Sudah dua minggu dari semenjak kejadian pagi itu, dan sudah dua minggu pula, hampir di setiap pagi Rayyan merasakan amukan dari Karmila. Namun, pria itu tidak menyerah.
Rayyan yang kelelahan selalu saja terlambat bangun. Sebenarnya bukan Rayyan yang terlambat bangun, tetapi Karmila yang bangunnya terlalu cepat. Mungkin karena sudah kebiasaan dari dia sebelum menikah, selalu bangun lebih pagi.
Seperti pagi ini, Rayyan harus merelakan dahinya membiru dan terlihat sedikit benjol, karena tadi pagi bukan hanya bantal yang di lempar Karmila, tetapi juga ponsel.
Ya! Karmila yang ketakutan karena kaget ketika mendapati Rayyan tidur di sampingnya langsung mengamuk dan melempar Rayyan dengan ponsel dan tepat mengenai keningnya.
"Ya, ampun ... perempuan itu bener-bener sangat galak," gerutu Rayyan sambil berkaca menyisir rambutnya. Sesekali ia mengusap keningnya yang terlihat memar. Namun, seulas senyum mengembang di bibirnya, saat ia mengingat kejadian semalam.
Seperti malam-malam sebelumnya, Rayyan tidak bisa tidur dengan cepat, akhirnya ia memutuskan untuk berlama-lama memandangi wajah istrinya yang tertidur dengan pulas.
Melihat Karmila yang begitu cantik saat tertidur membuat Rayyan gemas. Perlahan ia mendekati Karmila dan mencium keningnya, dilihatnya Karmila sebentar, takutnya dia merasa terganggu kemudian terbangun. Namun, ternyata gadis itu tidak bergerak sama sekali, membuat Rayyan tersenyum senang.
Kemudian dengan penuh cinta Rayyan mencium seluruh wajah istrinya mulai kening, mata, hidung, serta pipi kanan dan kirinya dan berakhir di bibirnya.
Rayyan mengecup sebentar bibir merah itu, sekali dua kali kecupan dan saat ia ingin mencium untuk yang ketiga kalinya, tiba-tiba saja Karmila membuka mulutnya dan entah disadarinya atau tidak, Karmila bahkan membalas ciuman Rayyan.
Rayyan yang terkejut langsung membuka matanya tanpa melepas ciumannya, dia melihat Karmila masih memejamkan matanya.
"Apa dia sedang bermimpi?" batin Rayyan di tengah ciumannya.
Rayyan menatap Karmila sebentar untuk meyakinkan dirinya hingga akhirnya ia kembali memejamkan mata ikut terhanyut dalam ciuman itu.
Rayyan menghentikan ciumannya dan sedikit menjauhkan wajahnya, ditatapnya wajah Karmila sekilas.
Ia tersenyum karena dilihatnya Karmila kembali memonyongkan bibirnya seolah minta dicium kembali, tanpa berpikir panjang, Rayyan menyambut bibir Karmila.
Mereka kembali berciuman. Karmila bukan hanya mencium Rayyan, tetapi dia juga memeluknya dengan erat.
'Rejeki nomplok! Malam ini gue bener-bener beruntung.'
Senyum Rayyan mengembang, hatinya bener-bener bahagia. Rayyan sadar, sejak awal sebenarnya ia bukan hanya merasa bersalah terhadap Karmila, tetapi, dia sudah jatuh cinta pada perempuan itu.
Saat pertama kali dirinya membawa gadis itu ke rumah sakit, pada saat itu dia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama.
Oleh karena itu, Rayyan bersikeras untuk bertanggung jawab dan menikahinya. Dalam hati, dia tidak ingin melepaskan Karmila sampai kapanpun!
"Biarkan aku memelukmu sebentar, Cinta ...." Rayyan membiarkan Karmila memeluknya sebentar, karena ia takut jika ia bergerak, Karmila akan terbangun.
Namun, perkiraannya salah, karena bukannya sebentar, Rayyan justru malah ikut tertidur dengan lelap.
"Kak Rayyan!"
Panggilan Rosa dari luar kamar membuyarkan lamunannya.
"Ayo kita sarapan!" ajak Rosa, saat Rayyan keluar dari kamar. Rayyan mengikuti Rosa menuju meja makan.
"Pagi, Pak, Bu."
"Pagi juga Nak," jawab Pak Kardi dan Bi Sumi bersamaan.
