"Pergi, kamu pergi ...! Lepaskan aku!" Karmila berteriak histeris.
Dipikirannya terlintas bayangan malam itu. Sementara Rayyan yang baru terbangun dari tidurnya terlihat panik.
Ia berusaha menenangkan sambil mencoba meraih tubuh gadis itu ke dalam pelukannya, tetapi tak berhasil.
Gadis itu malah semakin meronta mencoba melepaskan diri dan terus berteriak sambil menangis.
"Lepaskan aku!"
"Lepaskan aku ...! Aku mohon, lepaskan aku ...!"
Karmila masih terus berteriak, tubuhnya bergetar ketakutan.
Rayyan dengan panik memencet tombol darurat. Dia sekuat tenaga mencoba menenangkan Karmila yang terus memberontak.
orang per
Beberapa menit kemudian, Dokter Ferdi datang dua orang perawat disampingnya.
Dokter Ferdi langsung memeriksa perempuan yang saat ini sedang berteriak histeris karena ketakutan.
Beberapa orang perawat ikut membantu sang dokter menenangkan gadis itu.
Gadis itu masih meronta dan berteriak histeris, hingga akhirnya menyerah, dan kembali tertidur karena pengaruh obat yang diberikan dokter lewat jarum suntik.
Dokter Ferdi dan dua perawat itu menghembuskan napas lega, setelah beberapa menit berjuang, akhirnya gadis itu kembali tenang.
Salah satu perawat terkena cakaran, saat ia mencoba memegangi tangan gadis itu.
Begitupun Rayyan, rasa paniknya sedikit menghilang. Ditatapnya gadis di depannya yang kembali tertidur.
"Maafin aku .... " lirih Rayyan penuh penyesalan, ia benar-benar sangat menyesali perbuatannya.
"Dia akan baik-baik saja," ucap Dokter Ferdi menenangkan Rayyan.
"Dia hanya trauma, kejadian yang dialaminya meninggalkan trauma berat buat dirinya," lanjutnya lagi.
Rayyan mendengarkan dengan serius sambil terus menatap perempuan itu.
"Apa yang harus aku lakukan biar dia cepat pulih, Om?"
"Kamu harus bawa dia ke psikiater Ray, nanti saya akan bantu kamu."
"Makasih, Om." Dokter Ferdi mengangguk, memberikan senyuman.
"Kamu tenang saja, saya akan bantu kamu semampunya." Rayyan menatap Dokter Ferdi sambil tersenyum.
"Om bantuin juga agar aku bisa menikahinya, rencananya aku ingin menikah di rumah sakit ini Om, saat dia kembali sadar nanti," ucap Rayyan penuh keyakinan.
"Saya pasti akan bantu kamu, Ray, bagaimanapun, kamu adalah keponakan saya." Dokter Ferdi menatap iba pada Rayyan.
Rayyan adalah keponakan kesayangannya, mendapati kenyataan seperti ini membuat Dokter Ferdi merasa prihatin.
Walaupun Rayyan adalah pihak yang bersalah, tetapi Dokter Ferdi sangat yakin, seandainya dalam keadaan sadar, tidak mungkin Rayyan melakukan hal sejahat itu.
Rayyan adalah anak yang baik. Dia tidak pernah macam-macam. Dia adalah pekerja keras. Bahkan di usianya yang masih sangat muda, Rayyan sudah mempunyai usaha sendiri tanpa merepotkan orang tuanya.
"Teman-temanku sudah menyiapkan semuanya, Om.
Aku hanya ingin Om menggantikan Papi, karena Papi tidak mungkin datang, begitu juga Mami," ucap Rayyan lagi. Ada kesedihan yang terselip di ucapannya.
"Biar nanti saya yang bicara sama Papi dan Mami kamu. Saya akan menelepon Papi kamu." Dokter Ferdi beranjak dari duduknya.
"Saya pergi dulu , mau cek pasien yang lain. Kamu tetap di sini, jagain dia." Dokter Ferdi menatap gadis itu sebentar, sebelum akhirnya keluar dari ruangan itu.
Rayyan bangun dari sofa yang baru saja didudukinya bersama Dokter Ferdi, kemudian ia beralih pada kursi di dekat ranjang pasien. Pria itu menatap wajah cantik di depannya.
'Aku tahu kamu pasti akan marah dan membenciku, tapi apapun yang terjadi, aku akan tetap menikahimu.'
'Meskipun kamu menolak, aku akan tetap menikah denganmu besok.'
Kedua bola mata cokelatnya tak berhenti menatap lembut gadis itu.
****
Sementara di tempat lain ....
"Gimana, Ros?" tanya seorang laki-laki paruh baya.
"Karmila belum juga bisa di hubungi, Pak. Rosa jadi khawatir."
"Memangnya nggak ada temannya Mila yang bisa di hubungi juga, Nak?" tanya Bi Sumi, ibu dari Rosa, raut wajahnya terlihat begitu khawatir.
"Udah Rosa hubungi temen-temen Mila yang di kampus dan di tempat kerja, tapi mereka bilang nggak ada yang tahu Karmila di mana. Bahkan, katanya udah dua hari ini Karmila tidak masuk kerja," jelas Rosa.
"Ibu jadi takut terjadi apa-apa sama Mila Pak." Bi sumi menatap Pak Kardi, suaminya.
"Kita sama-sama berdoa saja, Bu, mudah-mudahan tidak terjadi apa-apa pada Karmila." Pak Kardi mencoba menenangkan istrinya.
Sementara Rosa masih dengan gelisah dan cemas, bolak -balik sambil terus menghubungi nomor ponsel Karmila dan juga teman-teman Karmila.
"Kamu di mana sih, Mil? Nggak biasanya kamu nggak ada kabar kayak gini, aku jadi khawatir .... " lirih Rosa.
Amelia Rosyana, ia adalah anak dari Pak Kardi dan Bi sumi, orang yang selama ini merawat Karmila dari remaja.
Terima kasih sudah membaca, semoga suka.
Jangan lupa tinggalin jejak kalian ya. Dukung Authornya, dengan cara like, komen, dan votenya ya 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Puspa Trimulyani
kasihan Karmila
2022-07-16
0
Sweet Girl
kasihan Karmila dan keluarganya.
2022-07-07
1
Aska
👍👍👍
2022-07-07
0