Bab 8

Kayla menceritakan alasan ia mau menerima perjodohan dengan Edly dan menikahi pria itu pada Jack. Semua ia lakukan semata demi menyokong perusahaan sang ayah yang hampir bangkrut, sebab setelah ia menjadi menantu Fulton Parker, mertuanya itu selalu memberi bantuan secara cuma-cuma kepada ayahnya. Tidak hanya itu, kelak jika ia memiliki seorang putra dari Edly, maka Fulton akan mewariskan Parker Corporation pada sang cucu dan menyerahkan bisnis properti yang berada di Amsterdam pada cucu perempuannya.

"Jadi selama ini kau hanya bersandiwara? Dan kau masih mengharapkan seorang anak laki-laki dari Edly, makanya kau terus menggodanya 'kan? Sudahlah Kayla, toh kau sudah mendapatkan bisnis properti keluarga Parker yang berada di Amsterdam melalui putrimu—Gabriella, itu sudah lebih dari cukup untuk menyokong kehidupanmu. Berhentilah menggoda Edly, aku kasihan padamu yang selalu diabaikannya." Alasan Jack sebenarnya bukan karena kasihan pada Kayla, tepatnya—ia mulai tak rela jika ia harus berbagi tubuh Kayla dengan Edly.

"Kau salah, Jack. Aku belum mendapatkan bisnis properti keluarga Parker. Kau pikir Edly sebodoh itu. Ella bukan putri kandung kami, dia kami adopsi dari panti asuhan yang berada di Bali. Edly sama sekali belum pernah memasukiku, bahkan menyentuh tubuhku pun dia tidak mau. Kami pernah hampir melakukannya, tapi sebatas hanya aku yang memuaskannya. Setelahnya, dia pergi meninggalkanku." Ujar Kayla menampilkan raut kekesalan karena selalu gagal menggoda Edly.

"Pantasan Ella tidak mirip denganmu ataupun Edly. Apa mertuamu tidak pernah merasa curiga?" Pengakuan Kayla barusan membawa angin segar pada Jack. Artinya, tubuh Kayla hanya miliknya seorang.

"Mereka tidak pernah menanyakan itu. Hanya saja Edly mengatakan jika usia Ella sudah menginjak 18 tahun, kami harus memberi tahu identitasnya kepada mertuaku sebab pada usia legal lah Fulton memberikan warisan pada cucunya."

"Berarti ada kemungkinan Fulton tidak akan mewarisi hartanya pada Ella atau dia akan tetap memberikannya pada Ella namun kau tak punya kendali sama sekali karena Ella bukan putri kandungmu, begitu?" Jack mulai mengerti kegundahan Kayla, itulah mengapa perempuan itu gencar menggoda Edly agar mau berhubungan badan dengannya.

"Tebakanmu tepat sekali, Jack. Makanya aku memiliki rencana untuk menjebak Edly dengan obat pe rang saang. Usiaku juga sudah kepala tiga, jika aku terus menundanya, aku akan kehilangan kesempatan untuk mengandung benih dari Edly." Ujar Kayla mengutarakan rencana jahatnya.

"Terserahmu saja, Baby. Aku akan selalu mendukung keputusanmu dan selalu bersedia memberimu kepuasan tentunya." Jack tak berniat menghalangi rencana Kayla. Dia juga tidak terlalu memikirkan lagi jika akhirnya Kayla berhasil melakukan hubungan badan dengan Edly sebab perempuan itu juga melakukannya tidak atas dasar cinta.

"Terimakasih, Sayang. Aku tidur dulu, aku sedikit lelah dengan permainan virtual kita tadi." Manik Kayla sudah tampak memerah menahan kantuk.

"Tidurlah, Baby. Hubungi aku jika kau ingin dipuaskan lagi." Jack melakukan kiss bye yang dibalas Kayla dengan senyuman kecil, lalu keduanya menutup video call mereka.

Kayla berlahan memejamkan matanya dan tanpa ia sadari, seseorang sedang menguping pembicaraan mereka melalu celah pintu yang tidak tertutup rapat.

***

Malam menyambut pagi, tampak Guinsha begitu enggan berangkat ke Parker Corporation meski waktu hampir menunjukkan pukul tujuh pagi. Ia sangat malu jika berhadapan dengan Edly di kantor nanti, walaupun divisi tempat ia bekerja tidak berdekatan dengan ruangan kerja sang bos, tetap saja pasti ada momen untuk bertemu.

Semalam Guinsha juga seharian penuh uring-uringan di dalam kamar kontrakannya. Ia merutuki kebodohannya karena ikut menikmati permainan Edly.

"Jangan khawatir, Guinsha. Jangan khawatir, semua orang pernah melakukan kesalahan." Ucap Guinsha menyemangati dirinya sendiri. Setelah itu, ia beranjak bangun menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan bersiap berangkat ke Parker Corporation.