Bagian 1 - Sedikit Cinta

Sebuah tamparan yang begitu keras mendarat dengan mulus di pipi Miya. Gadis yang masih mengenakan seragam sekolah itu, memegang pipinya yang terasa panas. Meski dengan kepala yang tertunduk, mata Miya menatap tajam Papanya yang berada di depannya saat ini. Keheningan pun terjadi beberapa saat di ruang keluarga yang terasa sangat panas.

Papa Miya berdecak. "Hanya dengan nilai delapan puluh tujuh ini, mau jadi apa kamu?" teriak pria paruh baya itu dengan kemarahan, seraya membanting selembar kertas ulangan milik Miya ke atas meja. "Kenapa semakin hari nilaimu malah tambah buruk?!" Papa Miya melanjutkan dengan suara yang semakin tinggi.

"Semester kemarin turun dari rank satu ke rank empat paralel. Semester akhir ini mau rank berapa lagi? Rank lima? Rank enam?" Papa Miya tak kuasa menahan amarahnya. Apa lagi bila mengingat peringkat Miya yang menurun.

"Dasar anak bodoh! Dimana otak kamu?!" tutur Papa Miya geram pada anaknya sendiri, seyara menunjuk-nunjuk kepala Miya beberapa kali. "Kamu pikir biaya sekolah dan bimbelmu itu murah? Setelah lulus dari kuliahmu dan mendapat pekerjaan, belum tentu kamu bisa mengembalikan semua uang itu sepenuhnya." Papa Miya menghela napas panjang. "Jika kamu tidak kunjung berubah, bagaimana bisa kamu akan lolos di Oxford, universitas impian kamu itu!?"

"Itu impian Papa. Miya gak pernah bermimpi untuk masuk Oxford!" Setelah mendengar keluh kesah Papanya yang dirasa berlebihan, akhirnya Miya membuka suara juga. Alisnya yang terlipat dan tatapan tajam menciptakan aura ketidaksetujuan yang kuat dengan pernyataan Papanya.

"Argh!" Miya meringis kesakitan, begitu Papanya kembali melayangkan tamparan yang sangat keras dan berhasil membuat Miya tersungkur ke lantai.

"Dasar anak tidak berguna! Beraninya kau melawan orang tuamu! Berhenti memandangku dengan tatapan seperti itu!" balas Papa Miya dengan amarah yang memuncak, benar-benar muak melihat wajah putrinya.

"Yana! Nasihati anakmu itu!" perintah Papa Miya pada Yana, Mama Miya. Papa Miya pun melangkah meninggalkan ruang keluarga.

Yana yang sedari tadi hanya memperhatikan ayah dan anak itu, akhirnya berdiri dari sofa dan mendekati Miya. Yana menghela napas ringan, sebelum akhirnya tersenyum lembut pada putri semata wayangnya itu. Tangan kanan Yana pun menyentuh bahu Miya. "Kamu harus bertanggung jawab atas masa depanmu, Miya. Ini bukan main-main," ujar Yana menatap Miya dengan lekat.

"Dan kamu juga tidak boleh melawan pada orang tuamu," lanjut Yana seraya tersenyum lembut. "Meskipun papamu terlihat keras, ketahuilah itu demi masa depanmu yang cerah."

"Aku tahu, beberapa hari lagi adalah pembagian peran drama pada ujian praktek kesenianmu, kan? Ingat Miya, kami telah mengeluarkan biaya yang besar untuk les drama. Jadi, berusahalah. Semoga kamu mendapatkan peran utama dan nilai yang tertinggi untuk ujian kali ini."

"Sekarang, kembalilah ke kamarmu dan lanjutkan belajar," suruh Yana seraya tersenyum lembut, sebelum akhirnya ia melangkah meninggalkan Miya di ruang keluarga sedirian.

