Bocah

Nayla berjalan dengan cepat menuju lapangan.

"Nay sini." Panggil Ratu dan benar saja Nayla segera mendekat.

"Huh cape banget tau Rat." Keluh Nayla.

"Hampir aja telat, kenapa sih." Tanya Ratu sembari membenarkan posisi nya.

"Kesiangan Rat, semalam aku demam." Ratu Lantas melihat wajah pucat sahabat nya.

"Apa benar kemaren kak Raja menurunkan kamu di jalan Nay?" Nayla terksiap.

"Maksud nya?" Berusaha pura pura tak tahu maksud perkataan sahabatnya.

"Begini maksud ku, apa kemaren kak raja anterin kamu betul betul sampai di rumah sebab, dia tiba di rumah dengan kurung waktu yang sangat cepat dengan jarak rumah mu Nay." Jelas Ratu sambil berbisik sebab upacara sudah di mulai.

"Nggak mungkin kan, toh kak Raja pembalap." Kilah Nayla di angguk oleh Ratu, sebab kalau kakak nya berani menurunkan nya di jalan itu arti nya ia di hadap kan dengan mamah nya langsung.

"Sudah kita bahas lagi nanti, kita lanjut upacara dulu." Bisik Nayla takut takut mereka kena hukuman, mereka termasuk anak anak dengan prestasi yang baik dan tak memiliki catatatan buruk.

Mereka kembali melanjutkan upacara nya.

Setelah upacara dan jam kelas pertama terlewati kini mereka berada di kantin belakang.

Kantin di sekolah ini ada dua, kantin dengan fasilitas elit serta makanan yang jelas harga nya berada di depan, sedangkan kantin kelas bawah berada di area belakang.

Nayla dan Ratu entah kenapa justru lebih nyaman berada di kantin belakang dari pada di kantin depan yang memang di peruntukan oleh anak anak berada namun yang membuat mereka berdua enggan ke sana bukan persoalan biaya yang jelas mereka berdua mampu, namun lebih ke enggan berkumpul dengan kaum kaum sombong.

Dengan rasa yang menurut mereka kaya akan bumbu di lidah membuat mereka berdua betah makan di kantin belakang dan jajan lewat pagar sekolah untuk bisa jajan di abanga abang kaki lima.

Kantin belakang seketika heboh saat kedatangan dua pria tampan.

Siapa lagi kalau bukan Raja dan Boy si ketua osis.

"Kalian makan di sini?" Tanya Boy sembari duduk di sebelah Nayla gadis yang sudah ia anggap adik nya.

"Iya bang, males di kantin depan pada sombong sombong anak nya." Decak Nayla membuat Boy terkekeh.

"Waaah seblak yah, ini pasti pedes banget, aku aduin papi sama mami loh." Ancam Boy membuat Nayla membola.

"Jangan lah bang, tanya Ratu deh, ini pedas nya cuma level satu kok bang, nggak sampai level 5." Boy mengangguk kebetula pesanan nya juga datang.

"Kak raja cuma makan bakso aja, nggak di kasih lontong?" Tanya Nayla pada Raja yang nampak bodo amat.

"Udah tau tembok masih di ajak ngomong." Ujar Boy pada Nayla yang masih mendengus.

"Hemm lupa." Jawab Nayla, sedang Ratu terkikik melihat wajag masam Nayla.

Nayla menunduk ke bawah lalu.

Haciiim haciiim.

Boy melongok ke bawah meja.

"Kenapa bersin bersin terus, sakit?" Nayla mengangguk.

"Kemaren ujan ujanan bang." Jawab Nayla membuat Raja melirik ke bawah namun tak melihat Nayla sebab terhalang oleh meja.

"Ck bocah dasar main ujan ujan nan." Decak Boy.

"Ya habis nya bang, asik sih." Kilah Nayla.

"Asik apaan."

"Asik kaya di film film." Boy mendengus melihat Nayla nyengir.

"Iya film bocah."

"Abang ih."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Cerita ini memang anak anak Alexa dan Kai serta Pang, juga anak Lani dan Nana.

Tapi tidak terhubung dengan emak Tia yah, sebab keluarga emak kan banyak, Macil fokus kan ke empat bocah ini saja biar cerita nya nggak menyebar. Paham lah yah semua cerita macil.

Dan konflik nya juga sama, ringan ringan aja kok, macil suka yang ringan, biarlah yang berat cuman beban idup🤫.

Salam sayang dari macil😘

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***