Putri berambut frost itu berdiri dan menuntun langkahnya dengan pasti menjauh meninggalkan danau tersebut. Matanya terlihat dalam pemikiran yang mendalam, karena di tempat ini, pertemuan antara Aurasia dan Loyd yang mengubah segalanya terjadi.
...♡♡♡♡♡...
Aurasia bejinjit, tangan kecilnya meraih gagang pintu utama Istana Spirit yang berlapis emas campuran. Putri bermata emas itu membukakan pintu untuk Kepala Pelayan seluruh Istana Iresical di Ibu Kota, Pimpinan Dokter Keluarga Kekaisaran, beserta para kesatria pengawal yang mendampingi perjalanan mereka ke Istana Spirit. Kemudian, para pekerja istana itu membungkuk dan memberikan hormat pada Putri Aurasia.
"Selamat sore, Yang Mulia," sambut Kepala Pelayan, Abel. "Di mana Bettie? Mengapa Anda yang menyambut kedatangan kami?" tanya Abel dengan wajah heran, karena tidak melihat dayang tersebut di sisi Aurasia.
"Kurasa bibi Bettie tengah terlibat dalam urusan lain. Tetapi tidak masalah, ia pasti akan segera datang," jawab Aurasia, yang belum melihat Bettie sejak siang tadi.
"Mengenai urusan apa, Yang Mulia? Tugasnya di sini hanyalah untuk melayani Anda. Apakah Bettie telah menjalankan tugasnya dengan baik?" tanya Abel dengan nada yang sedikit meninggi.
"Bibi Bettie telah melaksanakan tugasnya dengan sangat baik, bahkan melebihi siapapun," tegas Putri berambut frost itu dengan tatapan yang penuh keyakinan. Aurasia merasa tidak suka dengan nada bicara pria paruh baya itu.
Suara bersin yang cukup keras, membuat pandangan semua orang teralihkan ke arah sumber suara. "Maaf, saya minta maaf," ujar Bettie, berjalan tergesa-gesa mendekati Aurasia.
"Jangan khawatir, Bibi. Tidak perlu terus-terusan meminta maaf. Itu bukan masalah yang besar, Bibi," ujar Aurasia, mencoba meredakan rasa bersalah yang dialami wanita itu.
Bettie sangat kompeten, bahkan hingga kesalahan kecil pun bisa membuatnya merasa bersalah. Abel juga! Jangan melihat Bettie dengan tatapan intimidasi seperti itu! Aurasia melirik tajam Abel.
"Tuan Abel, Dokter Alice, mari kita lanjutkan dengan pemeriksaan rutin Yang Mulia Putri. Saya akan menuntun Anda semua," ujar Bettie sebelum mereka bergerak ke ruangan yang biasa digunakan untuk pemeriksaan kesehatan Aurasia.
Beberapa saat kemudian, pemeriksaan rutin Aurasia selesai.
"Anda dalam kondisi kesehatan baik, Yang Mulia," ujar Dokter Alice, sambil mengemas alat-alat medisnya.
"Syukurlah," ungkap Bettie tersenyum merekah pada Aurasia.
"Alice, bisa kamu periksa Bibi Bettie, juga?" pinta Aurasia, karena sebelumnya ia melihat Bettie bersin beberapa kali. Putri kecil itu selalu mengkhawatirkan kesehatan Bettie, bahkan lebih dari dirinya sendiri.
Bettie cukup terkejut mendengar permintaan Aurasia tersebut. "Yang Mulia, Anda tidak per-"
"Yang Mulia Putri, saya adalah seorang bangsawan yang merupakan Pimpinan Dokter Keluarga Kekaisaran. Tugas saya tidak untuk memeriksa seorang dayang, tetapi Keluarga Kekaisaran. Jika dayang Anda sakit, Anda bisa meminta bawahan saya untuk memeriksanya," jelas Dokter Alice dengan nada yang cukup tinggi. Kearoganan terpancar dengan jelas dari Dokter tersebut.
"Nyonya, saya paham bahwa saya hanyalah seorang dayang, dan tidak sepatutnya mendapatkan pemeriksaan dari seorang bangsawan seperti Anda. Tetapi tolong, berbicaralah dengan hormat kepada Yang Mulia Putri Aurasia, yang merupakan anggota Keluarga Kekaisaran," tutur Bettie dengan ketegasan yang tidak biasa.
Dokter Alice menggertakkan giginya, geram dengan ucapan Bettie barusan. "Kamu tidak berhak menegurku, dayang—"
"Hentikan, Nyonya Alice!" suruh Abel seraya menahan Dokter Alice yang tampak hendak menerkam Bettie.
"Alice, seperti yang kubilang, tolong periksa kesehatan Bibi Bettie!" perintah Aurasia lagi, dengan menekan kata-katanya.
