MIMPI YANG MENGGANGGU

Rose :” wah jadi butir butir cinta tumbuh karna gue juga dong yang cancel dateng malem itu?”

Eleanor :” hahaha ya gitu kurang lebih.”

Milli :” terus jadi lo ninggalin bagas gitu aja? Setelah lo cium dia?”

Eleanor :” ya gitu karna gue bingung harus ngapain, oh iya gue jadi inget mimpi gue hari itu”

Thalita :” ini tentang mimpi lo yang gue bilang jangan jangan lo anak indigo ya? Kenapa lagi el?”

Eleanor :” ga inidigo ta, gue kayanya cuma lagi kecapean aja”

Thalita :” yaudah coba sekalian ceritain sama yang lain juga”

Eleanor : “duhh yaudah deh gue sebenernya males nih ceritain ini, tapi karena kalian maksa baiklah.

Milli :” iya El.. please ceritain, lo jarang banget si cerita mimpi lo padahal seru banget tau mimpi mimpi lo itu..”

Eleanor :” Pokonya Saat itu dalam keadaan setengah sadar, dan masih dalam pengaruh alkohol, gue turun dari taksi dan bersyukur karena kos-kosannya ga di gembok oleh penjaga kos.

Gue menoleh kebelakang, coba liat apakah Bagas ngikutin gue, dan ternyata tidak.

Gue ga tau apa yang harus gue lakuin besok hari ketika bertemu bagas di kelas.

Haruskah gue berlagak santai seperti tidak terjadi apa-apa?

“Ah  no.. justru gue akan terlihat murahan oleh Bagas”

Atau haruskah gue meminta maaf?

Atau seharusnya gue tidak meninggalkan Bagas disana sendirian tadi.

Fikiran gue sangat campur aduk namun rasa kantuk dan lelah gue ngebuat gue langsung terbaring di kasur kamar kos berukuran 160 kali 200 yang sangat terasa nyaman saat itu.

Gue ngebanting diri kekasur tersebut, tidak lama gue pun segera terlelap.

Gue masuk dalam sekali ke alam bawah sadar.

bahkan gue lupa menyetel alarm untuk kelas paginya.

Seharusnya gue ga meminum whiskey yang di beli bagas, cukup dua gelas cocktail yang di pesan saja. Jadi gue ga akan seperti ini.

Nah gue kaget banget saat ternyata bangun dan hari sudah sangat terang.

“Pukul berapa ini?”

Gue mencoba melihat jam di handphone dan kaget banget karena sekarang sudah pukul 11 siang.

Gue bahkan ga sadar sangat berkeringat dan lengket, mungkin efek ga membersihkan diri dulu sebelum tidur tadi malam.

Gue melihat kekaca dan muka gue ink sangat kumal, eyelinernya menghitam ke dahi, pipi dan sekitaran mata.

Lipstik merah yang gw pake semalam menempel di sprei putih.

“Ahhhh… gue ga boleh nih kaya gini lagi, udah telat ke kampus, lupa bersihin wajah dan mandi, OMG elll cewek macem apa sih loe jorok banget”

Fikir gue saat itu.

Hari saat itu sangat terasa terik, tidak seperti biasanya.

Karena kita kan tinggal di daerah dataran tinggi yang biasa sejuk dan dingin bahkan saat matahari persis berada di atas kepala kita.

Namun hari itu keringat mengucur di sekujur tubuh gue.

Overheat! Ini panas banget ada apa sih.

Gue pun membuka pintu kamar dan bener bener kaget.

Tanpa menggunakan alas kaki gue keluar melihat sekitaran rumah kos yang sangat berbeda.

Gue shock dan saking shocknya gue ga sadar bahwa akibat berjalan tanpa alas kaki, kaki gw pun baru saja perlahan melepuh karena kepanasan.

Gue melihat sekitaran rumah tersebut yang dulunya adalah komplek perumahan dengan banyak pepohonan dan tumbuhan hijau, berubah menjadi gersang.

Tidak ada lagi rumah-rumah dan pepohonan

tersebut.

