EMPAT

Bagiku move on itu sulit.

Ketika orang yang harus kamu lupakan masih bertebaran di hidupmu.

Sebenarnya tidak menjurus untuk melupakan, karena itu memang sulit, maksudku lebih mengarah legowo dengan keadaan.

Belum lama putus sama Erick, rumor yang mengatakan jika ia dekat dengan Jeanne semakin sering terdengar oleh ku. Dan kini aku menyaksikan dengan kedua mata terbuka dan aku melihatnya dalan keadaaan sadar seratus persen, dimana Erick menggandeng tangan Jeanne ketika mereka memasuki area kantin. Lalu anak-anak kampus yang mempergoki mereka bersorak sambil meminta PJ (pajak jadian).

Jangan ditanya bagaimana perasaan ku sekarang ini, bayangin saja ibarat luka ditabur serpihan garam. Pedih.

"kamu nggak apa-apa Bi?" bisik Karin disamping ku namun matanya masih memandangi sepasang sejoli yang sedang senyum-senyum kasmaran di salah satu meja kantin. Tak jauh dari posisi kami.

Yang tadinya aku berkutat melahap soto mie sehabis memenuhi jadwal kuliah perpajakan, kegiatan makan ku menjadi terhenti menampaki pemandangan yang membuat mataku perih mendadak.

Aku sadar, aku sudah tidak bisa berharap lebih banyak lagi. Erick sudah menemukan tambatan hatinya, yaitu Jeanne.

Dan aku sendiri, masih berjalan ditempat menikmati rasa pilu di rongga dada, aku mulai tidak sanggup.

Aku meraih tas gendong ku yang berada diatas meja, lalu melangkah pergi meninggalkan Karin yang berteriak memanggil ku.

***********************************

Duduk sendirian dibawah pohon halaman kampus cukup berhasil meneduhkan hati dan pikiran ku yang semeraut.

Sambil menikmati alunan musik yang merdu benar-benar sangat pas.

Lalu deru angin berhembus bebas melewati ku, sesaat aku tergelitik namun membuat ku terlelap.

Lalu ada sesuatu yang menggangu di telinga ku, membuat ku terbangun dan berdecak kesal.

"kamu?!"

Belum rasa sedih ku mereda melihat Erick dan Jeanne, sekarang aku harus menelan rasa kesal menampaki sosok yang tak ingin aku lihat.

"hai cantik,"

Tak butuh waktu beberapa lama ia duduk disamping ku, lalu menyodorkan plastik putih yang berisi beberapa makanan manis.

"aku bawain coklat, kata orang makan itu paling cocok untuk meredakan badmood."

Juga dia mengeluarkan setangkai Bunga Mawar putih digenggamannya.

"kok kamu bisa disini? Kamu bolos sekolah? delik ku dengan beberapa pertanyaan sinis.

Melihatnya menampaki diri didepan ku, aku teringat kembali akan pembicaraan ku dengan Leo. Setelah aku pulang sehabis jalan dengannya beberapa hari yang lalu, Leo langsung melayangkan beberapa pertanyaan padaku:

"sejak kapan kakak kenal Arshaka?"

"hubungan kakak sama dia apa?"

"kok kakak bisa dekat sama dia?"

"kakak, nggak diapa-apain kan sama dia?"

Pertanyaan terakhir membuat aku berpikir keras hingga dahiku berkerut kedalam.

Sampai Leo mengatakan sesuatu lagi padaku,

"jangan sampai kakak terlalu dekat sama dia, apalagi sampai kakak memiliki perasaan padanya. Leo harap jangan,"

"kasih tau aku kalau dia bertindak macam-macam sama kakak!"

Kata-kata Leo terpatri di kepala ku, ditambah rumor yang aku dengar dari anak-anak kampus selama ini tentangnya, membuat ku berpikir bahwa dia bukan anak SMA biasa.

Kemudian Arshaka tersenyum, "mau ketemu matahari ku,"

"lalu," aku mulai melirik Bunga yang masih digenggam olehnya. "itu Bunga buat siapa?"

"buat kamu." balasnya.

"untuk apa?" tanyaku lagi.

