Sekar
Sekar yang baru saja pulang dari bekerja secara tak sengaja mendengar tantenya yabg tengah berbincang dengan seorang pria tua yang merupakan juragan di kampung tempat tinggal mereka. Sang tante nampak meminta sekali pada juragan untuk bisa memberikan waktu supaya bisa melunasi utang yang ia miliki.
"Hei Silma, kamu pikir aku sudah tak memberikan banyak waktu untukmu dapat melunasi semua utang yang kamu miliki?! Aku sudah memberikan waktu hingga 3 bulan namun kamu sendiri masih saja mencari alasan untuk tak membayar utangmu!"
"Saya bukannya tak mau membayar utang namun Sekar gajinya belum cukup untuk melunasi semua utangku."
"Sekar? Keponakanmu yang cantik itu?"
"Iya kenapa memangnya Juragan?"
"Saya akan anggap utang kamu lunas kalau bisa menikahkan saya dengan Sekar!"
Seketika mata Silma berbinar mendengar ucapan sang juragan, tentu saja kesempatan emas ini tak boleh dilewatkan begitu saja.
"Aoakah kamu bisa memenuhi apa yang aku inginkan?"
"Tentu saja Juragan, anda jangan khawatir. Saya bisa mengatur semuanya asal utang saya bisa lunas."
Sekar yang diam-diam mendengar itu semua nampak terkejut dan tal menyangka kalau tantenya tega menjualnya kepada juragan demi dapat melunasi utangnya. Sekar hendak kabur namun ia sudah ketahuan oleh Silma yang mana tentu saja Silma menahan Sekar untuk jangan melarikan diri.
"Sekar rupanya sudah pulang."
Sekar tentu saja tak bisa melarikan diri begitu saja karena tantenya sudah nelihat keberadaannya namun Sekar sama sekali tak nyaman dengan tatapan genit juragan yang ingin sekali menerkamnya.
"Sekar, nanti kita bicara ya. Ada yang ingin Tante katakan pada kamu."
Juragan pamit dan melirik ke arah Sekar dengan tatapan genit. Sekar sendiri merinding dengan tatapan genit pria tua itu dan tentu saja Sekar sudah tahu apa yang akan dilakukan oleh tantenya ini padanya. Selepas juragan pergi maka Silma sudah tak mau berbasa-basi lagi dan langsung mengatakan apa yang akan menjadi kemauannya.
"Kamu harus menikah dengan Juragan Joni supaya utang Tante padanya lunas!"
****
Sekar sangat ta menyangka kalau tantenya bisa mengatakan itu padanya. Sekar merasa bahwa sang tante tengah berusaha menjualnya pada juragan genit yang sudah memiliki 3 istri dan dua di antaranya memang masih muda. Sekar jelad menolak menjadi madu bagi juragan Joni. Pria yang sudah berusia 70 tahun itu sudah punya banyak cucu namun ia masih saja genit pada gadis muda dan ingin sekali menikahinya.
"Maaf Tante bukannya aku ingin membantah Tante namun aku sama sekali tak bersedia menikah dengan dia."
"Kalau kamu menikah dengan dia kehidupan kamu akan terjamin. Kamu tak perlu bekerja seperti ini lagi untuk menyambung hidup."
"Namun aku menyukai pekerjaan ini."
Silma jengah mendengar Sekar yang menolak permintaannya menikah dengan juragan Joni. Silma tentu saja tak bisa begitu saja membiarkan Sekar menolak perjodohan ini padahal perjodohan ini adalah awal di mana ia bisa melunasi semua utang yang dimilikinya pada sang juragan.
"Pokoknya Tante gak mau tahu, kamu harus menuruti apa yang Tante katakan! Tante ini sudah merawat kamu sejak masih kecil dan Tante ini adalah wakil orang tua kamu yang sudah tiada, harusnya kamu mengikuti apa yang aku perintahkan!"
"Apakah menurut Tante kedua orang tuaku akan bahagia dengan tindakan Tante ini?!"