Tanah retak berwarna merah seperti sudah beratus-ratus tahun tidak tersirami air.

Beberapa pohon yang masih tersisa sudah layu dan mati tanpa ada sehelai daun pun.

Gue menengok kebelakang berharap masuk ke dalam kamar lagi, namun ternyata kamar pun sudah runtuh menyatu dengan tanah.

Gue kaget! Tapi gue ga mikir panjang.. dalam benak gue gak ada pilihan lain, dengan kaki gue yang terasa sangat perih karena melepuh kepanasan, gue mencoba mencari kehidupan

Dan berjalan ke arah kampus

Dan beruntung gedung tersebut masih ada.

Walaupun, sudah hancur sekitar 80 persennya.

Rumah rumah di sekitar pun nampak rata dengan tanah.

Gue ga menemui seorang pun manusia bahkan makhluk hidup lainnya seperti semut atau serangga.

Gue nangis karena bingung harus pergi kemana, merasa haus dan sangat kepanasan.

Bahkan gue akhirnya sadar saat menangis, mata ini ga ngeluarin air mata, entah mungkin panas dan keringnya membuat gue dehidrasi parah dengan keadaan saat itu.

Setelah Sekitar 1 kilometer lagi sampai ke gedung satu-satunya yang setidaknya masih memiliki atap yang tidak lain adalah gedung kampus.

Gue terus menyeret kaki yang seperti sudah tidak sanggup lagi berjalan di tanah kering yang pecah dan panas tersebut.

Namun gue terus berusaha untuk bertahan.

Suasana sangat berbeda, semua bangunan yang sangat familiar rusak dan runtuh, membuat hati ini bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana nasib teman-teman,

kemana mereka? Bagaimana nasib ke dua orang tua gue?

Kemana semua orang pergi? Atau .. atau mereka semua sudah tidak ada dan hanya gue yang tersisa di dunia ini?

Hanya 200 meter lagi saat gue hampir sampai, gue terjatuh, badan rasanya begitu lemas.

Gue merasa ga sanggup lagi,

Tenggorokan dan badan saat itu terasa sangat berat dan kering.

Gue sangat membutuhkan air.

Gue merasa tercekik karena teriknya panas siang itu.

Bukan gue jika mudah menyerah dengan keadaan.

Ketika Kaki ga sanggup lagi gue seret, kini badan gue yang gue paksa gerak menuju ke gedung tersebut sambil posisi merangkak.

Gue harus mendapat tempat berteduh!

Dan gedung tersebut satu-satunya yang masih memiliki atap untuk gue berteduh.

Dalam posisi tengkurap dan merangkak, gue terus berusaha untuk tiba di gedung kampus kita.

Gue merasa seluruh dada dan perut ini terbakar oleh tanah yang seperti sehabis di panaskan oleh api yang mendidih, bahkan gue ga sanggup menegakan kepala melihat langit, karena terik dan panasnya matahari hari itu.

Bahkan saat berjalan seperti matahari tepat di atas kepala.

Tidak ada angin sama sekali seperti biasanya di daerah yang dulu bahkan sering berembun ini.

Dunia yang begitu kering, sepi dan menyeramkan.

Namun akhirnya gue sampai juga di Gedung kampus, bersyukur banget setidaknya kini berbaring bukan di atas tanah lagi melainkan keramik yang masih menempel disana, setidaknya tidak sepanas berpijak ditanah langsung.

Gue pun menemukan keran air persis di depan pintu masuk yang biasa digunakan untuk cuci tangan sebelum mereka memasuki gedung untuk kegiatan perkuliahan. Gue langsung berlari menghampiri wastafel tersebut.

“Aiiiirr!!!! Akhirnya ada harapan untuk bertahan hidup”

Namun tertulis dengan cetak besar dan di tempel di wastafel tersebut

“JANGAN MINUM AIR INI, AIR TERCEMAR DAN BERACUN”

Saat keran wastafel di buka, Air memang mengalir dari keran tersebut. Namun ternyata air tersebut berbau busuk, aromanya sampai menusuk kehidung dan berwarna kehitaman yang jelas tidak sama sekali layak untuk diminum.

