Karmila menangis sambil menggenggam erat ponselnya. Sudah sejak lama setelah kejadian malam itu ia tidak berani menghidupkan ponselnya. Bukan karena apa-apa, ia hanya belum siap mendengar suara itu, suara laki-laki yang sangat dicintainya.
"Maafin aku, Kak ...."
Kembali Karmila membaca satu persatu pesan yang dikirim kekasihnya, Noah. Bukan lagi berpuluh- puluh, tetapi ratusan pesan dari pria itu dia baca satu persatu. Air matanya terus mengalir menahan sesak di dadanya.
'Sayang kamu di mana? Kenapa tidak membalas pesanku?'
'Sayang ... aku merindukanmu.'
'Sayang ... I Love U !'
'Kenapa nomor kamu nggak aktif?'
'Kamu baik-baik saja, kan, Sayang? Jangan buat aku khawatir.'
'Sayang ....'
Karmila terus membaca pesan demi pesan yang dikirimkan Noah, hatinya berdenyut sakit, membayangkan seandainya pria itu tahu keadaan dirinya yang sekarang. Sampai pada satu pesan yang membuat dirinya lemas dan semakin menangis pilu ...
'Sayang, Sharla udah ceritain semuanya tentang kamu, maafin aku karena aku tidak bisa menjagamu.'
'Maaf!'
'Harusnya sekarang aku ada di sana memelukmu ....'
'Maaf! Seandainya saja aku masih di sana, mungkin semua itu tidak akan terjadi padamu.'
'Karmila ... aku mencintaimu, apapun yang terjadi padamu, aku tetap akan mencintaimu.'
'Sayang, aku pulang, aku merindukanmu!'
Jantung Karmila seolah berhenti berdetak membaca pesan terakhir dari Noah.
"Pulang? Apa benar dia pulang?"
'Aku mencintaimu.'
Pesan terakhir yang ditulis Noah, dan itu ... beberapa menit yang lalu. Apa dia benar-benar pulang?
Belum sempat Karmila berpikir, ponselnya sudah berbunyi. Tangan Karmila bergetar, pada layar ponselnya, terlihat nama seseorang yang sangat di rindukannya saat ini.
Dengan gugup Karmila menerima panggilan itu, jantungnya berdetak kencang, tetapi sebisa mungkin ia berusaha untuk tetap tenang.
"Karmila."
Belum sempat Karmila mengucapkan salam terdengar suara di ujung sana.
"Sayang, kau dengar aku?"
Karmila masih terdiam, air matanya kembali mengalir.
"Apa kau tak merindukanku?"
Bukan jawaban yang diterima melainkan suara tangisan Karmila yang terdengar pilu.
"Sayang, kamu jangan menangis." Nada suara Noah terdengar bergetar menahan tangis.
"Aku tunggu kamu di taman, di tempat kita biasa bertemu."
Karmila masih menangis sesenggukan, ia bahkan masih menempelkan benda pipih itu di telinganya, berharap bisa lebih lama lagi mendengar suara pria yang sangat di rindukannya itu, hingga sampai panggilan itu berakhir Karmila tidak mengucapkan sepatah katapun, semua kata-kata yang ingin diucapkannya, seolah terhenti di tenggorokannya.
***
Noah terduduk lemas di tepi ranjang, ia baru saja sampai di indonesia sore ini. Noah langsung menelepon Karmila saat tahu kalau gadis itu sudah kembali mengaktifkan ponselnya.
Saat ia mengecek ponselnya, ia melihat semua chat yang ia kirim terlihat tanda kalau pesan itu sudah terbaca, dan terlihat juga kalau nomor Karmila sedang online.
Rasa sakit di hatinya menjalar saat terdengar suara tangisan Karmila, hatinya benar-benar hancur mendengar suara tangis gadis itu, gadis yang selama ini dia cintai dan dia jaga dengan sepenuh hati. Gadis yang diharapkan bisa menemaninya seumur hidup.
Noah mengakhiri panggilan teleponnya, dirinya tak kuasa mendengar tangisan Karmila yang terasa menyayat hatinya. Kedua tangannya terkepal menahan amarah, rahangnya mengeras.
'Aku pasti akan membuat perhitungan denganmu, tak peduli walaupun kau adalah kakak dari sahabatku.'
Karmila memandangi wajahnya di depan cermin. Kedua matanya terlihat sembab karena terlalu banyak menangis. Ia memutuskan menemui Noah sore ini.
"Kamu mau kemana, Mil?"
pertanyaan Rosa membuat ia menghentikan kegiatannya merias wajah. Karmila tersenyum tipis.