Dokter Alice memandang Aurasia dengan tatapan kesal sebelum akhirnya melirik Abel, seolah-olah meminta pria paruh baya itu untuk berbicara menggantikannya.
"Nyonya Alice, Yang Mulia Putri meminta Anda untuk memeriksa dayangnya. Mohon segera melakukan perintah beliau," pinta Abel, mengingatkan Dokter Alice dengan tegas.
Dokter Alice memandang Abel dengan tatapan tidak percaya. Tetapi wanita itu tidak memiliki pilihan lain, keadaan mendesaknya.
"Yang Mulia, sungguh ini tidak diperlukan," jujur Bettie, dengan wajah yang menggambarkan keberatan yang halus.
"Maafkan aku Bibi, tapi ini perintah," tutur Aurasia berusaha untuk tegas, walaupun Putri kecil itu tidak ingin bertentangan dengan Bettie yang sudah dianggapnya sebagai ibu kandungnya sendiri.
Dokter Alice pun mulai memeriksa kesehatan Bettie. Setiap gerakan dengan enggan dilakukan Dokter Alice dalam memeriksa kesehatan Bettie. "Perlakukan Bibi Bettie dengan lembut, Alice," suruh Aurasia memandang Dokter Alice dengan tatapan yang cukup tajam.
Aurasia dapat melihat dengan jelas bahwa Bettie merasa tidak nyaman dengan Dokter Alice. Putri kecil itu menghela napas ringan. Maafkan aku, Bibi, tapi ini untuk kebaikanmu dan aku.
Dalam novel, hanya tersisa tiga tahun sebelum Bettie menghembuskan napas terakhirnya akibat penyakit misterius. Anne, seorang dayang baru, dipilih untuk menggantikan perannya dalam mengurus Aurasia. Dalam keberbedaan yang mencolok, sikap kasar Anne menjadi kontrast nyata dengan kelembutan Bettie.
Aku benar-benar tidak ingin kehilangan Bettie. Sosok ibu yang selama ini aku dambakan telah diberikan olehnya. Aku ingin melindungi Bettie yang sangat berharga bagiku.
Meski aku tidak menemukan petunjuk apapun tentang penyakit misterius yang diderita Bettie nantinya, setidaknya aku masih memiliki satu kartu as terakhir. Kekuatan Lux Sanatus, kekuatan milik Keluarga Kerajaan Lanceena, yang dilarang digunakan di Iresical.
Meski Aurasia tidak mewarisi kekuatan Benedetta, yakni kekuatan penyuburan tanaman milik Keluarga Kekaisaran Iresical, setidaknya ia mewarisi kekuatan Lux Sanatus dari ibunya, Yoshiko, yang merupakan Putri dari Kerajaan Lanceena.
Di Istana Spirit, Aurasia baru menyadari bahwa ia juga memiliki kekuatan Lux Sanatus ketika berumur 16 tahun. Ketika tangan Loyd terluka, membuat gadis itu panik dan refleks memegang tangan Loyd. Tanpa disangkanya, cahaya hijau yang merupakan bentuk dari energi suci murni keluar dari tangan Aurasia dan menyembuhkan luka pada tangan Loyd.
Karena aku sudah tahu tubuh ini memiliki kekuatan yang bisa menyembuhkan penyakit, apakah aku bisa menyembuhkan penyakit misterius yang diderita Bettie dan mengubah takdir kematiannya? Serta mencegah kedatangan Anne juga? pikir Aurasia setelah mengingat kembali cerita pada novel.
Aurasia menghela napas panjang lagi. Namun, aku tidak tahu bagaimana cara mengaktifkan kekuatan ini, pikirnya dengan kekhawatiran yang tersisa.
...♡♡♡♡♡...
Matahari pagi mempermainkan sinarnya di sepanjang helai rambut frost Putri, mendorongnya untuk menjelajahi halaman istana tua itu. Aurasia menghirup udara segar di luar istana, membiarkan aroma bunga-bunga liar merayapi indranya. Keindahan tempat ini begitu menyegarkan hatinya. Istana yang dikelilingi oleh halaman rumput luas dan diterangi oleh matahari pagi, menciptakan suasana yang tenang dan damai. Beberapa pohon buah yang tumbuh subur menambahkan pesona alam yang memikat.
Namun, dalam keindahan itu, Aurasia merasakan kekosongan. Tempat ini memang indah, tapi apa lagi yang bisa aku lakukan di sini? batinnya sambil menghela napas ringan. Perasaan yang tidak pernah hilang sejak beberapa waktu belakangan ini. Dia telah mengelilingi istana ini berkali-kali, namun tentu saja tidak ada yang berubah.
Tanpa disadarinya, langkahnya membawanya ke belakang istana. Di sana, terhampar pohon-pohon buah apel dan mangga. Setelah diperhatikannya dengan seksama, buah-buah itu ternyata sudah matang. Namun, sayangnya, beberapa di antaranya sudah mulai membusuk.
