"Pak Bos!" seru Rosa pada seorang pria yang kini berdiri tepat di hadapannya. Refan menatap perempuan di depannya sejenak.
"Kamu ...." Refan menatap perempuan di depannya.
"Iya, Pak, saya Rosa pegawai di kafe Bapak. Pak Bos ngapain ada di sini?"
"Oh ... kamu kasir di kafe aku kan?" Rosa mengangguk sambil tersenyum simpul. Merasa tidak menyangka, bisa bertemu dengan Pak Bos yang diam-diam dikaguminya itu.
"Aku sedang mencari seseorang, tadi bilangnya alamatnya di sini," ucap Refan kemudian.
"Kenapa nggak Bapak telepon aja?" Rosa memberi ide.
Refan meraih ponsel yang tadi ia pakai buat menelepon.
Rosa sedikit terkejut karena dering ponselnya, kedua matanya melirik ke arah Refan yang berdiri membelakanginya sambil menelepon.
"Halo." Refan menoleh ke belakang, karena suara Rosa terdengar begitu nyaring di telinganya.
"Halo," ulang Rosa karena tidak terdengar jawaban, ia tidak menyadari kalau Refan dari tadi memperhatikannya.
"Halo." Suara Refan terdengar, Rosa menoleh ke arah Refan.
"Pak Bos."
"Kamu?" ucap Refan bingung.
"Apa ini nomor ponsel kamu?" Refan menunjukkan ponselnya.
"Bener ini nomer ponselku, tunggu!" Rosa tiba-tiba merebut ponsel di tangan Refan dan memperhatikannya dengan seksama.
"Bukannya ini ponsel Karmila? Kenapa bisa sama, Pak Bos?"
Rosa menatap tajam ke arah Refan.
"Sekarang di mana Karmila Pak Bos? Kenapa ponselnya bisa ada sama Pak Bos? Karmila sudah tiga hari ini nggak ada kabar, dia nggak pulang-pulang, kami semua sangat khawatir, katakan di mana Karmila pak Bos?!"
Rosa mengguncang bahu Refan disertai isak tangisnya. Perempuan itu meluapkan rasa gelisah di hatinya, karena begitu mengkhawatirkan Karmila.
Tanpa sadar Refan menarik tubuh Rosa dan memeluknya erat.
"Sekarang kita ke rumah sakit, nanti aku ceritain sesampainya di sana." Refan melepaskan pelukannya, tetapi Rosa masih memeluk pinggangnya erat dan meletakkan kepalanya di dada bidang pria itu.
"Nona ... apa kau tidak malu memeluk seorang pria di tengah jalan seperti ini?" Ucapan Refan tepat di telinga Rosa membuat gadis itu tersadar dan langsung melepaskan pelukannya.
"Maaf!" ucap Rosa dengan gugup.
"Ya ampuun, nggak tahu malu banget kamu Ros, kenapa malah memeluknya?" batin Rosa
sambil menepuk-nepuk pipinya yang memerah menahan malu.
"Sekali lagi maaf, Pak Bos, aku tidak bermaksud-"
"Sudahlah! Ayo kita ke rumah sakit sekarang!" potong Refan.
"Apa aku boleh mengajak orang tuaku?" Refan mengangguk.
"Terima kasih. Tunggu sebentar, aku akan memanggil mereka."
Rosa segera berlari menuju ke dalam rumah, tak berapa lama kemudian, ia keluar bersamaan dengan Bi sumi dan Pak Kardi. Mereka berempat langsung pergi ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Refan melihat Rayyan sedang duduk di ruang tunggu rumah sakit. Wajahnya terlihat gelisah.
"Rayyan."
Rayyan menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Dia melihat Refan sahabatnya dengan tiga orang di sampingnya yang tidak ia kenal.
"Kenapa lo di luar?" tanya Refan.
"Tadi dia sadar dan kembali mengamuk," jawab Rayyan sendu, ia menoleh ke arah Refan.
"Siapa mereka?"
"Mereka keluarganya."
Rayyan sedikit terkejut mendengar jawaban Refan. Pria itu menghampiri Pak Kardi, Bi Sumi dan juga Rosa.
"Rayyan."
Rayyan mengulurkan tangannya menjabat tangan Pak Kardi dan Bi Sumi, serta mencium
punggung tangannya dengan sopan. Rayyan juga tak lupa mengulurkan tangannya bersalaman dengan Rosa.
"Di mana karmila?" tanya Rosa sudah tidak sabar.
"Karmila?" ucap Rayyan sedikit kaget. Rosa mengangguk.
"Jadi nama gadis itu beneran Karmila?" batin Rayyan masih tidak percaya.
Ternyata nama gadis itu sama dengan nama yang ia karang sendiri saat petugas rumah sakit bertanya tentang identitas gadis itu.
"Di mana Karmila?" ulang Rosa tidak sabar, karena dilihatnya Rayyan malah terdiam bukannya menjawab pertanyaannya.
Rayyan tergagap, ucapan Rosa barusan membuyarkan lamunannya.
"Ayo!"
Rayyan menunjukkan ruangan di mana Karmila di rawat.
"Dokter sedang memeriksa kondisinya di dalam, kita tunggu sebentar di sini," ucap Rayyan setelah sampai di depan pintu kamar rawat inap Karmila.
Tak berapa lama kemudian, Dokter Ferdi keluar bersama dua orang perawat.
"Kalian duluan." Kedua perawat itu mengangguk sopan. kemudian segera berlalu meninggalkan Dokter Ferdi.
Dokter Ferdi kembali masuk di ikuti Rayyan dan yang lainnya.
"Karmila!" seru Rosa. Dia langsung menghampiri Karmila yang terbaring lemah di atas ranjang pasien.
Begitupun Pak Kardi dan Bi Sumi, sepasang suami istri itu langsung mendekati Karmila.
"Sebenernya apa yang terjadi?"
tanya Rosa sambil menangis.
"Saat aku tinggalin kemaren dia baik-baik aja, tapi kenapa dia jadi begini?"
Bi Sumi langsung memeluk Rosa, mereka sama-sama menangis sedih. Pak Kardi tak kuasa menahan kesedihannya melihat istri dan anaknya menangis.
"Sebenernya ada apa dengan anak saya, Dok?"
Pak Kardi mendekati Dokter Ferdi. Sementara Dokter Ferdi
menatap ke arah Rayyan yang saat ini sedang menunduk pasrah. Dalam hatinya, ia sudah bersiap menerima apapun yang akan terjadi pada dirinya.
Merasa tidak mendapatkan jawaban dari Dokter Ferdi, Pak Kardi mengalihkan pandangannya ke arah Refan dan Rayyan.
"Maafkan saya, Pak ...."
Tiba-tiba Rayyan berlutut di hadapan Pak Kardi.
.
.
Jangan lupa dukung Authornya dengan cara like, komen, dan votenya, ya 🙏🙏
Terima kasih sudah membaca ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Kendarsih Keken
syukak Rayyan gentle bngttt
2022-07-14
0
Sweet Girl
kayaknya pak Kardi orangnya sabar n bijak.
beruntung kamu Rayy....
2022-07-07
0
Aska
semoga tidak ada penghalang untuk Ray menikahi Mila
2022-07-07
0