Manik Miya berotasi, mengelilingi ruang keluarga yang terasa begitu suram. Setelahnya, gadis itu pun memilih untuk masuk ke kamarnya. Setibanya di kamar, Miya melempar tas sekolahnya ke sembarang arah. Kakinya melangkah ke cermin besar yang berada di samping lemari pakaian.

Pada cermin itu, Miya mendangi dirinya dari ujung kaki hingga puncak kepalanya. Terlihat sangat berantakan. Rambut panjangnya yang sudah acak-acakan dan pakaiannya yang telah kusut. Tangan Miya bergerak merapikan rambutnya, untuk melihat lebih jelas luka tamparan pada wajahnya. Miya menghela napas panjang. Berpikir bagaimana cara menyembunyikan luka di pipinya ketika ingin keluar nanti?

Tangan Miya pun beralih untuk membuka kancing seragamnya satu per satu. Begitu selesai melepas seragamnya, Miya menatap bahunya, bahu yang di pegang Mamanya tadi. Memar berwarna ungu mewarnai bahu Miya. Bukan mengelus untuk memberikan ketenangan pada putrinya, melainkan Yana menyubit dan memintal daging bahu Miya dengan sangat kencang.

Miya tersenyum miris. Maniknya kembali memperhatikan seluruh tubuhnya yang terpancar pada cermin. Sangat kurus. Miya merasa tubuhnya telah hancur, karena selalu di paksa belajar terlalu keras. "Ini sungguh memuakkan."

...♡♡♡♡♡...

"Aku mencintai orang lain."

Miya memegang dadanya yang terasa sesak. Meskipun sudah mengetahui fakta itu sejak lama, Miya tidak menyangka rasanya akan sesakit ini bila mendengar pengakuan itu secara langsung dari orang yang dicintainya.

"Aku salah, berpikir bahwa perasaanmu terhadap wanita itu akan hilang seiring berjalannya waktu. Wanita yang bahkan tidak pernah ada untukmu." Mata Miya mulai berkaca-kaca. Ia bahkan tidak dapat melihat dengan jelas pria yang berada di depannya saat ini.

"Apa maksudmu? Aku bahkan tidak pernah bercerita tentangnya, Miya," ujar pria itu dengan tatapan yang mendalam pada Miya.

"Aku sudah mengetahui segalanya, Setia," sahut Miya dengan suara serak dan senyuman miris.

"Aku terlalu naif, karena berharap kau akan mencintaiku dan berharap kau akan tulus padaku suatu hari nanti." Miya menepis air matanya yang sudah mengalir bebas di pipinya. Gadis itu pun berbalik dan melangkah cepat ke arah pintu keluar.

"Miya, tunggu!" Pria dengan nama Setia itu dengan cepat menahan tangan Miya, tetapi gadis itu menepis tangannya dengan kasar.

Miya menoleh tajam, tatapannya menusuk Setia seperti pedang yang membelah udara. "Jangan bicara denganku lagi, jangan temui aku lagi, sebelum kau membawakan cincin dan menikahiku, Setia." Setelah usai menyampaikan pesan terakhirnya, Miya pun keluar dari apartement milik Setia.

Setelah beberapa langkah, Miya kembali menoleh ke arah pintu apartement dengan nomor 222 itu. Miya kembali tersenyum miris, malu dengan dirinya sendiri karena berharap Setia akan keluar dan mengejarnya. Bodoh, batinnya sebelum akhirnya ia benar-benar keluar dari gedung apartement itu.

Saat itu, hujan mulai turun dengan deras di luar, menciptakan suara gemuruh yang seolah-olah menggambarkan kekacauan perasaan Miya. Bukan dari keluarga atau orang yang di sukainya, Miya hanya mengharapkan sedikit cinta dari mereka. "Benar, sebaiknya jangan pernah menaruh harapan pada manusia."

...♡♡♡♡♡...

