Bab. 18.

Ratih yang mendengar suara teriakan panggilan dari suaminya. Langsung menyaut tubuh mungil Lizzie dan dia gendong. Tas ransel yang digendong oleh Lizzie pun segera dilepas dari punggung Lizzie dan dibawa oleh Ratih.

“Bun...” ucap lirih Lizzie dan Ratih melangkah dengan cepat menuju ke depan.

“Ayah marah..” ucap Ratih yang paham nada suara Sang suami apalagi memanggil namanya tanpa awalan.

Saat Ratih sudah berada di ruang tamu. Tampak Purnomo berdiri di dekat pintu.

“Pur, yang aku lakukan demi kebaikan kamu dan Ratih, agar kamu punya anak kandung ...” ucap Ibu Ayu Lestari yang masih duduk di kursi. Pak Darus belum juga pulang malah ganti duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Purnomo sambil mengusap usap layar hand phone miliknya.

Purnomo yang melihat sosok Ratih segera mendekat dan mengambil alih tubuh Lizzie untuk digendongnya.

“Ayo cepat.” Ucap Purnomo tidak menghiraukan Ibu Ayu Lestari yang masih berbicara terus.

Ratih pun melangkah dengan cepat di belakang suaminya. Ratih tidak berani bertanya apa pun dan tidak juga pamit pada Ibu Ayu Lestari, menoleh pun tidak berani sejak tadi pandangan terus ke depan. Dia pun rasa rasanya ingin cepat cepat sampai rumah.

“Kalian jangan lagi masuk ke rumah Eyang.” Ucap Purnomo saat sudah masuk ke dalam mobil.

“Ada apa Mas?” tanya Ratih pelan yang juga sudah duduk di jok depan sambil memangku Lizzie.

“Aku curiga dengan laki laki tadi.” Jawab Purnomo sambil menjalankan mobilnya menuju ke rumahnya.

“Kata Ibu dia paranormal yang akan membantu kita, tapi kenapa Ibu menyembunyikan dia. Kalau dia tidak bersin bersin dia pasti masih bersembunyi.” Ucap Purnomo lagi.

“Aku penasaran bunga beberapa keranjang tadi itu mau dibawa ke mana?” gumam Ratih sambil menatap suaminya yang sudah menghentikan mobilnya di depan rumahnya.

“Pasti untuk ritual Ibu. Aku sejak dulu tidak suka dengan hal hal macam itu.” Ucap Purnomo sambil menoleh ke arah Ratih yang sudah membuka pintu.

“Bun, aku mau ke kantor ada beberapa berkas yang harus aku tanda tangani hari ini. Kalian cepat masuk rumah dan jangan pergi pergi.” Ucap Purnomo yang belum mematikan mesin mobilnya.

“Iya Mas, hati hati ya..” ucap Ratih memberi pesan pada suaminya mengingat banyaknya masalah yang baru menimpa.

“Hmmm Bunda dan Lizzie juga hati hati...” ucap Purnomo sebelum Ratih menutup kembali pintu mobil. Ratih dan Lizzie pun berjalan menuju ke pintu rumahnya. Purnomo belum menjalankan mobilnya menunggu istri dan anaknya masuk ke dalam rumah.

Setelah sosok Ratih dan Lizzie sudah tidak terlihat. Purnomo menjalankan mobilnya menuju ke kantor perusahaan warisan orang tuanya.

Sementara itu Ratih setelah mengunci pintu terus melangkah bersama Lizzie menuju ke kamar Lizzie. Dia menggantikan baju Lizzie.

“Lizzie sekarang bobok siang ya.. mau bobok di sini atau di kamar Bunda. Bunda juga mau ganti baju terus istirahat, capek.” Ucap Ratih setelah mengganti baju Lizzie dan membuka pita pita dan gulungan kepangan rambut panjang Lizzie, hingga dibiarkan rambut panjang itu berkepang dua .

“Lizzie bobok di sini Bun.” Ucap Lizzie sambil mendongak menatap Ratih.

“Baiklah..” ucap Ratih lalu dia melangkah meninggalkan kamar Lizzie tidak lupa menutup kembali pintu kamar itu dengan rapat.

Lizzie yang berada di dalam kamar itu lalu melangkah menuju ke pintu dan mengunci pintu kamar itu. Selanjutnya Lizzie membuka tas ransel dan mengambil boneka Michelle yang sejak tadi disembunyikan di dalam tas. Dia peluk dengan erat boneka Michelle itu.

