keluar. Ia memegang tangan Aurasia dengan lembut agar tidak terjatuh saat turun dari kereta kuda.

"Banyak sekali anak-anak di sini, Bibi," ucap Aurasia memperhatikan lingkungan sekitarnya. Sekarang mereka berada di satu-satunya panti asuhan di desa Nefeloma.

"Anda juga anak-anak, Yang Mulia," sahut Bettie tertawa kecil. Aurasia pun langsung teringat kalau saat ini ia sedang berada di dalam tubuh seorang anak tujuh tahun.

"Ayo!" ajak Bettie menggandeng tangan Aurasia berjalan menuju ke gerbang panti asuhan.

Aurasia berhenti begitu mereka tiba di ambang pintu gerbang itu. "Bibi, bisa panggil aku dengan nama "Aura", saat kita berada di depan orang lain?" pinta Aurasia yang tidak ingin identitasnya sebagai putri Kaisar terungkap. Aurasia saat ini hanya ingin hidup sebagai rakyat biasa. Ia tidak ingin diakui sebagai Putri Kekaisaran seperti dalam novel.

"Baiklah, Yang Mulia, jika itu keinginanmu," jawab Bettie menyetujui keinginan Putrinya dengan senang hati.

Aurasia dan Bettie pun melewati pagar besi bewarna hitam yang terbuka lebar. Manik emas Aurasia berkeliling, memperhatikan tampilan gedung panti yang cukup besar, cat putih polos, memberikan sentuhan arsitektur kuno, seperti bangunan Eropa pada abad pertengahan.

Sesampainya di dalam panti asuhan, Bettie dan Aurasia berjalan menuju ruang Kepala Panti. Bettie lantas memeluk Kepala Panti, yang merupakan ibu kandungnya, begitu mereka bertemu dan bertegur sapa. Ibu dan anak tersebut saling melepas rindu satu sama lain.

"Ibu, anak perempuan yang cantik ini adalah anak yang aku asuh. Dia adalah anak dari salah seorang pedagang di Anatric," ucap Bettie berbohong. Sebenarnya, tanpa diminta oleh Aurasia, Bettie sudah berencana untuk menyembunyikan identitas asli dari Putri kecil itu. Wanita berambut coklat itu akan melakukan apapun demi keselamatan Putri kesayangannya. Meski harus berbohong pada ibunya sendiri.

"Begitukah? Kamu imut sekali. Siapa namamu, nak?" tanya Kepala Panti dengan senyuman hangat, seraya mengelus lembut pipi Aurasia.

"Namaku, Aura, Ibu Kepala Panti," jawab Aurasia dengan sopan dan anggun.

"Hohoho, panggil saja aku, Nenek. Tidak perlu terlalu formal padaku, Aura," sahut Kepala Panti, gemas pada Aurasia.

"Baiklah, Nenek. Aku akan tinggal beberapa hari di panti asuhan ini. Mohon bantuannya, Nenek," balas Aurasia seraya tersenyum tipis, sambil membungkuk, memberikan hormat seperti seorang nona bangsawan.

"Oh, Aura, kau begitu menggemaskan. Bolehkah aku memelukmu?" pinta Kepala Panti seraya tersenyum merekah.

"Dengan senang hati, Nenek." Aurasia bergerak memeluk Kepala Panti. "Nenek, boleh memelukku kapan saja," lanjutnya, menikmati pelukan hangat dari Kepala Panti.

Bettie tersenyum, terharu, dan bahagia. Melihat keluarganya yang begitu hangat. Aurasia begitu manis, dan juga tampak dewasa. Bettie berharap semoga orang-orang yang berada di sekitarnya bisa selalu bahagia seperti ini.

...♡♡♡♡♡...

Keesokan paginya, Aurasia membantu para pengurus panti menyiapkan sarapan untuk anak-anak. Tangan mungilnya menata satu per satu roti dengan selai kacang pada piring yang telah disediakan di atas meja.