Rayyan melihat Karmila sedang menatapnya dengan tajam.
"Pagi, Sayang ...."
Karmila mendelik kesal, sementara Rayyan tersenyum dan dengan santai menarik kursi berhadapan dengan Karmila.
Mereka berlima menyantap makanannya, Rayyan sesekali melirik ke arah istrinya yang terlihat kesal, tetapi justru terlihat sangat cantik dan menggemaskan.
"Kak Rayyan, apa itu masih sakit?" Rosa menunjuk kening Rayyan.
Rayyan menggeleng sambil menyuap makanannya.
"Tapi wajahku masih terlihat tampan kan, Ros?" Rayyan tersenyum manis dengan wajah yang dibuat seimut mungkin, ia bahkan mengedipkan sebelah matanya ke arah Karmila.
Rosa langsung tertawa. Sementara Pak Kardi dan Bi Sumi hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. Berbeda dengan Karmila yang mukanya langsung cemberut kesal.
"Kak Rayyan memang tampan dan akan selalu terlihat tampan!" puji Rosa sambil mengangkat dua jempolnya, sambil tertawa.
"Bulan depan aku naikkan gaji kamu, Ros."
"Hah! Benarkah?"
Kedua bola mata Rosa langsung berbinar mendengar gajinya akan di naikkan. Ia tidak menyangka ternyata pujiannya ini membuat bosnya senang dan langsung menaikkan gajinya.
'Wahh ... kalau begitu gue harus sering-sering nih, muji kakak ipar.'
Dulu Rosa pikir, Refan adalah bos yang punya kafe di tempatnya bekerja. Namun, ternyata ia salah, karena bos besar pemilik kafe itu ternyata adalah Rayyan. Rosa baru mengetahuinya seminggu yang lalu dari Refan.
"Ros, pulang kuliah kamu nggak usah ke kafe, nanti anterin Cinta ke rumah sakit aja."
"Siap, Kakak Ipar."
"Tapi hari ini aku nggak bisa nganter, karena ada urusan di luar," jelas Rayyan.
"Nanti biar naik taksi aja, Kak."
"Terserah kamu, nanti kalau udah mau berangkat kabarin aku ya." Rosa mengangguk.
Rayyan berpamitan pada Pak Kardi dan Bi Sumi, tidak lupa mencium punggung tangan kedua orang itu. Kemudian pandangannya beralih ke istrinya.
"Sayang ... aku berangkat dulu ya, mungkin hari ini aku nggak pulang. Aku ada kerjaan di luar kota." Rayyan berniat mengusap rambut Karmila, tetapi tangannya langsung ditepis oleh Karmila.
Rayyan tersenyum manis, hal itu memang sudah biasa Karmila lakukan padanya. Perempuan itu masih belum bisa menerima dirinya.
"Ros, aku titip Cinta ya, jangan lupa kabarin aku kalau ada apa-apa."
"Siap, Bos!"
"Aku berangkat dulu, Assalamu'alaikum ...."
"Wa'alaikumsalam ...."
"Hati-hati, Nak, " ucap Bi Sumi.
Rayyan mengangguk sambil tersenyum, ia menatap Karmila sebentar sebelum akhirnya berlalu pergi.
"Aku pasti merindukanmu Cinta."
Karmila memandangi punggung Rayyan, entah apa yang ia rasakan saat ini, yang ia tahu, ia sangat membenci laki-laki itu.
Ya! Karmila sangat membencinya, karena laki-laki itu sudah menghancurkan kebahagiaannya. Kedua tangan Karmila mengepal menahan gejolak amarahnya.
"Sayang, Ibu sangat tahu perasaanmu, Nak. Memang tidak mudah bagimu untuk memaafkannya, tetapi jangan sampai kamu kalah oleh dendam, Sayang. Dendam hanya akan menghancurkan diri kita sendiri," ucap Bi Sumi pelan, kemudian memeluk Karmila dengan penuh kasih.
*
*
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa dukung Authornya dengan cara like, komen, hadiah dan votenya ya 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Sweet Girl
bener bu Sumi....
2022-07-07
0
Sweet Girl
jangan pegang rambut.... dia ndak mau...
mapunya langsung beber.....
2022-07-07
0
Sweet Girl
menang banyak kamu Rayy...
ndak masalah kayak tu jidak benjol...
2022-07-07
0