Lizzie naik ke atas tempat tidur berbaring sambil memeluk boneka Michelle nya. Lizzie pun tertidur dengan nyenyak.

Waktu pun berlalu hingga sore hari tiba Ratih dan Lizzie aman tidur nyenyak di dalam kamar nya. Mbok Mirah sejak siang hari sibuk di dapur untuk menyiapkan makan malam dan disuruh oleh Bu Ayu membuat nasi gurih dan ayam ingkung hingga tidak sempat lagi mencari cari boneka Michelle.

Ratih terbangun saat mendengar suara pintu kamar diketuk ketuk.

“Hah? Sudah sore..” gumam Ratih saat membuka matanya dan melihat jam dinding sudah menunjukkan jam lima lebih. Ratih lekas lekas bangkit dan melangkah menuju ke pintu kamar.

Saat pintu dibuka tampak Purnomo yang baru pulang dari bekerja.

“Mana Lizzie?” tanya Purnomo karena tidak melihat sosok Lizzie.

“Di kamar nya.” Jawab Ratih lalu menyiapkan baju ganti dan handuk buat suaminya. Purnomo pun mengajak Ratih untuk mandi bersama.

Setelah setengah jam lebih mereka berdua keluar dari kamar mandi dan tubuh mereka sudah segar, rambut di kepala mereka berdua pun tampak basah.

“Mas, aku lihat Lizzie dulu.” Ucap Ratih sambil menutup rambutnya yang setengah kering dengan handuk.

“Hmmm.” Gumam Purnomo sambil menggosok gosok rambutnya dengan handuk kecil.

Di saat Ratih membuka pintu, dia melihat sosok Mbok Mirah berjalan sambil memegang tampah (nyiru) besar yang tampak ada ayam ingkung nya.

“Apa itu Mbok?” tanya Ratih yang suaranya juga didengar oleh Purnomo, Purnomo yang sedang sensitif pun langsung melangkah menuju ke pintu untuk menyusul istrinya.

“Ini Bu, disuruh Ibu Ayu katanya biar anak anak Den Mas Purnomo tidak rewel.” Jawab Mbok Mirah sambil menoleh menatap Ratih, dan jantungnya berdetak lebih kencang saat melihat ekspresi wajah Purnomo yang terlihat menegang dan menatap dirinya dengan tajam.

“Buang itu semua! Atau kamu makan sendiri sekarang juga!” teriak Purnomo dengan nada tinggi, wajah Purnomo pun memerah menahan marah.

“Den, saya nanti dimarah Bu Ayu.. besok pagi boleh makannya..” ucap Mbok Mirah yang sebenarnya di dalam hati takut akan mendengar lagi suara anak anak menangis. Sebab menurut omongan Ibu Ayu dengan diadakan ritual anak anak Purnomo tidak akan menangis lagi.

“Anak anakku menangis karena ritual ritual macam ini!” ucap Purnomo sambil melangkah dan merebut tampah ( nyiru ) besar yang berisi nasi gurih, ayam ingkung dan ubo rampenya.

“Mas... sabar Mas... “ ucap Ratih yang khawatir darah tinggi suaminya naik.

Purnomo melangkah dengan cepat menuju ke pintu utama sambil membawa tampah besar.

“Deeennnn jangan dibuang!” teriak Mbok Mirah yang terlihat bingung. Dia masih berdiri sambil menoleh noleh ke arah pesawat telepon dan menoleh ke arah punggung Purnomo yang semakin menjauh.

“Mas... jangan dibuang!” teriak Ratih pula yang berjalan mengikuti langkah kaki suaminya.

“Apa? Jangan dibuang! Kamu juga mau ikut ikut mereka mengadakan ritual ritual mistis macam ini?” ucap Purnomo dengan nada semakin meninggi.

Purnomo dengan cepat membuka pintu utama rumah itu.

“Mas.. dengar aku!” ucap Ratih sambil menarik baju suaminya.

“Aku akan buang ini di halaman biar Ibu Ayu melihatnya.” Ucap Purnomo sambil terus melangkah.

“Mas... sabar.. dengar aku dulu.. berhentilah.” Ucap Ratih yang ikut melangkah cepat sambil menarik tshirt suaminya.

Terpopuler

Comments

Andini Andana

Andini Andana

buang ke mukanya ibu Ayu, biar langsung tau /Chuckle//CoolGuy/

2024-01-20

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!