"biasanya cewek suka Bunga. Bunganya wangi kok, aku baru beli barusan disebrang gedung," ucapnya sembari menyodorkannya padaku. Aku tak berniat untuk meraihnya, namun aku mengamati bunga itu dengan lamat.

"kasih aja ke orang lain. Aku nggak butuh," tolak ku to the point.

"kamu butuhnya apa, kepastian? Jangan khawatir, aku tidak suka membuang-buang waktu untuk memberikan kepastian kosong."

Aku memutarkan kedua mata ku jengah setelah melihat dia terkekeh geli.

"semua orang sudah tahu, semua Bunga berbagai jenis itu cantik. Tapi aku lebih suka Bunga Mawar, karena dipenuhi duri di sekujur tangkai ini..."

"...dan Bunga itu ibarat kamu. Cantik. Lalu duri itu ibarat aku, yang akan menjaga dan melindungi mu dari apapun yang membuat kamu terluka." ucapnya tenang sembari menatap Bunga Mawar putih itu dengan lekat.

Aku terpaku sesaat, lalu segera berdeham singkat demi menetralisir detak jantungku yang berpacu cepat.

Mendadak aku jadi melted sendiri, buru-buru aku menjauhkan diriku supaya ada sedikit jarak diantara kami.

Namun ia bergerak mendekatiku, mengikis jarak kami.

"ngapain sih dekat-dekat?" semakin aku menjauh ia bergerak sedekat mungkin. Membuat ku semakin kesal.

Niat aku mau bangkit, dia sudah lebih dulu menghalangi gerakan ku dengan menahan bahu ku.

"Bi,"

Ada jeda beberapa saat. dan tatapan kami ikut bertemu.

"pacaran yuk,"

Spontan aku mengerjap, lalu langsung menggeleng. Dia gila kali ya tiba-tiba minta aku jadi pacarnya.

Aku berdecak, "jangan aneh-aneh deh!"

"aku nggak aneh-aneh kok," sahutnya santai.

"kalau nggak aneh-aneh nggak mungkin kamu minta aku jadi pacar mu. Kamu masih SMA, juga-"

"apa salah jika ada orang yang menyukaimu?"

Aku berpikir sejenak,

"tidak," balas ku.

"kamu keberatan jika yang menyukai mu adalah anak SMA?"

Aku mendadak keki, bingung mau berkata apa.

"ti-tidak, tapi..mak-maksudku-"

"ya sudah nggak usah dipikirin banget,"

Dia kembali tersenyum menunjukkan gigi putihnya. Lalu ia bangkit berdiri, membenarkan hoodie putihnya lalu kembali berucap,

"mau kamu nggak suka aku atau apapun, aku tidak akan menyerah dekati kamu."

**********************************

Seharusnya aku dirumah.

Seharusnya aku sedang tiduran dikasur empuk ku.

Seharusnya aku sudah terlelap dalam mimpi indah ku.

Tapi hal itu harus aku tunda, karena Karin meminta ku untuk menemuinya di suatu tempat asing.

Karin meminta ku datang sendiri menggunakan taksi online, ia Karin bilang kalau aku menemaninya ia akan mengantar ku pulang.

Tapi menurutku, harusnya aku benar-benar ada di rumah saja.

Sebab Karin menyuruhku datang di tempat sepi dan jauh dari keramaian kota. Sampai supir taksi saja mendadak cemas membawa ku kesini, ia takut kalau aku adalah orang jahat yang akan membegalnya.

Dan disini lah aku. Berhenti di area jalanan raya luas, sepi, banyak ilalang liar, namun telah dipadati oleh beberapa anak muda seusia ku.

Beberapa orang ada yang aku kenali, dan ada juga yang tak ku kenal.

Saat aku mencari sosok Karin, aku malah mendapati sosok Erick yang sedang asik mengobrol dengan anak-anak kampus.

Ditemani oleh Jeanne disisinya. Dengan PD nya Erick merangkul bahu Jeanne sebagai tanda bahwa mereka memang memiliki hubungan khusus.

Aku menghela nafas berat. Tak lama pandangan ku menemukan Karin yang menghampiriku.

"kamu gila ya ngajakin ke tempat kayak gini?" sebelum Karin menjelaskan aku sudah meluapkan kekesalan ku.

