Pov : Damian Musk
Tak seperti biasanya jalanan kota jakarta terlihat senggang dan tidak dipenuhi oleh kendaraan yang berlalulalang. Kualitas udara nya pun lumayan bersih hari ini jika dibanding kan dengan hari-hari sebelumnya.
Kuparkirkan Bugatti Juventus Scudetto keluaran terbaruku di parkiran bawah tanah Hotel Mulia, Senayan city, Jakarta Pusat. Langkah demi langkah ku langkahkan kakiku menuju The Cafe. Tempat dimana aku janjian dengan cinta pertamaku.
Walaupun cinta pertamaku sudah menikah dengan pria lain aku akan tetap menemuinya hari ini. Setidaknya jika kami bertemu aku masih memiliki harapan untuk memilikinya bukan? Apalagi ia bilang ia ingin meminta sebuah bantuan kepadaku.Sudah pasti dia tidak akan menolak keinginanku yang ingin bersamanya. Pikiran gila dan kotor mulai menyelimuti otak kecilku.
Brukkkkk..........
Seorang bocah perempuan berseragam sd menabrakku. Tampaknya bocah itu sedang kebingungan mencari seseorang mungkin saja ibu atau temannya, ku pikir. Gadis itu langsung terjatuh karena tidak dapat menjaga keseimbangan tubuhnya.
Segera kubantu bocah bertubuh mungil itu berdiri. Sebenarnya aku adalah tipe pria yang tidak menyukai anak-anak dan membantu orang lain. Entah mengapa aku sangat penasaran dengan wajah bocah sd itu hingga tanpa sadar aku menolong bocah itu.
Ku ulurkan tangan kananku kepadanya dan begitu terkejutnya aku .Bocah perempuan itu menerima uluran tanganku. Biasanya bocah perempuan seumuran pasti akan menolak uluran tangan dari pria asing bukan. Orang tua mereka pasti mengajarkan anak perempuan nya untuk tidak bersentuhan dengan orang asing terlebih lagi sampai menerima uluran tangannya seperti ini. Apa orang tua bocah ini tidak mengajarkan hal serupa kepada putri mereka? Karena rasa penasaran ku, ku ulurkan lagi tanganku yang lain nya. Lagi dan lagi bocah perempuan itu menerima uluran tanganku.
Lama sekali bocah itu menggenggam kedua tanganku. Tampaknya ia terpesona melihat ketampananku. Segera ku angkat tubuhnya dari lantai parkiran yang kotor. Ku rapikan seragam sekolah nya yang berantakan. Tidak lupa pula ku bersihkan beberapa bagian seragamnya yang kotor dengan menepuk- nepuknya pelan. Namun bocah perempuan itu masih belum bergeming juga. Ku jentikan jari ku dihadapan wajahnya untuk membuyarkan lamunannya.
"Aku tampan yah ?! " Ucapku dengan percaya diri.
"Tidak " Jawab bocah perempuan itu dengan lugunya.
"Hahahaha..... benarkah?"
"Lalu?"
"Lalu apa?" Ucap bocah itu penuh dengan kebodohan dan kebingungan.
"Apa yang kamu lakukan disini gadis bodoh ?" Ku tatap manik matanya tajam berharap ia lari ketakutan atau hal semacamnya.
" Mencari ibu " Jawabnya lagi penuh kepolosan.
"Okay "
Ku angkat tubuh mungilnya dan ku dekap ia ke dalam pelukanku. Rasa penasaran ku terhadap bocah perempuan itu semakin menjadi-jadi saja. Tidak ada satu pun tanda -tanda bahwa ia akan menolakku dan memberontak. Terlihat ekspresi wajahnya yang biasa-biasa saja ketika aku mendekap nya. Bahkan ia terlihat bahagia ketika aku mendekap nya. Namun bocah itu berusaha menyembunyikan raut wajah kebahagiaannya dariku. Entah karena ia malu karena telah berani menggoda pria dewasa sepertiku atau karena alasan lainnya. Tapi aku yakin bocah perempuan itu malu karena telah menggoda diriku.
"Dimana ibumu berada heumm...?" Tanyaku pelan.
"The Cafe "
"Kamu tersesat?"
"iya"
"Bagaimana bisa?"
"I don't know "
"Kamu belum pernah datang kemari sebelum nya ?"
"iya "
"Lalu kenapa datang kemari sendirian?" Tanya ku lagi.
"Karena hari ini aku ulang tahun " Sudut bibir nya merekah.
"Ohh.... really?"
"yeah"
"By the way, nama paman siapa? Namaku Aletha Calantha " Oceh gadis itu tiba-tiba.
"Damian Musk"
"Paman , Apa putrimu tidak akan marah jika kamu menggendongku seperti ini ?" Sebuah pertanyaan bodoh keluar dari mulut bocah perempuan yang mengaku bernama Aletha itu.
"Apa?" Hampir saja otakku berpindah tempat mendengar pertanyaan bocah itu.