****
Silma geram dengan tindakan Sekar yang membangkangnya. Sekar memutuskan melarikan diri dari rumah sang tante menuju rumah pemilik toko tempatnya bekerja.
"Sekar?"
"Bu Ani saya ...."
"Masuk dulu."
Maka Sekar pun masuk ke dalam rumah bu Ani dan menceritakan semuanya pada wanita itu. Bu Ani nampak menutup mulutnya tak percaya dengan apa yang Sekar ceritakan barusan, bu Ani kemudian menawarkan supaya Sekar bisa tinggal dulu untuk sementara waktu di rumahnya sampai Silma sudah tak berulah lagi.
"Terima kasih banyak Bu."
"Kamu tak perlu berterima kasih karena sudah sepatutnya saya membantu sesama manusia yang tengah kesulitan."
Maka kemudian Sekar diberikan kamar dan baju ganti karena Sekar datang ke rumah ini tanpa membawa pakaian ganti. Ia merasa tak enak dengan kebaikan bu Ani dan ia berniat untuk segera pindah saja ke kota supaya bisa jauh-jauh dari tantenya yang ingin menjualnya pada juragan tua nan genit itu.
"Sekar, ayo makan sudah siap ini."
"Bu, saya jadi merasa tak enak dengan semua ini."
"Sudahlah, ayo makan."
Maka Sekar dan bu Ani pun makan di meja makan bersama-sama. Bu Ani mengatakan suaminya tengah ada urusan di luar kota sekarang jadi ia tinggal sendirian di rumah dan oleh sebab itu ia bahagia ada Sekar yang bersamanya.
****
Keesokan paginya Sekar mengatakan niatnya pada bu Ani dan tentu saja bu Ani terkejut dengan keinginan Sekar.
"Aoakah semua itu harus?"
"Saya tak ada pilihan lain, kalau saya memaksa tetap di sini maka tante saya tetap akan menyuruh saya menikah dengan pria tua itu dan saya tak mau."
Bu Ani paham dengan apa yang Sekar maksudkan dan tentu saja ia tak bisa melakukan apa pun jika memang Sekar menginginkan hal tersebut. Bu Ani kemudian memberikan sejumlah uang tunai pada Sekar sebagai pegangan namun Sekar malah tak enak.
"Tidak perlu, Bu."
"Kamu butuh ini semua. Setelah kamu mendapatkan pekerjaan di sana maka kamu bisa mengembalikannya pada saya."
Sekar terharu sekali dengan kebaikan hati bu Ani yang mana Sekar langsung memeluk bu Ani yang sudah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri. Bu Ani membalas pelukan Sekar namun tak lama kemudian suara bising membuat suasana haru itu seketika luntur. Bu Ani keluar rumah untuk melihat apa yang terjadi dan rupanya Silma yang tengah membuat keributan di luar.
"Ada apa Bu Silma datang ke sini dan membuat keributan di rumah saya?"
"Sekar, dia pasti ada di sini kan? Panggilkan dia sekarang juga!"
"Sekar tak ada di sini!"
"Anda pikir saya bodoh?! Segera panggilkan anak itu sekarang juga!"
****
Sekar teridam di tempatnya dan memerhatikan keributan tantenya dan bu Ani. Setelah tantenya pergi maka Sekar akhirnya bisa menghembuskan napasnya lega.
"Syukurlah Tante sudah pergi."
Maka ketika malam hari Sekar langsung diantar bu Ani menuju terminal bus menuju kota. Kebetulan bus itu adalah bus terakhir yang berjalan menuju kota.
"Jaga dirimu baik-baik di kota, ya?"
"Terima kasih banyak Bu. Saya tak akan melupakan kebaikan anda dan saya pasti akan membalasanya."
"Sudah sana busnya sudah mau berangkat."
Sekar bergegas masuk ke dalam bus dan tak lama kemudian bus berjalan meninggalkan desa yang mana Sekar melambaikan tangan pada bu Ani dengan tangisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments