Pergi Untuk Melupa
Mungkin, di dalam pikiranku serta pikiranmu hujan hanyalah penghalang dalam gerak. Bisa jadi,hujan menurutmu hanya mampu membuat bajumu basah dan kamu kedinginan sebab ulahnya. Membuatmu tidak nyaman, mengekangmu untuk tetap tinggal di tempat itu.Membuatmu kehilangan setumpuk momentum dalam satu waktu, atau bahkan menghilangkan segala hal-hal indah dalam duniamu Andira. Namun, bagiku hujan mendatangkan keberkahan, untuk semua makhluk yang ada di bumi. Hujan jugaselalu menjadi teman setia, saat hatiku mulai gusar mengingatmu dan hujanlah yang selalu membawa kenangan itu, bersama rintik-rintik yang akan bermuara diberbagai tempat air itu terhenti Andira.
Hujan tidak semestinya begitu, meskipun ia datang lalu pergi. Tidak seperti kamu, yang sempat datang lalu pergi seenaknya saja. Aku tidak pernah sekalipun membenci hujan, meskipun ia berkali-kali pergi. Hujan pasti kembali untukku, tidak seperti kamu pergi dan tak pernah ingin menoleh kembali. Hari itu adalah hari penyesalanku mengenalmu, Andira. Kenapa, kamu suguhkan aku secangkir kopi yang di dalamnya terdapat pecahan-pecahan kaca, kamu tak semestinya begitu terhadapku Andira.Apa benar ini adalah serangkaian perpisahan, yang sengaja kamu siapkan untuk melukaiku secara perlahan Andira. Kamu beranjak pergi, meninggalkan aku disudut kota Lampung ini sendirian tanpa ada rasa bersalahmu.
“Andira, kenapa kamu mengajakku ke tempat ini malam-malam?” tanyaku, penasaran melihat tingkah Andira yang aneh.
“Ada yang mau aku omongin, Han. Menyangkut hubungan kita,” balas Andira, meraih tanganku memegang dengan erat dan menatapku dengan tatapan serius.
“Iya, kamu mau ngomong apa, Sayang?” tanyaku penasaran, karena sejak tadi memuncak ingin tahu.
“Jadi begini, Han. Aku mau ....,” lirih Andira dengan mata berkaca-kaca.
“Mau apa Andira? Kamu jangan bikin aku makin bingung dong, Sayang,” balasku mendesak Andira, untuk melanjutkan ucapannya tadi.
“Aku mau ki—kita putus,Han,” balas Andira, melanjutkan ucapannya tadi kepadaku.
“Ini maksudnya apa Andira? Malam-malam hujan begini, kamu memaksa aku untuk nemuin kamu dan tiba-tiba kamu ngajak putus, sebenarnya ada apa dengan kamu?” tanyaku sambil menatap wajahmu dan lalu mendongakkan kepalaku ke atas langit yang mendung.
“Aku udah enggak nyaman lagi sama kamu, Han,” balas Andira, seakan-akan tidak mengerti perasaanku samasekali.
“Hah ... selama dua tahun pacaran? Kamu baru bilang enggak nyaman, Andira. Aku kurang apa?” tanyaku heran, dengan sikap Andira.
“Kamu enggak ada kekurangan apa pun kok, Han. Hanya saja, aku sudah punya lelaki lain. Dialah yang membuatku nyaman selama ini,” balas Andira, menundukkan kepalanya.
“Apa kamu gi—gila selama ini, segala sesuatu yang kamu mau aku kabulkan, Andira. Kenapa kamu mengabaikan perasaanku? Hanya demi pria yang jauh lebih menarik dariku. Tolonglah jangan bersikap seenaknya!” ketusku sambil menggebrak meja, semua pengunjung Cafe memperhatikan kita.
“Maafkan aku, Han. Cinta tidak pernah bisa dipaksakan, seiring berjalannya waktu rasa seseorang akan berubah,” ucap Andira, seakan itu kata-katanya dari mulutnya ialah mutiara,padahal semua adalah sayatan luka.
“Baiklah, Andira. Jika itu keputusan terbaik bagimu, aku bersedia melepaskanmu. Walaupun, sebenarnya berat untuk kuterima,” balasku sambil memegang kepalaku seakan tidak percaya atas apa yang telah terjadi.
“Terima kasih, Han. Kamu sudah mengerti arah pembicaraanku, semoga kelak kamu mendapatkan wanita baik nantinya,” ucap Andira, menatapku dengan wajah penuh keyakinan.
“Apa kamu kira, aku menganggapmu dari dulu wanita buruk, Andira? Aku tidak pernah berpikiran seburuk itu, kamu tidak berhak menyakitiku lebih dalam lagi dan cukup aku tidak ingin mendengarkan penjelasanmu lagi!”
“Bu—bukan itu maksudku,Han. Aku mohon kamu jangan pernah hubungi aku lagi, Han,” tukas Andira, sambil beranjak dari duduknya.
“Baiklah Andira jika itu maumu, akan tetapi kamu harus tahu komitmen tidak boleh dilakukan bersifat temporer, kamu lakukan dengan moodmu dan juga sesuai keinginanmu pula. Kamu Boleh menyakitiku kali ini, aku harap jangan ada lagi hati lain yang kamu korbankan,” balasku dengan hati yang lapang menasihati Andira.
“Kamu jangan khawatir,Han. Lagi pula, aku nyaman dengannya. Kalau begitu aku pamit pulang! Lagipula,hujan mulai reda,” balas Andira, meninggalkanku di Cafe Holding Lampung seorang diri.
