" Duduklah, semua orang menatap kita. " ucap Aurora menarik tangan Sally duduk kembali.
" Maksudmu pria One Night Stand mu itu? " tanya Sally masih tidak percaya.
" Iya, dan aku sudah tahu siapa namanya. " ucap Aurora mengusap wajah nya gusar.
" Siapa? dia bukan lelaki hidung belang dengan perawakan jelek dan bibit, bebet, bobotnya tidak jelas kan?! " tanya Sally beruntun.
" Tidak! dari wajahnya terlihat jelas dia pria kaya dan berpendidikan. " ucap Aurora mengingat kembali wajah pria itu.
" Siapa namanya? " tanya Sally yang masih penasaran.
" Kalau tidak salah namanya, Franssesco Arthur Silvano. " ucap Aurora mencoba mengingat nama lengkapnya.
" GILA! dia pria terkaya di Amerika Serikat Rora! " pekik Sally pelan.
" Apa! bagaimana bisa dia menikah dengan Laura yang suka bermain lelaki. " ucap Aurora tidak percaya.
" Kalau kau ingin tahu tanyakan saja pada pria itu. " ucap Sally.
" Tapi kenapa dia ingin menikah dengan tante Laura? tidak mungkin kan lelaki lajang sepertinya tertarik pada janda bangkotan seperti itu? " lanjut Sally curiga.
" Itu yang sejak tadi terpikirkan dalam otak ku saat melihat wajahnya, aku saja terang-terangan mengatakan kalau wanita itu suka bermain dengan gigolo setiap hari. "
" Apa dia tidak takut terkena penyakit nanti bermain dengan janda bangkotan itu?! " lanjut Aurora tidak habis pikir.
" Sepertinya pengusaha kaya itu punya rencana dibalik pernikahan ini Ra. " ucap Sally.
" Sepertinya begitu, lelaki mana coba yang mau sama janda tua seperti Laura? suka gonta-ganti pasangan pula setiap malam. " ucap Aurora sarkas.
" Jadi sekarang bagaimana? rencana apa yang akan kau lakukan untuk menghindari pria One Night Stand mu? " tanya Sally.
" Entahlah, otak ku terlalu pusing memikirkan nya. " ucap Aurora merasa frustasi ia mengacak rambutnya semrawutan.
" Tapi kau tidak berpikir untuk datang ke pernikahan tante Laura kan? " tanya Sally lagi.
" Kau pikir aku bisa menghindari acara yang begitu penting bagi Laura? pasti dia akan melakukan berbagai cara agar aku datang ke pernikahan nya. " tambah frustasi lagi Aurora memikirkannya.
" Lebih baik kau pergi keluar negeri saja, agar kau terhindar dari pria itu bisa saja dia memanfaatkan mu dan mengingat kejadian waktu itukan? " ucap Sally.
" Ya, itu solusi yang bagus. aku akan pergi keluar negeri saja dan berkarir disana. " ucap Aurora tersenyum lega dirinya mendapat pencerahan saat ini.
" Lalu bagaimana usaha mu yang berada disini? apa kau akan meninggalkan nya begitu saja? " tanya Sally.
" Tentu tidak, aku akan menyerahkan pada asisten ku dan kau sebagai penanggung jawabnya, tapi apa kau yakin rencana ini akan berhasil. " tanya Aurora cukup ragu.
" Ck, percaya padaku rencana ini pasti akan berhasil aku yakin itu. aku hanya takut jika lelaki itu mengancam mu dan membahayakan dirimu. " ucap Sally cemas.
" Oke, sudah dipastikan aku akan pergi keluar negeri saat pernikahan Laura selesai. " ucap Aurora yakin.
" Aku akan menjemput mu saat pernikahan tante Laura selesai serahkan saja semua barang bawaan mu padaku. " ucap Sally menganggukkan mantap.
Mereka bertos ria merayakan rencana kepergian Aurora saat malam pernikahan itu akan tiba tapi ada seseorang yang mendengarkan semua rencana yang dibuat kedua orang itu.
Pria itu melirik sekilas melalui ekor matanya dan memperbaiki kacamata yang bertengger di hidungnya ia mematikan rekaman dalam ponselnya dan segera pergi dari dalam Cafe tersebut meninggalkan kedua wanita yang masih mengobrol itu.
Lelaki itu memasuki mobilnya dan mengirimkan rekaman suara yang ia rekam kepada seorang pria yang menyuruhnya untuk memata-matai kedua wanita itu.
TING...
Sebuah Notifikasi masuk kedalam ponsel lelaki itu, disana tertuliskan bahwa....
' Kemarilah, ada hal yang harus kau urus. '
Begitulah isi pesan pria tersebut tanpa membalas apapun lelaki itu mulai menjalankan mobilnya meninggalkan Cafe tersebut menuju ketempat yang sudah ditentukan lokasinya sebelumnya.
Pria itu memarkirkan mobilnya di halaman kantor perusahaan dengan langkah tegapnya dan senyuman ramahnya menyapa para karyawan lain yang menyambutnya hangat.