".... Juliet diperankan oleh Natalie Margareta, Romeo diperankan oleh Owen Horison, dan peran terakhir, Rosaline, diperankan oleh Miya Levyna. Sekarang silahkan kalian lanjutkan untuk latihannya. Saya akan mengambil properti terlebih dahulu. Liam, bantu saya!" Setelah menyampaikan peran untuk ujian praktek para siswa, Bu Eliza pun beranjak dari ruang kelas.

Miya menghela napas panjang, begitu mengetahui ia tidak mendapatkan peran utama, Juliet. Bisakah Miya mendapat nilai tertinggi bila ia hanya akan melakukan beberapa adegan dan mengucapkan sedikit dialog? Papa dan mamanya pasti akan memarahinya lagi, karena tidak mendapatkan peran utama setelah melalui les drama dan seleksi peran.

Miya keluar dari ruang kelas dan berjalan menuju rooftop. Ia benar-benar membutuhkan angin segar untuk saat ini. Setibanya di rooftop, Miya duduk di tepi pagar pembatas. Seraya angin bermain-main dengan rambut panjangnya yang terurai, Miya memandangi suasana sekolah dari atas gedung.

Apa yang akan terjadi jika aku terjun dari atas sini? batin Miya bertanya, dengan tatapan kosong ke bawah. Tidak-tidak! Apa yang aku pikirkan? Miya menepuk pipinya dengan kedua tangannya, menyadarkan dirinya dari pikiran sesat yang terlintas sesaat.

Miya menghela napas panjang. Sejak beberapa hari yang lalu, perasaannya selalu tidak tenang. Meskipun hanya masalah-masalah kecil yang ditemuinya, entah kenapa ini terasa begitu berat.

Miya menoleh, tiba-tiba terdengar langkah kaki pelan di belakangnya. Seorang gadis mengenakan setelan hitam mendekat. Miya menyuguhkan senyum tipis, "Hai! Apa yang sedang kau lakukan-"

"Jika aku tidak bisa memiliki Setia, maka tidak ada seorang pun yang berhak atasnya," potong gadis itu, melihat Miya dengan tatapan tajam.

Mata Miya membulat sempurna saat gadis itu mendorong bahunya dengan penuh tekanan. Dalam hitungan detik, tindakan gadis itu membuat kepala Miya terasa berat. Tangan Miya berusaha untuk mencapai pembatas rooftop, tetapi tidak sempat. Ia pun terhuyung, jatuh dari gedung sekolah.

...♡♡♡♡♡...

Di tengah suasana yang begitu menegangkan, suara tangisan seorang bayi terdengar begitu keras, sebagai pertanda dari kehidupan baru yang dimulainya. Di tengah kekacauan ini, para dayang istana sibuk bergerak dengan cemas. Di atas tempat tidur, ibu muda terbaring dengan tenang, namun wajahnya mencerminkan keletihan dan kelemahan setelah usaha besar yang dilakukan untuk melahirkan bayi kecilnya.

Setelah membersihkan sang bayi, para dayang pun membantu ibu muda untuk memberikan posisi ternyaman pada sang bayi dipelukannya. Sang ibu memandang buah hati kecilnya dengan senyum merekah.

Terpopuler

Comments

Ayu Dani

Ayu Dani

Masih nyimak belum mudeng soalnya

2024-02-29

1

Witaa

Witaa

semangat author 🔥

2024-02-23

0

Witaa

Witaa

ih, ngapain tiba-tiba dorong orang! gak jelas bgt!!!