"ngapain sih minta aku datang ke tempat kayak gini?" tambah ku lagi.

"temani aku Bi, aku mau nonton Romeo balapan mobil."

"what??" pekik ku mengundang tatapan beberapa orang, Karin memejamkan matanya karena malu dilihatin orang.

Sedikit aku menceritakan kisah Karin. Dia lagi dekat dengan Romeo selama satu bulan ini. Tapi Romeo belum juga kasih kepastian.

Tapi Karin sendiri tak mempermasalahkan itu, karena dia pun juga bisa bebas untuk dekat dengan yang lain.

Walau menurutku mereka saling suka, tapi aku melihat mereka sengaja memberikan batasan tipis yang membuatku tak mengerti akan dibawa kemana hubungan mereka.

Kembali lagi dengan ku, melihat area jalan raya yang akan dijadikan balap liar membuat tubuhku menggigil.

Aku bilang balapan liar karena memang tempat ini bukan arena sirkuit balapan F1 seperti yang aku tonton di tv.

Beberapa mobil berbagai macam merek berjejeran rapih di sudut area jalanan, juga terlihat ada beberapa orang yang berkumpul, mungkin mereka adalah si pemilik mobil yang akan melakukan balapan liar.

Termasuk Erick. Aku lihat ada mobil Erick di salah satu jejeran mobil tersebut.

Lalu tak lama ada 3 mobil baru datang, membuat para kerumunan tersebut terpaku dan bersorak senang menyaksikan kedatangan mereka.

3 mobil itu berhenti di depan jejeran mobil balap, lalu salah satu pengendara mobil keluar menunjukan diri.

Aku ikut terpaku memandangi seseorang yang baru keluar dari mobilnya. Orang itu adalah Arshaka.

Aku melihat kehadirannya dengan pandangan tak percaya, dan baru sadar jika Ashaka memiliki aura yang kontras dan dominan, tidak terlihat seperti anak SMA yang aku kenal beberapa hari ini.

Rambut ikalnya ditata rapih, mengenakan kemeja membaluti kaos, kaki jenjangnya dilapis skinny jeans ditambah kacamata yang ia baru lepas membuat para perempuan disini menganga kagum.

Disusul kehadiran Romeo dan Samuel disana. 

Orang-orang terlihat senang dan antusias melihat kehadiran mereka, justru aku kelimpungan ingin pergi dari sini.

Sudah cukup aku merasa lelah bertemu dengannya beberapa hari ini, aku merasa menjebakkan diri sendiri memasuki area terlarang.

Aku masih ingin hidup panjang, sehat selalu dan dimudahkan rejekinya sama Tuhan.

Untuk itu aku memutuskan pergi meninggalkan Karin. Tapi tak lama langkah ku disusul Karin, ia mencegah ku supaya aku mau menunggunya sampai Romeo tanding.

Sudah ku katakan bahwa aku tidak nyaman berada disini, melihat Arshaka juga ada disini mood ku langsung take down.

Ayolah, ini adalah akhir pekan. Aku ingin memanjakan diri dengan menyendiri di kamar dan menikmati alunan musik di ponsel ku.

"please, Bi. Sebentar aja. Masa kamu tega ninggalin aku disini?" rengek Karin sambil mengatup kedua tangannya, memohon padaku supaya aku menemaninya.

"nonton di live instagram aja. Atau IGTV, minta Romeo suruh orang buat record kegiatannya."

"ya ampun Bi," Karin memijit keningnya. "ini bukan dijadikan konten umtuk ditonton publik. Please Bi sebentar aja, aku janji habis ini aku anterin kamu pulang."

Aku malas, aku kesal, tapi aku tidak tega melihat Karin memohon padaku seperti ini dengan wajah di melas-melaskan supaya hatiku luluh.

Tapi Karin berhasil. Aku terpaksa berdeham mengiyakan ajakannya lalu ia tersenyum puas dan langsung menarikku lagi untuk duduk di kursi penonton yang telah disediakan.

Terlihat beberapa orang sudah berkumpul di titik arena, termasuk Arshaka. Aku menduga kalau dia akan ikut balapan disana.