Bagaimana tidak seorang pria lajang seperti ku mendapatkan pertanyaan absurd seperti itu. Apakah aku terlihat terlalu tua untuk pria seumuranku.Sehingga bocah seumuran Aletha mengira jika aku seumuran dengan orang tua mereka?
"Pamannn.....?" Bocah itu melambaikan tangan mungilnya dihadapan wajahku.
Lantas saja ku genggam tangan mungilnya dan sengaja ku tatap wajahnya lekat-lekat agar ia salah tingkah. Bocah seumuran Aletha memang sedang masanya memasuki usia pubertas bukan. Kebanyakan dari mereka sudah mulai pacaran dan main cinta-cintaan. Dan parahnya sebagian dari mereka juga sudah banyak yang mulai melakukan bisnis ehem ehem. Demi menunjang pertumbuhan mereka yang telah dipengaruhi oleh era globalisasi yang tidak sehat.
Bukankah tidak akan jadi masalah jika aku memainkan perasaannya sedikit saja. Toh setelah aku mengantarkannya kepada ibunya kami tidak akan pernah bertemu lagi.Itu tidak akan menjadi masalah untukku , tapi mungkin saja itu menjadi masalah untuk bocah bernama Aletha Calantha ini . Ia akan selalu terngiang-ngiang namaku setelah hari ini dan mungkin saja ia bisa gila karena tidak dapat memiliki diriku sebagai cinta sejatinya.
"Hehehehe......" Tertawa kecil seperti seorang bayi.
"Putrimu pasti sangat beruntung memiliki ayah seperti dirimu " Ucapnya lagi.
Whatttt....??? Apakah aku setua itu?sehingga bocah ini benar-benar yakin jika aku seumur an dengan orang tuanya. Akhirnya dengan sedikit rasa kesal aku menegaskan kepada bocah gila itu jika aku belum memiliki seorang istri apalagi seorang anak. Dari pada bocah itu terus salah paham dan meledekku.
"Aku belum menikah" Ketusku.
"Benarkah?" Matanya membeliak.
"yeah" Sahutku malas.
"Oh... really? Kenapa kamu tidak menikah paman? Apakah tidak ada perempuan yang mau menikah denganmu?Itu mustahil secara penampilanmu sangat tampan dan kaya " Oceh bocah itu.
" Heyyy....gadis kecil bukan secara penampilan saja .Aku memang sangat tampan dan kaya raya.Bahkan jika aku ingin aku mampu membeli Hotel ini " Batinku kesal.
"Aku belum menemukan pasangan yang cocok denganku " Jawabku apa adanya.
"Oooooo......." Aletha membulatkan bibir nya)
Plekkkk........
Tiba-tiba saja bocah perempuan bernama Aletha itu menyenderkan kepalanya ke bahuku. Anehnya bocah itu terlihat sangat nyaman menidurkan kepalanya dibahuku. Sangat aneh bukan? tidak seperti kebanyakan bocah perempuan lainnya. Yang terlihat sangat takut kepada kaum laki-laki namun nyatanya mereka sering menggoda para pria.
"Paman maukah kamu jadi ayahku ?" Satu pertanyaan konyol lagi keluar dari mulut bocah perempuan itu.
"Kita sudah sampai di the Cafe. Ibumu ada di meja nomor berapa?" Tanyaku yang ingin cepat-cepat berpisah dengan bocah absurd itu.
"Entahlah aku lupa"
Jderrrrr..........Otakku bagai tersambar petir mendengar jawaban absurdnya. Bagaimana bisa bocah itu melupakan satu digit angka dengan mudahnya. Oh ya tuhan kenapa aku harus terjebak dengan bocah absurd nan gila ini.Batinku Frustasi.
"Turunlah....dan cari ibumu sendiri.Kita sudah berada di the cafe sekarang.Jika kamu ibumu memang berada disini kamu pasti menemukannya " Ku pikirkan sebuah ide untuk mengusirnya pergi dari hidupku saat ini juga.Rasanya sudah cukup aku bersamanya. Bisa gila lama-lama aku jika terus bersama nya.
"eummmm...... bagaimana jika aku tersesat lagi nanti? Bagaimana jika aku tersesat lagi nanti? " Puppy eyes.
"Tidak, Turunlah dan cari ibumu sendiri! Aku harus menemui rekan Bisnisku " Jawabku tegas .
"Bagaimana jika aku ikut bersamamu saja paman? Setelah kamu menyelesaikan urusan mu dengan rekan bisnismu , baru setelah itu kita mencari ibuku " Tawarnya mencoba mencari penawaran denganku.
"Tidak"
"Hikss...."Memasang mimik wajah memelas.
"Baiklah "
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Anggi Safitri
Menarik
2024-05-22
0
Pa'tam
bagus. teruskan.
2024-01-01
3
Max >w<
Keren thor, jangan berhenti menulis! ❤️
2023-12-27
1