2024-02-23

3

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Bagian 1 - Sedikit Cinta
3 Bagian 2 - Lahir Kembali
4 Bagian 3 - Demi Aku dan Bibi Bettie
5 Bagian 4 - Panti Asuhan Desa Nefeloma
6 Bagian 5 - Teman Baru?
7 Bagian 6 - Apakah Kamu Bahagia?
8 Bagian 7 - Mantan Pengawal Ibu
9 Bagian 8 - Pencuri Kecil
10 Bagian 9 - Sepuluh Tahun
11 Bagian 10 - Masa Depan yang Tidak Diinginkan
12 Bagian 11 - Harapan
13 Bagian 12 - Cahaya yang Redup
14 Bagian 13 - Keputusasaan
15 Bagian 14 - Malam yang Mencekam
16 Bagian 15 - Lux Sanatus dan Mata Bulan Purnama
17 Bagian 16 - Harapan di Tengah Kegelapan
18 Bagian 17 - Penyembuhan dan Darah
19 Bagian 18 - Melampaui Batas
20 Bagian 19 - Kecurigaan dan Teori
21 Bagian 20 - Ciri yang Tidak Asing
22 Bagian 21 - Dia Bukan Tokoh Utama Pria
23 Bagian 22 - Perasaan yang Membingungkan
24 Bagian 23 - Menjadi Penyelamat Bagi Satu Sama Lain
25 Bagian 24 - Waktu yang Terasa Cepat
26 Bagian 25 - Senyuman yang Sama
27 Bagian 26 - Aku Ingin Selalu Bersama Kalian
28 Bagian 27 - Takut Akan Kematian
29 Bagian 28 - Apakah Caraku Salah?
30 Bagian 29 - Dia Sangat Keras Kepala
31 Bagian 30 - Apakah Kau Benar-Benar Berusia Sepuluh Tahun?
32 Bagian 31 - Pertemanan Kita Berakhir di Sini
33 Bagian 32 - Hanya Keajaiban dari Tuhan yang Dapat Menyelamatkannya
34 Bagian 33 - Peri Pemalu yang Memiliki Kekuatan Penyembuhan
35 Bagian 34 - Penyesalan
36 Bagian 35 - Festival di Grand Duchy Systrofi
37 Bagian 36 - Wanita Tua dan Gadis yang Terluka
38 Bagian 37 - Untuk Satu Detik Saja
39 Bagian 38 - Dia Kembali
40 Bagian 39 - Mengelilingi Desa Bersama
41 Bagian 40 - Kue Pai yang Membawa Hawa Panas
42 Bagian 41 - Ringan Bagaikan Udara
43 Bagian 42 - Kehadiranmu Terasa Sama Dengannya
44 Bagian 43 - Bahagia Sekali Rasanya dengan Perlakuanmu
45 Bagian 44 - Toko Perhiasan yang Mewah
46 Bagian 45 - Lembah Bunga
47 Bagian 46 - Terbebani Oleh Sesuatu yang Tidak Diungkapkan
48 Bagian 47 - Aku Sangat Bahagia Bila Bersamamu
49 Bagian 48 - Perasaan yang Mengalir dalam Kebisuan
50 Bagian 49 - Telaga Tersembunyi
51 Bagian 50 - Keindahan yang Terjatuh
52 Bagian 51 - Hanya Aku yang Bisa Menyembuhkannya
53 Bagian 52 - Anak yang Telah Lama Hilang
54 Bagian 53 - Kucing Hitam yang Manis dan Taman Bunga Peony
55 Bagian 54 - Mencari Hadiah yang Berkesan
56 Bagian 55 - Chand Menghilang
57 Bagian 56 - Penculikan Putri di Desa Kecil
58 Bagian 57 - Penculikan Putri di Desa Kecil II
59 Bagian 58 - Chand Si Kucing Penyelamat?
60 Bagian 59 - Bisikan Kekhawatiran
61 Bagian 60 - Ketidakpastian Tersembunyi
62 Bagian 61 - Permainan Rahasia: Koin, Tantangan, dan Kejujuran
63 Bagian 62 - Perjalanan Izana dan Rahasia Chand