Seperti yang dijelaskan dalam novel, Kekaisaran Iresical kaya akan pangan. Di istana terbengkalai seperti Istana Spirit saja, buah-buahan tumbuh dengan subur. Apalagi wilayah yang tempati oleh anggota Keluarga Kekaisaran. Tentu saja hasilnya jauh lebih melimpah, pikirannya melayang pada anggota Keluarga Kekaisaran yang memiliki kekuatan untuk menyuburkan tanaman.
Tubuh mungil Aurasia mulai memanjat salah satu pohon mangga. Dengan hati-hati, ia memetik buah mangga yang sudah matang. Ia merasa sedih jika melihat begitu banyak buah yang mungkin akan membusuk dan terbuang percuma.
Dengan semangat, Aurasia terus memetik buah-buahan lainnya. Dari satu pohon ke pohon lainnya, ia memastikan tidak ada buah yang terbuang sia-sia. Namun, rasa lelah mulai menyergap tubuh mungilnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk turun dari pohon.
Ia mulai mengumpulkan buah-buah yang berserakan di rumput, membentuk dua bukit kecil, satu dari buah mangga dan satu lagi dari buah apel. Aurasia memilih satu buah mangga, lalu mengupasnya. Daging buah itu terasa segar di lidahnya, rasanya hampir seperti nektar surga. Setelah menghabiskan mangga, Aurasia beralih ke buah apel. Meskipun berbeda rasa, apel itu juga membawa kelezatan yang menggoda.
Namun hanya dengan perut kecilnya ini, Aurasia tidak bisa memakan semua buah-buah yang masih tersisa. Aurasia memandang kembali bukit buah-buahan itu. Putri kecil itu berpikir, bagaimana agar buah ini tidak busuk dan terbuang begitu saja.
"Putri, apa yang Anda lakukan disini?" tanya Bettie dengan suara yang lembut, tiba di dekat Aurasia.
"Aku baru saja selesai memetik buah-buah ini, Bibi," jawab Aurasia seraya tersenyum dan mengambil satu buah apel. "Apa Bibi, mau?" lanjutnya menawarkan apel tersebut pada Bettie.
"Putri, seharusnya Anda meminta saya untuk memetik buah-buahan ini," ujar Bettie, penuh perhatian. "Anda tidak perlu memaksakan diri. Bagaimana jika Anda terjatuh? Ah, saya tidak tega membayangkan itu," ujar Bettie melanjutkan, wajahnya penuh kekhawatiran.
"Tidak apa-apa, Bibi. Aku sudah besar. Bibi tidak perlu khawatir terlalu banyak," sahut Aurasia berusaha menenangkan Bettie.
"Ah, Putri kecil ini sudah tumbuh besar," ujar Bettie, gemas dengan Putri kecil itu.
Aurasia bergerak dan langsung memeluk Bettie. Pelukan yang terasa lebih hangat dari pelukan orang tuanya di dunia nyata.
"Aku sangat menyayangimu, Yang Mulia," ujar Bettie dan mengecup lembut pelipis Aurasia.
"Bibi," panggil Aurasia.
"Ada apa, Yang Mulia?"
"Di istana kita ada begitu banyak buah. Tidak akan habis hanya dengan kita yang memakannya."
"Jadi, apa yang diinginkan Putri kecilku?" tanya Bettie dengan senyuman lembut.
"Aku ingin membagikan buah-buahan ini kepada rakyat Iresical, Bibi" jawab Aurasia dengan penuh keyakinan.
"Baiklah, jika itu yang Anda inginkan. Besok, saya akan membagikannya kepada orang-orang di ibu kota."
"Bibi, bolehkah aku ikut?" tanya Aurasia dengan cepat.
"Yang Mulia, Anda tidak perlu repot untuk membagikan buah-buahan ini, saya akan melakukannya untuk Anda," sahut Bettie dengan lembut.
"Tidak, ini semua tidak akan merepotkanku, Bibi," sanggah Aurasia. "Aku merasa bosan jika harus selalu berada di istana ini tanpa melakukan apapun," ujarnya melanjutkan dengan nada sedih.
Bettie memandang Aurasia dengan prihatin. "Putri, aku tidak memiliki wewenang untuk mengizinkan Anda meninggalkan istana ini," sahut Bettie dengan lembut, berusaha membuat Putri kecil itu mengerti.
"Lalu siapa yang memiliki wewenang itu?" tanya Aurasia dalam kesedihan dan rasa tidak sabar. Kaisar? Kaisar mungkin tidak mengetahui apakah Aurasia masih hidup atau tidak saat ini.
"Jika itu Kaisar, sepertinya kita tidak perlu meminta izin."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
miris banget hidupnya...dr dunia modetn spi dunia kono..tetap menderita...
2024-05-12
0
vivin vvii
baguss thorrr
2024-05-12
0
Witaa
semangat nulis author!!!
2024-02-23
0