"Kamu sudah pulang?"
Rosa menghampiri Karmila yang kembali mengoleskan lipstik di bibirnya yang terlihat pucat.
"Kamu mau pergi kemana?"ulang Rosa
"Aku mau menemui Kak Noah."
"Apa maksudmu?" tanya Rosa dengan nada bingung karena ia pikir Noah masih di luar negeri.
"Hari ini dia pulang dan mengajakku bertemu."
"Benarkah? Apa dia sengaja pulang untuk bertemu denganmu?"
"Sharla udah ceritain semua ke dia ...."
Rosa memeluk Karmila dengan erat, gadis itu kembali menangis.
"Aku akan mengantarmu."
Karmila menggeleng.
"Kamu tidak bisa pergi sendirian dengan keadaan kayak gini." Akhirnya Karmila mengangguk pasrah.
Ucapan Rosa memang benar, ia tidak mungkin pergi sendirian dalam keadaan kacau seperti ini, terlebih lagi Karmila memang tidak pernah keluar rumah sendirian semenjak kejadian itu.
Kalaupun ia bisa keluar, ia selalu ditemani Rosa dan suaminya. Itupun hanya pergi ke rumah sakit untuk bertemu dengan psikiater yang menanganinya.
***
Ragu-ragu Karmila melangkah mendekati sosok pria yang sedang duduk sendirian di bangku taman. Dadanya berdegup kencang, bahkan tangannya mulai berkeringat karena gugup.
Sementara Rosa memilih memperhatikannya dari jauh, memberikan kesempatan pada mereka berdua untuk berbicara.
"Kak Noah."
Pria itu menoleh, memperhatikan sejenak wajah gadis di depannya, sebelum akhirnya memeluknya dengan erat, menyalurkan semua kerinduannya.
Begitupun Karmila, ia juga sangat merindukan pria ini. Karmila membalas pelukan Noah dengan erat pula, rasanya ia ingin waktu berhenti saja biar ia bisa terus memeluk Noah seperti ini.Sudah hampir dua bulan mereka tidak pernah bertemu.
Noah memperhatikan wajah gadis cantik di depannya dengan lekat. Kedua tangannya menangkup wajah gadis itu, kedua matanya sembab dengan air mata yang masih mengalir di pipinya.
"Maaf, karena aku udah ngecewain Kakak, a-aku ... tidak bisa menjaga diriku ...," ucap Karmila di sela tangisannya.
Noah kembali mendekap gadis itu kepelukannya. Rasanya ia tidak sanggup melihat tangisan gadis itu. Hatinya ikut sakit, merasakan kepedihan yang dialami kekasihnya itu.
"Aku yang seharusnya meminta maaf karena tidak bisa menjagamu, seandainya saja aku tidak pergi ...."
Karmila mengurai pelukannya, memandangi wajah tampan di depannya.
"Bukan salahmu, Kak, Kakak tidak boleh menyalahkan diri Kakak, aku yang salah karena tidak bisa menjaga diriku dengan baik."
Karmila membelai wajah itu dengan lembut, Noah terlihat begitu tampan dan dewasa. Sudah hampir dua bulan Karmila tidak pernah melihat wajah ini, wajah yang hampir setiap malam selalu menghiasi mimpinya .
"Aku merindukanmu."
Noah meraih tangan Karmila yang masih membelai wajahnya
"Aku juga sangat merindukanmu."
"Tinggalkan dia dan menikahlah denganku ...."
Karmila tersenyum getir, menatap manik mata berwarna cokelat di depannya. Tatapannya begitu teduh, tetapi tersimpan kesedihan di sana. Mungkinkah itu kesedihan yang sama seperti dirinya? Tentu saja, tanpa bertanya pun, ia sudah pasti tahu jawabannya.
"Aku sudah tidak pantas buat Kakak ...."
"Aku akan menerima apapun yang ada padamu, sekarang ataupun dulu, bahkan selamanya aku akan tetap mencintaimu."
Karmila terus menatap mata itu, tak ada kebohongan di sana. Karmila menggeleng pelan.
"Aku sudah kehilangan semuanya."
Noah menutup mulut Karmila dengan jari telunjuknya.
"Tinggalkan dia ... dan menikahlah denganku!"
*
*
Jangan lupa like, komen, hadiah, juga votenya ya, 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Sweet Girl
jangan Karmila....
2022-07-07
0
Aska
ke dua laki laki yang mencintai Mila lelaki yang sangat baik
2022-07-07
0
vhieh
kasihan banget Cinta noah dan karmila😢
2022-06-18
0