“Baiklah, Andira.Silahkan!” balasku mempersilahkan Andira untuk pergi.
***
Aku pun duduk termenung dengan pikiran kosong di Cafe Holding Lampung. Dalam lamunanku lagi-lagi kembali dipatahkan wanita yang kusebut ia cinta, mencintai Andira adalah patah hati yang kuperbuat dengan sengaja. Hampir setiap kenyataan terlalu ironis untuk aku dengar dan terlalu kejam untuk disampaikan. Tapi, jatuh cinta memang selalu punya alasan untuk tidak percaya Andira. Aku pun menyusuri jalan-jalan di Kota Lampung, yang kini sedang bersedih seakan-akan simpati dengan segala lara yang aku alami saat ini. Lantas, aku mengambil sebatang rokok, di dalam sakuku. Laluku Hisap dengan perlahan-lahan dan membuang asap itu, bersama dengan kepulan penyesalan.
Aku duduk di halte bus sambil meratapi kesepian serta menendang apa saja yang ada di depanku. Orang Bilang cinta dapat memuliakan, tetapi cinta justru bagiku menyesakkan. Aku Bertanya-tanya pada diriku sendiri, apa semua wanita sama saja di dunia ini.Dia meminta pria setia dan anehnya setelah mendapatkan itu, dia malah meninggalkan pria tersebut dan memilih pria yang hanya mempermainkan hatinya.Namun, di saat dia terluka karena ulah pria, dia langsung menyalahkan semua pria tabiatnya sama saja. Cinta serumit itu, untukku miliki seutuhnya, terkadang cinta membuatku terus kehilangan-kehilangan. Aku semakin tidak peduli dengan itu, persetan cinta bagiku adalah pembodohan, banyak orang dikemudikan perasaannya sendiri. Maka jangan heran, jika banyak orang patah hati dan gilanya sampai bunuh diri.
Namun, aku tidak termasuk golongan orang seperti itu, aku tidak akan pernah melakukan tindakan sedangkal itu Andira. Aku masih memiliki Tuhan, aku percaya perpisahanku denganmu Andira Adalah bagian dari menemukan cinta sejati juga nantinya. Entahlah cinta seperti apa yang aku inginkan nantinya Andira. Sedangkan keadaan hati dan otak saling berlawanan satu sama lain, seperti halnya kamu Andira menolak keberadaanku. Aku Tidak pernah percaya bila akhirnya, hubunganku dengan Andira berakhir juga.Sebelumnya, aku terlalu percaya diri bahwa kamulah orang terakhir, tetapi justru kamu meninggalkanku tanpa ucapan terakhir Andira.
***
Pagi-pagi buta aku terbangun dari lelapnya rasa kantuk menggelayuti mataku, sambil melupakan kejadian tadi malam yang cukup menguras emosi dan kesabaran. Aku langsung meraih ponselku yang berada di meja, sambil mendengarkan musik kesukaanku berjudul ‘sang badut', penyanyinya adalah Raim Laode. Cukup aneh memang keadaan hati sedang galau malah mendengarkan lagu sendu. Saat aku sedang menikmati musik galau dan membaca beberapa novel kisah sebuah usaha melupakan seseorang, tiba-tiba Mama memanggilku untuk sarapan pagi.
“Han ... Raihan. A—ayo segera Ke meja makan! Kita semua nungguin kamu,” titah Mama memberi isyarat, agar aku segera menuju ke meja makan.
“Baik, Ma. Tunggu Sebentar! Raihan gosok gigi dan cuci muka dulu, Ma,” sahutku dan segera beranjak dari kasur dan sebenarnya aku tidak nafsu makan sama sekali pagi ini.
Setelah ganti baju dan gosok gigi, aku pun bercermin melihat wajahku. Apakah wajahku tidak masuk dalam akalnya, sampai-sampai Andira tak betah lebih lama tinggal, hingga kenangan sulit untuk ku—tanggalkan. Sungguh sangat disayangkan, rupanya wajah Andira Masih saja menguasai kepalaku. Karena takut terbayang-bayang dengan wajahnya,aku memutuskan untuk menuju ke meja makan. Rupanya kegiatan menambah gizi jauh lebih penting, daripada mengisi kenangan-kenangan, yang pada kenyataannya aku tidak lagi bersama denganmu Andira.
Sungguh, betapa sulitnya melupakan seseorang dengan waktu singkat, Andira pergilah dari otak dan sanubariku. Memang benar kata seorang pujangga ‘kepala kita tidak akan pernah sanggup melupakan, atas apa-apa hati yang kita ingat. Aku tidak fokus melakukan kegiatan apa pun, bahkan saat ingin kuliah. Aku sengaja untuk tidak masuk, agar tidak bertemu denganmu hari ini Andira. Bahkan aku berniat ingin pindah ke Universitas lain, tujuannya jelas agar aku bisa melupakanmu sepenuhnya.Meskipun, melupakan seseorang yang sempat hadir itu mustahil, meski rambutku sampai memutih.
“Sebagian orang yang pergi tidak selalu didasari dengan kendali hati dan pikirannya. Kadang dia memutuskan melangkah pergi, hanya karena alasan aku memang tak pantas dipertahankan.”
-Rohid Bachtiar
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Penulis Buku
keren diksinya, thorr
2024-01-10
1
Bintun Arief
berarti selama ini raihan diselingkuhin gitu thor? wow, awal yang mengesankan jadi penasaran kenapa dengan Andira? 🤭
2023-12-29
4