"Aura, apa yang kamu lakukan? Kamu tidak perlu repot-repot menyiapkan sarapan untuk anak-anak," ujar Bettie, seraya tersenyum dan geleng-geleng kepala.

"Tidak apa-apa Bibi, aku tidak kerepotan sama sekali. Aku hanya ingin meringankan pekerjaan para pengurus panti," sahut Aurasia, dengan tulus.

Bettie memegang kedua pundak Aurasia dan menuntunnya untuk duduk di kursi. Aurasia pun hanya menurut saja. Kemudian, Bettie mengambil sepiring sarapan dan diberikannya pada Aurasia. "Aura, makanlah. Aku tahu kamu pasti lapar. Kamu tidak perlu menunggu anak-anak lainnya untuk makan bersama," sahut Bettie dengan senyuman hangat.

"Hehe, Bibi tahu saja. Baiklah, terima kasih untuk sarapannya, Bibi," sahut Aurasia, dengan mulut yang melengkung membentuk senyuman manis.

"Oh, Putri... Anda manis sekali," gemas Bettie, memandang wajah Aurasia yang begitu mirip boneka dengan rona merah terkuas dari wajahnya.

"Bibi!" seru Aurasia dengan bibir berkedut dan mata yang membesar begitu Bettie memanggilnya dengan sebutan Putri.

"Ups, maafkan aku. Kemanisanmu sampai membuatku lupa dengan keadaan sekitarku," sahut Bettie menutup mulut dengan tangannya.

"Bibi terlalu berlebihan," ujar Aurasia, karena Bettie selalu memujinya setiap ada kesempatan.

"Baiklah, aku akan ke dapur. Habiskan sarapanmu ya, Aura sayang," Bettie pun melangkahkan kakinya ke arah dapur dan meninggalkan Aurasia.

Aurasia berhenti menggigit roti yang ada di tangannya, begitu ia mendengar banyak langkah kaki yang menuju ruang makan, tempat ia berada saat ini. Dan benar saja, segerombolan anak-anak panti memasuki ruang makan. Mereka pun segera duduk di kursi meja makan. Para anak-anak pun mulai memakan sarapan yang sudah tersedia di meja itu.

"Hai! Aku baru pertama kali melihatmu di panti asuhan ini. Apa kau anak baru?" sapa salah seorang anak perempuan yang duduk di samping Aurasia. Anak perempuan berkulit putih, dengan rambut sebahu bewarna ginger, sekiranya usia anak perempuan itu adalah sembilan tahun.

"Iya, kami tidak pernah melihatmu sebelumnya," tambah anak laki-laki berambut merah yang berada di samping anak perempuan itu.

"Ah, aku baru saja tiba di sini kemarin malam. Perkenalkan, namaku Aura," ucap Aurasia memperkenalkan diri dan mengacungkan tangannya untuk bersalaman dengan anak-anak tersebut.

Setelah menunggu beberapa detik, anak-anak tersebut tidak kunjung menjabat tangan mungil Aurasia. Tampaknya, mereka enggan melakukannya. Sabar, mereka masih anak-anak, batin Aurasia, dengan senyuman paksa.

"Hmm, aku, Lussy, dan dia, Jack," balas anak perempuan itu seadanya. Kemudian, anak-anak itu melanjutkan menyantap sarapan mereka.

"Semoga kita bisa berteman baik," ujar Aurasia seraya tersenyum tipis, tidak terlalu menanggapi balasan anak-anak itu.

"Berteman baik denganmu?" Lussy menaikkan satu alisnya.