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Prolog
2
Bagian 1 - Sedikit Cinta
3
Bagian 2 - Lahir Kembali
4
Bagian 3 - Demi Aku dan Bibi Bettie
5
Bagian 4 - Panti Asuhan Desa Nefeloma
6
Bagian 5 - Teman Baru?
7
Bagian 6 - Apakah Kamu Bahagia?
8
Bagian 7 - Mantan Pengawal Ibu
9
Bagian 8 - Pencuri Kecil
10
Bagian 9 - Sepuluh Tahun
11
Bagian 10 - Masa Depan yang Tidak Diinginkan
12
Bagian 11 - Harapan
13
Bagian 12 - Cahaya yang Redup
14
Bagian 13 - Keputusasaan
15
Bagian 14 - Malam yang Mencekam
16
Bagian 15 - Lux Sanatus dan Mata Bulan Purnama
17
Bagian 16 - Harapan di Tengah Kegelapan
18
Bagian 17 - Penyembuhan dan Darah
19
Bagian 18 - Melampaui Batas
20
Bagian 19 - Kecurigaan dan Teori
21
Bagian 20 - Ciri yang Tidak Asing
22
Bagian 21 - Dia Bukan Tokoh Utama Pria
23
Bagian 22 - Perasaan yang Membingungkan
24
Bagian 23 - Menjadi Penyelamat Bagi Satu Sama Lain
25
Bagian 24 - Waktu yang Terasa Cepat
26
Bagian 25 - Senyuman yang Sama
27
Bagian 26 - Aku Ingin Selalu Bersama Kalian
28
Bagian 27 - Takut Akan Kematian
29
Bagian 28 - Apakah Caraku Salah?
30
Bagian 29 - Dia Sangat Keras Kepala
31
Bagian 30 - Apakah Kau Benar-Benar Berusia Sepuluh Tahun?
32
Bagian 31 - Pertemanan Kita Berakhir di Sini
33
Bagian 32 - Hanya Keajaiban dari Tuhan yang Dapat Menyelamatkannya
34
Bagian 33 - Peri Pemalu yang Memiliki Kekuatan Penyembuhan
35
Bagian 34 - Penyesalan
36
Bagian 35 - Festival di Grand Duchy Systrofi
37
Bagian 36 - Wanita Tua dan Gadis yang Terluka
38
Bagian 37 - Untuk Satu Detik Saja
39
Bagian 38 - Dia Kembali
40
Bagian 39 - Mengelilingi Desa Bersama
41
Bagian 40 - Kue Pai yang Membawa Hawa Panas
42
Bagian 41 - Ringan Bagaikan Udara
43
Bagian 42 - Kehadiranmu Terasa Sama Dengannya
44
Bagian 43 - Bahagia Sekali Rasanya dengan Perlakuanmu
45
Bagian 44 - Toko Perhiasan yang Mewah
46
Bagian 45 - Lembah Bunga
47
Bagian 46 - Terbebani Oleh Sesuatu yang Tidak Diungkapkan
48
Bagian 47 - Aku Sangat Bahagia Bila Bersamamu
49
Bagian 48 - Perasaan yang Mengalir dalam Kebisuan
50
Bagian 49 - Telaga Tersembunyi
51
Bagian 50 - Keindahan yang Terjatuh
52
Bagian 51 - Hanya Aku yang Bisa Menyembuhkannya
53
Bagian 52 - Anak yang Telah Lama Hilang
54
Bagian 53 - Kucing Hitam yang Manis dan Taman Bunga Peony
55
Bagian 54 - Mencari Hadiah yang Berkesan
56
Bagian 55 - Chand Menghilang
57
Bagian 56 - Penculikan Putri di Desa Kecil
58
Bagian 57 - Penculikan Putri di Desa Kecil II
59
Bagian 58 - Chand Si Kucing Penyelamat?
60
Bagian 59 - Bisikan Kekhawatiran
61
Bagian 60 - Ketidakpastian Tersembunyi
62
Bagian 61 - Permainan Rahasia: Koin, Tantangan, dan Kejujuran
63
Bagian 62 - Perjalanan Izana dan Rahasia Chand

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!