Lelaki itu menaiki Lift menuju lantai 48 dan mengetuk pintu depan yang bertuliskan ' DIREKTUR'
" Masuklah. " jawab seseorang dari dalam sana.
KLEK...
" Ada apa kau memanggilku. " tanya Bobby memasuki ruangan disana sudah ada Rose dan Caitlyn.
" Aku ingin kau mengurus semua rencana pernikahan ku. " ucap Arthur tiba-tiba.
" What! dengan siapa kau akan menikah?! bukan dengan lelaki kan? " tanya Bobby takut-takut.
BUGH....
" Arghh.... " ringis Bobby saat rahangnya tiba-tiba dipukul Arthur.
" Aku masih suka buah Peach dari pada pisang. " ucap Arthur berdeham.
" Rose, Caitlyn kalian sudah tahu kan apa yang harus dilakukan saat acara pernikahan ku nanti? " tanya Arthur.
" Tentu saja Tuan Silvano kami sangat tahu tugas kami. " ucap kedua wanita itu penuh semangat.
" Aku percayakan semua nya pada kalian, dan jangan sampai membiarkan wanita itu lolos saat malam pernikahan nanti. " ucap Arthur tersenyum penuh arti membayangkan nya.
" Aman saja Tuan, semua nya akan sesuai rencana tuan Silvano. " ucap mereka percaya diri.
" Kalian bisa keluar dari ruanganku. " ucap Arthur menyuruh kedua wanita itu keluar dari ruangan nya.
BLAM...
" Bagaimana bisa kau menikah secepat ini? pasti ada sesuatu yang kau rahasia kan dariku kan? " tanya bobby memicingkan matanya.
" Aku harus mencari tahu sesuatu dalam keluarga itu. " ucap Arthur.
" Dengan cara kau menikah begitu? " tebak Bobby.
" Tentu saja dengan begitu aku bisa leluasa mengetahui silsilah keluarga kakak tiriku yang meninggal tanpa sebab. " ucap Arthur memandang kearah dinding kaca.
" Semoga rencana mu berhasil, berarti kau akan menikahi istrinya atau anaknya? " tanya Bobby yang memang mengetahui silsilah keluarga Arthur dan keluarga Allard.
" Tentu saja istri bodoh dan gila harta itu, untuk anaknya aku akan membuatnya tergila-gila denganku dulu selepasnya dia akan ku jerat dalam sangkarku. " ucap Arthur menampilkan smirk mengerikannya.
Hari-hari pun berlalu tidak terasa hari yang ditunggu kedua mempelai itu pun tiba ah lebih tepatnya bagi Laura yang akan melepas masa janda nya selama belasan tahun begitu pun juga Aurora yang bahagia akan pergi dari AS ke kota lain.
Dikamar saat ini Laura tengah memakai Gaun pernikahan berwarna merah dengan batu berlian putih sebagai hiasan nya dirinya bersama Aurora dalam ruangan itu sebagai pengantar menuju Altar.
Setelah beberapa jam acara penyambutan, pengucapan janji suci, dan tiba saat nya acara bersenang-senang dimulai pesta sesungguhnya telah tiba.
Aurora yang memang saat itu menggunakan Dress di atas lutut dengan tali Spaghetti berwarna putih dengan punggung belakang yang terekspos , belahan dada yang terlihat dan pakaian yang membentuk lekuk tubuhnya tidak sedikit para lelaki menatapnya lapar dan bergairah disana.
Berbeda dengan Arthur yang menatap Aurora dengan pandangan tajam bagaimana tidak, semua lelaki menatap dirinya begitu lapar seolah-olah akan menerkamnya detik itu juga tanpa sadar Arthur menggeram kesal.
Niat awal Aurora sebenarnya tidak ingin mengundang para mata jelalatan itu melihat tubuh sexy nya hanya saja sejak usianya remaja dirinya sudah terbiasa mengenakan pakaian terbuka dan membentuk tubuh dan itu terbawa hingga saat ini. dirumah saja dirinya terbiasa mengenakan lingerie saat tidur.
Dengan santai Aurora melangkah ke kursi bar yang berada disana ia meminta segelas Whisky kali ini dirinya begitu penasaran dengan semua minuman keras jadi dia ingin mencoba nya walaupun dirinya tidak pandai minum.
" Segelas Whisky. " ucap Aurora.
Bartender lelaki itu segera meraciknya dan memberikan nya pada Aurora dan langsung ditenggak saat itu juga hingga habis.
" Ahh... sangat luar biasa rasanya. " ucap Aurora setelah menghabiskan dalam satu tarikan nafas terasa begitu menyengat alkoholnya.
" Berikan lagi. " ucap Aurora menyodorkan gelasnya pada Bartender itu yang kembali menuangkan nya.
Tanpa sadar Aurora sudah meminum sebanyak 4 gelas itu termasuk sebuah keberhasilan Aurora dalam menenggak alkohol tingkat tinggi. Tiba-tiba seorang wanita duduk disamping Aurora yang mulai sedikit mabuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments