Alasan Jarvis mengubah warna rambutnya tidak lain dan tidak bukan karena ingin mengubah penampilannya setelah mendapatkan penghinaan dari Gina—wanita yang dicintainya, akan tetapi ternyata yang terjadi sekarang menjadi sangat buruk.
Ketika dirinya ingin tampil menjadi seorang pria berkelas untuk membuktikan mengenai siapa dirinya, malah seorang wanita lainnya membuat pria itu terlihat lebih buruk dari sebelumnya.
"Warna itu sangat cocok untukmu," ucap Reli dengan sudut bibir yang tersungging. "Warna rambut itu juga sedang trend di kalangan anak muda, itu semua karena banyak para member boyband Korea yang warnain rambut mereka jadi kayak gitu. Warna Pink."
Darah Jarvis semakin memanas saat mendengar perkataan Reli. Bagaimana mungkin dia bisa menerima kalau rambutnya diwarnai dengan warna pink. Itu membuat penampilannya semakin buruk.
"Hey, you!!" Geram Jarvis menujuk Reli dengan jarinya, wajahnya sangat marah.
Sayangnya sebelum dirinya meluapkan kemarahannya tersebut, ponselnya masuk sebuah panggilan telepon. Muncul sebuah nama di layar ponselnya, yang mau tidak mau, pria itu harus menjawabnya.
"Hello, Mom," ucap Jarvis menerima telepon dari ibunya.
"Datanglah cepat, Mom akan pertimbangin semua yang kamu katakan itu. Kakekmu juga ada di sini sekarang."
Setelah mendengar perkataan ibunya, Jarvis menutup telepon tersebut. Pria itu menyambar jaket miliknya namun sebelumnya tatapannya kembali mengarah pada Reli yang masih berdiri di sana.
"I will be back!!" Seru Jarvis dengan nada suara mengintimidasi.
Setelah pria itu pergi, Reli tertawa saat mengingat apa yang baru saja dirinya lakukan pada Jarvis. Ada perasaan puas saat melihat kemarahan pria tersebut.
"Apa-apaan yeiy, Reli?" Tegur Jack yang sejak tadi tampak panik saat melihat ulah anak buahnya. "Kenapa yeiy membuat rambutnya jadi warna pink?"
"Ya ampun, Rel, habislah kamu!! Dia pasti akan ngelakuin hal-hal yang pasti buat kamu nyesel udah ngelakuin hal itu padanya," tambah Reina yang sama takutnya dengan Jack.
"Gimana kalau dia minta bos untuk pecat yeiy? Astaganaga, akika nggak bisa bantu yeiy kalau itu sampe terjadi," ujar Jack sembari memegang kepalanya dengan kedua tangannya karena mendadak kepalanya tersebut menjadi sakit. "Duh, tamatlah riwayat akika kalo begindang," Jack berjalan pergi dengan mengoceh.
Mendengar perkataan penanggung jawab tempatnya bekerja, Reli jadi merasa takut kehilangan pekerjaannya, akan tetapi sebelum melakukannya dirinya sudah memikirkan mengenai hal itu.
Sayangnya, tadi saat memikirkannya, dirinya sedang diselimuti awan hitam, alias rasa marahnya yang ingin membalas dendam sehingga saat ini, terbersit sedikit rasa menyesal. Gadis itu takut jika dirinya benar-benar kehilangan pekerjaan.
"Gimana, Rel? Kamu udah siap dipecat?" Tatap Reina dengan penuh selidik karena wajah Reli berubah menjadi pucat.
"I—iya, ya, mau nggak mau," jawab Reli dengan penuh keraguan.
Tiba-tiba ponselnya berbunyi dan mengejutkan Reli. Ternyata hanya adik laki-lakinya yang menelepon.
"Bur, si Iteung muntah terus, dan keliatan lemes," ujar Angga di ujung telepon memanggil Reli dengan panggilan kesayangan Ubur-ubur.
Mendengarnya Reli berdecak kesal karena rasa khawatirnya menjadi timbul pada kucing hitam milik keluarganya.
"Bawa ke dokter, nanti aku kirim uang buat biayanya," jawab Reli setelahnya menutup telepon tersebut.
Reli sempat menggeram kesal saat melihat isi rekeningnya. Saldo yang tertera tidak lebih dari satu juta, sedangkan dirinya hendak mengirim dua ratus ribu pada adiknya untuk membawa Iteung ke dokter hewan.
Tanggal gajian masih satu minggu lagi, sepertinya pupus sudah harapannya untuk menabung guna melanjutkan kuliah di tahun depan. Apalagi saat ini dirinya terancam akan dipecat karena perbuatannya pada anak pemilik mall di mana salon tempatnya bekerja itu.
"Rel, mending kamu langsung minta maaf pada pria itu. Masalah rambutnya itu gampang, tinggal warnain lagi aja, tapi dia pasti marah banget sama kamu," ujar Reina yang menyusul Reli masuk ke ruang karyawan.
Belum sempat Reli menjawab, ponselnya kembali menerima panggilan telepon. Kali ini temannya yang bernama Kirana meneleponnya.
Sebelum menjawab telepon itu, Reli sempat melirik jam dinding yang menunjukkan pukul empat sore.
"Rel, kamu pasti datang kan? Pertemuannya jam tujuh ini, kamu sudah pulang kerja kan?" Tanya Kirana bertubi-tubi saat Reli menjawab panggilan teleponnya.
"Nggak tau, aku ngerasa males—"
"Ish, padahal yang lain udah nunggu buat ketemu kamu lho. Mereka mau konfirmasi tentang yang kamu bilang di pertemuan terakhir kalinya itu," sahut Kirana.
Reli mengingat mengenai hal tersebut, perkataan yang pada waktu pertemuan itu dikatakannya dengan spontan tanpa memikirkan kelanjutannya. Dirinya tidak menduga kalau semua teman-teman sekolahnya itu masih mengingat dan menganggapnya serius.
"Kenapa? Apa jangan-jangan kamu nggak mau datang karena mereka akan datang ya?"
Pertanyaan Kirana mengingatkan Reli pada alasan terbesar dirinya memang enggan datang karena hal tersebut. Pertemuan kembali dengan mantan kekasih serta sahabat yang sudah mengkhianati dirinya.
"Ayo dong, Reli... Kalo yang kamu bilang itu benar seharusnya nggak masalah lagi kan kamu bertemu dengan mereka?" Lanjut Kirana. "Atau jangan-jangan kamu masih belum move on ya?"
Ucapan Kirana adalah benar. Reli masih belum bisa sepenuhnya melupakan mantan kekasih yang sudah mengkhianati dirinya itu. belum ada setengah tahun berlalu, sehingga rasanya mustahil dia bisa melupakan pria yang dirinya cintai selama dua tahun.
"Jadi bena—"
"Nggak! Tentu aja itu nggak benar!!" Tegas Reli menyanggah dugaan Kirana. "Oke, aku akan datang. Jam tujuh kan pertemuannya?"
"Beneran? Yang lain pasti senang kamu datang," seru Kirana dengan nada antusias. "Bye Reli, sampai ketemu nanti."
Dengan berat Reli menghela napas dari mulutnya. Beban pikirannya bertambah lagi saat ini. Akhirnya dia mengatakan akan datang ke pertemuan itu, pertemuan yang tentunya hanya akan membuatnya menahan rasa sakit suatu pengkhianatan.
"Kamu nggak harus datang, Rel," ucap Reina memegang pundak sahabatnya yang terlihat putus asa tersebut.
"Aku harus datang, seenggaknya aku harus membuktikan ke mereka kalau aku udah baik-baik aja," jawab Reli dengan tatapan kosong.
"Kamu yakin?"
Reli menatap pada sahabatnya itu sambil menggenggam tangan kanan Reina dengan kedua tangannya. Ada hal serius yang ingin dirinya sampaikan.
"Rei, tolong pinjamin aku uang," mohon Reli dengan tatapan penuh harapan.
Reli meminta ijin untuk pulang lebih cepat agar bisa datang ke pertemuan yang selalu diadakan tiap tiga bulan sekali tersebut. Pertemuan kelima teman-temannya di sekolah menengah atas dulu.
Untung saja hujan sudah benar-benar berhenti sehingga Reli tidak perlu khawatir riasan wajahnya akan luntur terkena air hujan.
Setelah memarkirkan motornya di parkiran sebuah coffee shop ternama, Reli berjalan perlahan sambil mencoba melihat ke dalam. Dia ingin mencari tahu siapa saja yang sudah hadir di sana. Tentunya, tujuan utamanya adalah pasangan yang sejujurnya ingin dihindarinya.
Dengan langkah perlahan dan kepala yang terlihat celingukan ke dalam coffee shop, Reli terus mencari di mana meja teman-temannya melalui jendela yang terbuat dari full kaca.
"Di mana mereka?" Gumam Reli dengan langkah perlahan mengarah pintu masuk coffee shop. "Mereka berdua udah datang belum—"
"Reli," terdengar seseorang memanggil wanita itu.
Mata Reli seketika mendelik saat seseorang yang berdiri di belakangnya, memanggilnya. Dia sangat mengenal suara wanita tersebut.
"Kamu baru datang juga?"
Reli langsung membalikkan tubuhnya saat wanita yang memanggilnya bertanya seperti itu padanya.
"Aku pikir kamu nggak akan datang?" Ujarnya sekali lagi.
Reli hanya bisa menahan dirinya untuk tidak terlihat menyedihkan di hadapan pasangan yang berdiri tepat di depannya. Pria dan wanita yang sudah mengkhianatinya itu terlihat sedikitpun tidak memiliki rasa bersalah padanya.
...@cacing_al.aska...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
🌸💜️ναℓ_ναℓ🍒⃞⃟🦅
cowok penghianat seperti itu gak usa di liat lagi mending buang ke laut... dekati Jarvis aja kalian kocak dan serasi
2024-01-14
1
Ꮶ͢ᮉ᳟◉ⳤıⷶяᷡѧͩϰͬѧͤ◉⒋ⷨ͢⚤𝐀⃝🥀🤍📴
biasanya penghianat memang selalu merasa paling benar. dahlah semangat reli 😎😎
2024-01-12
1
Ꮶ͢ᮉ᳟◉ⳤıⷶяᷡѧͩϰͬѧͤ◉⒋ⷨ͢⚤𝐀⃝🥀🤍📴
jadi jervisa dong , ganteng dan cantik jadi satu 🤭🤣🤣🏃♀️
2024-01-12
1