Episodes
1 Prolog
2 Bagian 1 - Sedikit Cinta
3 Bagian 2 - Lahir Kembali
4 Bagian 3 - Demi Aku dan Bibi Bettie
5 Bagian 4 - Panti Asuhan Desa Nefeloma
6 Bagian 5 - Teman Baru?
7 Bagian 6 - Apakah Kamu Bahagia?
8 Bagian 7 - Mantan Pengawal Ibu
9 Bagian 8 - Pencuri Kecil
10 Bagian 9 - Sepuluh Tahun
11 Bagian 10 - Masa Depan yang Tidak Diinginkan
12 Bagian 11 - Harapan
13 Bagian 12 - Cahaya yang Redup
14 Bagian 13 - Keputusasaan
15 Bagian 14 - Malam yang Mencekam
16 Bagian 15 - Lux Sanatus dan Mata Bulan Purnama
17 Bagian 16 - Harapan di Tengah Kegelapan
18 Bagian 17 - Penyembuhan dan Darah
19 Bagian 18 - Melampaui Batas
20 Bagian 19 - Kecurigaan dan Teori
21 Bagian 20 - Ciri yang Tidak Asing
22 Bagian 21 - Dia Bukan Tokoh Utama Pria
23 Bagian 22 - Perasaan yang Membingungkan
24 Bagian 23 - Menjadi Penyelamat Bagi Satu Sama Lain
25 Bagian 24 - Waktu yang Terasa Cepat
26 Bagian 25 - Senyuman yang Sama
27 Bagian 26 - Aku Ingin Selalu Bersama Kalian
28 Bagian 27 - Takut Akan Kematian
29 Bagian 28 - Apakah Caraku Salah?
30 Bagian 29 - Dia Sangat Keras Kepala
31 Bagian 30 - Apakah Kau Benar-Benar Berusia Sepuluh Tahun?
32 Bagian 31 - Pertemanan Kita Berakhir di Sini
33 Bagian 32 - Hanya Keajaiban dari Tuhan yang Dapat Menyelamatkannya
34 Bagian 33 - Peri Pemalu yang Memiliki Kekuatan Penyembuhan
35 Bagian 34 - Penyesalan
36 Bagian 35 - Festival di Grand Duchy Systrofi
37 Bagian 36 - Wanita Tua dan Gadis yang Terluka
38 Bagian 37 - Untuk Satu Detik Saja
39 Bagian 38 - Dia Kembali
40 Bagian 39 - Mengelilingi Desa Bersama
41 Bagian 40 - Kue Pai yang Membawa Hawa Panas
42 Bagian 41 - Ringan Bagaikan Udara
43 Bagian 42 - Kehadiranmu Terasa Sama Dengannya
44 Bagian 43 - Bahagia Sekali Rasanya dengan Perlakuanmu
45 Bagian 44 - Toko Perhiasan yang Mewah
46 Bagian 45 - Lembah Bunga
47 Bagian 46 - Terbebani Oleh Sesuatu yang Tidak Diungkapkan
48 Bagian 47 - Aku Sangat Bahagia Bila Bersamamu
49 Bagian 48 - Perasaan yang Mengalir dalam Kebisuan
50 Bagian 49 - Telaga Tersembunyi
51 Bagian 50 - Keindahan yang Terjatuh
52 Bagian 51 - Hanya Aku yang Bisa Menyembuhkannya
53 Bagian 52 - Anak yang Telah Lama Hilang
54 Bagian 53 - Kucing Hitam yang Manis dan Taman Bunga Peony
55 Bagian 54 - Mencari Hadiah yang Berkesan
56 Bagian 55 - Chand Menghilang
57 Bagian 56 - Penculikan Putri di Desa Kecil
58 Bagian 57 - Penculikan Putri di Desa Kecil II
59 Bagian 58 - Chand Si Kucing Penyelamat?
60 Bagian 59 - Bisikan Kekhawatiran
61 Bagian 60 - Ketidakpastian Tersembunyi
62 Bagian 61 - Permainan Rahasia: Koin, Tantangan, dan Kejujuran
63 Bagian 62 - Perjalanan Izana dan Rahasia Chand
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Prolog