Sebelum balapan liar ini mulai, aku melihat Erick dan Arshaka berdiri berhadapan. Dari kejauhan saja aku tahu mereka sedang membicarakan sesuatu hal yang serius. Tak lama aku melihat Arshaka tersenyum sinis, senyumannya yang membuat mata ku membelalak tak mengerti.

Senyuman sinis Arshaka melebar hangat, aku tersadar jika Arshaka sudah melihat ku duduk disini menatapnya.

Bergegas aku memalingkan pandangan ku, tapi percuma, karena ia melangkah mendekati ku.

"kamu disini,"

Aku belum membalas ucapannya, berusaha menghindari tatapannya dan juga tatapan orang-orang yang berpusat pada kami.

"aku nggak nyangka kalau kamu bisa disini. Jangan-jangan kamu sengaja kesini buat liat aku tanding ya?"

Aku masih belum mau menatapnya. Kepedeannya membuat ku kesal.

"gimana kalau kita taruhan?"

Aku mendongak setelah ia mengatakan taruhan padaku. Masih belum mengeluarkan kata apapun padanya, namun setelah ia melihat alisku terangkat ia kembali berucap,

"kalau aku menang, besok kita nge-date seharian. Deal?"

"tapi-"

"aa...aaa.." Arshaka menyela ucapanku.

"lihat aku Bi. Aku pasti akan menang."

Arshaka tersenyum, lalu pandangannya beralih melihat Erick yang juga sedang menatapnya tajam.

Sebelum Arshaka pergi, ia masih sempat mengelus kepala ku lembut.

Deru mesin mulai terdengar memenuhi arena. Aku bisa lihat mobil Arshaka dan mobil Erick bersebelahan.

Melihat aba-aba Race Queen menebarkan bendera catur, mobil melesat melintasi jalan raya.

Mata ku fokus melihat mobil Arshaka berwarna hitam. Jantungku bertalu kencang melihat mobil Arshaka sudah melesat jauh melewati mobil lainnya.

Tampak mobil balap sudah menghilang aku ketar ketir dengan menggigit jari, lalu pandangan ku memperhatikan sisi jalan raya yang akan dilewati.

Debaran jantung bertambah ketika mobil Arshaka mulai menampakan diri, mobilnya melesat kencang dan berderu nyaring mendengungkan telinga kami yang menyaksikan permainan ini.

Seperti yang sudah dijelaskan sebelum dimulainya balapan, para pembalap harus melewati perlintasan sebanyak 3x, siapapun yang pertama melewati garis putih tertanda garis finish itulah pemenangnya.

Putaran kedua, aku melihat mobil Erick yang lebih dulu melewati perlintasan, disusul mobil Arshaka dan mobil lainnya.

Kini adalah babak penentuan. Aku semakin tak karuan menunggu hasil balapan ini, siapakah yang akan memenangkan balapan ini.

"wah, mobil Arshaka muncul."

Ucapan Karin membuat ku reflek berdiri. Mobil Arshaka muncul dan mobil Erick menyusul dibelakangnya.

Baik mobil Arshaka dan mobil Erick saling melaju kencang.

Mendekati garis finish, mobil mereka terlihat berjalan sejajar satu sama lain. Sampai di garis finish baik aku dan penonton tidak tahu siapa yang menang sebab mobil mereka terlihat bersamaan melewati garis.

Melihat hasil seperti ini, justru aku merasa berat hati. Antara aku ingin Erick yang menang, atau Arshaka.

Kemudian judges memutuskan penilaian mereka, bahwa yang memenangkan balapan adalah Arshaka. Dilihat dari rekaman yang mereka dokumentasikan, kap mobil Arshaka lebih dulu melewati garis.

"Arshaka menang Bi!" sahut Karin menganga senang. Sedangkan aku menganga dengan pandangan kosong.

Namun hatiku terasa lega.

Hal ini membuat ku bingung untuk mencerna perasaan aneh yang menguar menyesakkan dada. 

Aku harap ini hanyalah perasaan ku saja.

***********************************

Terpopuler

Comments

anisa f

anisa f

my god 😂😂

2023-03-27

0

anja

anja

kopi buat bang shaka......otwww...

2022-03-28

0

anja

anja

nopellllll bagus gini lohhh.......rekomend banget ini

2022-03-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!