Gue akhirnya pasrah.

Bahkan di gedung ini pun gue yakin ga akan mampu bertahan.

Lalu gue pun tidur terlentang menghadap langit-langit gedung tersebut.

Gue nangis,

apa yang sebenarnya telah terjadi,

bertanya- tanya bagaimana di kota lain?

Apakah ada yang survive?

Semoga Bunda dan Daddy selamat.

Saat kesadaran gue perlahan mulai hilang, gue tersenyum, inget kalian, kenangan pertama bertemu Rose di kampus ini, kenangan saat merayakan ulang tahun Thalita, dan kenangan manis bersama Milli saat ospek masa perkuliahan waktu dulu.

dan tentunya, kenangan bersama Bagas.

Nah habis itu gue baru inget bagas, di mimpi gue langsung mikir dan sadar. Kaya kejadian ini baru beberapa menit yang lalu, kejadian gue ninggalin Bagas di Bar after gue cium dia tiba-tiba

Bagas.. seharusnya gue ga ninggalin Bagas di Bar malam itu.

Seharusnya gue pulang dengannya dan meminta maaf atas ciuman tersebut.

Abis itu gue rasain kepala kaya berat dan sakit seperti tertusuk tusuk, pandangan gue jadi menghitam dan kabur. habis itu udah deh kebangun..

Rose :” Ohhh.. Syukurlah.. dunia kering panas itu hanya Mimpi!!!! Gue denger ceritanya juga ngeri Banget El”

Milli :” jangan potong dulu, lanjut El..”

Eleanor : “Gue dengan perasaan kaget dan sesak, melihat jam di handphone yang ternyata masih pukul 3 dini hari.

Gue mengambil air putih karena tenggorokan memang terasa sangat kering.

Gue pun melamun dengan mimpi yang baru saja dialami.

Namun karena ga mau ambil pusing gue langsung mengganti baju dan membersihkan makeup.

Ponsel gue akhirnya berdering dan ternyata panggilan telepon dari Bagas.

Dengan pemikiran singkat gue pun langsung menjawab telepon tersebut.

El :” Gas… bagas.. gue mau minta maaf soal kejadian tadi”

Bagas :” el, akhirnya kamu angkat telp, aku ga ngerti kenapa kamu tiba-tiba pulang sendiri, aku minta maaf dengan apa yang terjadi barusan”

El :” gas.. harusnya gue yang minta maaf..gue udah lancang nyium loe dan ninggalin loe disana sendiri”

Bagas :” justru aku el yang takut kamu kenapa-kenapa dijalan, aku mau coba kejar kamu, ternyata kunci mobil aku di titip di tas kamu”

El :” OMG bagas gue lupa kunci mobil loe di tas gue, jadi loe masih disana?”

Bagas :” engga el, aku udah balik tadi minta jemput indra.”

El :” sorry banget gas.. maaf banget..besok gue kembaliin ya kuncinya, gue cape dan ngerasa ga enak badan banget jadinya gue ga mungkin keluar kosan lagi sekarang”

Bagas :” santai aja el, aku malah takut kamu kenapa-kenapa di jalan, aku telp kamu ga angkat. Yaudah tidur.. istirahat ..take care ya!”

Bagas pun mengakhiri pembicaraan.

Saat gue hendak make sure bahwa kunci mobil Bagas aman di tas, tiba tiba gue terjatuh karena telapak kaki yang sangat amat terasa pedih dan sakit.

Gue terduduk di kursi meja rias.

Dan sangat kaget ternyata kedua kaki ini merah melepuh seperti kepanasan.

Thalita :” sumpah gue merindingg…Ini pas lo akhirnya izin sakit bukan sih el?”

Eleanor :” iya gue izin sakit dan coba ke dokter karena emang sakit banget. Dan ternyata..”

Rose :” ternyata kaki lo bener sakit karena melepuh kepanasan?”

Eleanor hanya mengangguk mengiyakan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!