2
Bagian 1 - Sedikit Cinta
3
Bagian 2 - Lahir Kembali
4
Bagian 3 - Demi Aku dan Bibi Bettie
5
Bagian 4 - Panti Asuhan Desa Nefeloma
6
Bagian 5 - Teman Baru?
7
Bagian 6 - Apakah Kamu Bahagia?
8
Bagian 7 - Mantan Pengawal Ibu
9
Bagian 8 - Pencuri Kecil
10
Bagian 9 - Sepuluh Tahun
11
Bagian 10 - Masa Depan yang Tidak Diinginkan
12
Bagian 11 - Harapan
13
Bagian 12 - Cahaya yang Redup
14
Bagian 13 - Keputusasaan
15
Bagian 14 - Malam yang Mencekam
16
Bagian 15 - Lux Sanatus dan Mata Bulan Purnama
17
Bagian 16 - Harapan di Tengah Kegelapan
18
Bagian 17 - Penyembuhan dan Darah
19
Bagian 18 - Melampaui Batas
20
Bagian 19 - Kecurigaan dan Teori
21
Bagian 20 - Ciri yang Tidak Asing
22
Bagian 21 - Dia Bukan Tokoh Utama Pria
23
Bagian 22 - Perasaan yang Membingungkan
24
Bagian 23 - Menjadi Penyelamat Bagi Satu Sama Lain
25
Bagian 24 - Waktu yang Terasa Cepat
26
Bagian 25 - Senyuman yang Sama
27
Bagian 26 - Aku Ingin Selalu Bersama Kalian
28
Bagian 27 - Takut Akan Kematian
29
Bagian 28 - Apakah Caraku Salah?
30
Bagian 29 - Dia Sangat Keras Kepala
31
Bagian 30 - Apakah Kau Benar-Benar Berusia Sepuluh Tahun?
32
Bagian 31 - Pertemanan Kita Berakhir di Sini
33
Bagian 32 - Hanya Keajaiban dari Tuhan yang Dapat Menyelamatkannya
34
Bagian 33 - Peri Pemalu yang Memiliki Kekuatan Penyembuhan
35
Bagian 34 - Penyesalan
36
Bagian 35 - Festival di Grand Duchy Systrofi
37
Bagian 36 - Wanita Tua dan Gadis yang Terluka
38
Bagian 37 - Untuk Satu Detik Saja
39
Bagian 38 - Dia Kembali
40
Bagian 39 - Mengelilingi Desa Bersama
41
Bagian 40 - Kue Pai yang Membawa Hawa Panas
42
Bagian 41 - Ringan Bagaikan Udara
43
Bagian 42 - Kehadiranmu Terasa Sama Dengannya
44
Bagian 43 - Bahagia Sekali Rasanya dengan Perlakuanmu
45
Bagian 44 - Toko Perhiasan yang Mewah
46
Bagian 45 - Lembah Bunga
47
Bagian 46 - Terbebani Oleh Sesuatu yang Tidak Diungkapkan
48
Bagian 47 - Aku Sangat Bahagia Bila Bersamamu
49
Bagian 48 - Perasaan yang Mengalir dalam Kebisuan
50
Bagian 49 - Telaga Tersembunyi
51
Bagian 50 - Keindahan yang Terjatuh
52
Bagian 51 - Hanya Aku yang Bisa Menyembuhkannya
53
Bagian 52 - Anak yang Telah Lama Hilang
54
Bagian 53 - Kucing Hitam yang Manis dan Taman Bunga Peony
55
Bagian 54 - Mencari Hadiah yang Berkesan
56
Bagian 55 - Chand Menghilang
57
Bagian 56 - Penculikan Putri di Desa Kecil
58
Bagian 57 - Penculikan Putri di Desa Kecil II
59
Bagian 58 - Chand Si Kucing Penyelamat?
60
Bagian 59 - Bisikan Kekhawatiran
61
Bagian 60 - Ketidakpastian Tersembunyi
62
Bagian 61 - Permainan Rahasia: Koin, Tantangan, dan Kejujuran
63
Bagian 62 - Perjalanan Izana dan Rahasia Chand

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!