"Rencana lo nikahin dia maksudnya?" timpal Radith. Rayyan mengangguk membenarkan.
****
Rayyan masih terduduk di ruang tunggu pasien dengan wajah cemas. Sesekali ia mengusap wajah dan meremas rambutnya kasar.
"Rayyan!"
Rayyan menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Terlihat dua sahabatnya datang dengan langkah tergesa mendekatinya.
"Apa yang terjadi?" tanya Alvin sambil merangkul bahu Rayyan.
Rayyan menarik panjang, wajah tampannya terlihat cemas.
"Apa yang terjadi?" ulang Alvin.
Rayyan menatap kedua sahabatnya bergantian. Kali ini hanya ada mereka berdua, karena Refan datang. Sebelumnya Refan sudah menelepon kalau dia akan terlambat datang.
"Gu-gue udah .... " Rayyan tak kuasa melanjutkan ucapannya. Pria itu memeluk sahabatnya sambil terisak. Radith sedikit terkejut melihat Rayyan yang terlihat begitu terpukul bahkan sampai menangis memeluk Alvin.
"Rayyan, pasien sudah dipindahkan di kamar rawat inap." Terdengar suara Dokter Ferdi di belakang mereka, membuat mereka bertiga menoleh bersamaan.
"Makasih Om."
"Kamu yang sabar, Ray. Saya akan bantu kamu sebisa mungkin." ujar Dokter Ferdi sambil mengusap bahu Rayyan pelan.
"Saya permisi dulu, mau periksa pasien yang lain." Rayyan mengangguk. Mereka bertiga berjalan beriringan menuju kamar yang di tunjukkan oleh seorang perawat.
"Terima kasih suster," ucap Rayyan sopan, setelah mereka sampai di kamar yang di tuju.
"Sama-sama, Mas." Sang perawat keluar meninggalkan ruangan itu.
"Dia siapa Ray?" tanya Alvin dan Radith hampir bersamaan.
Rayyan menatap kedua sahabatnya sambil menghela napas panjang.
"Gue nggak tahu siapa gadis ini."
Jawaban Rayyan seketika membuat kedua sahabatnya ini penasaran.
"Lo nggak kenal sama dia, tapi kenapa lo terlihat mencemaskan dia?" Radith menatap sahabatnya dengan heran.
"Semalam .... "
Belum selesai Rayyan berucap, ponselnya berdering. Dia segera mengangkatnya, setelah tahu kalau yang menelepon adalah Refan.
"Lo langsung ke ruangan xx di lantai atas, gue tunggu." Rayyan mengakhiri panggilannya.
"Refan bilang, dia udah ada di bawah." Alvin dan Radith mengangguk bersamaan.
"Kita tungguin Refan bentar."
"Gue bener-bener penasaran, Ray." Alvin berucap sambil menatap Rayyan yang terlihat kacau.
Tak berapa lama kemudian, terdengar suara pintu terbuka.
"Sorry, gue telat." ucap Refan, sedikit merasa bersalah.
"Sebenernya apa yang terjadi? Terus siapa yang sakit?"
Refan meluapkan rasa penasaran yang sudah dia simpan dari semenjak Rayyan memintanya untuk segera datang ke rumah sakit.
Rayyan menatap ketiga sahabatnya bergantian.
"Semalem kalian tahu kan gue pulang dalam keadaan mabuk?"
Ketiga sahabat di depannya mengangguk bersamaan.
"Pas gue udah mo nyampe pintu apartemen, gue udah teler banget, terus tiba-tiba ada yang bantuin gue bukain pintu dan nganterin gue masuk ke dalam apartemen. Gue beneran nggak sadar, gue pikir dia Olivia."
Rayyan menghentikan ceritanya sejenak.
"Terus? Apa yang terjadi?" tanya Alvin penasaran.
"Gue ... gue udah nidurin dia dengan paksa," ucap Rayyan pelan dengan nada penuh penyesalan. Namun, langsung membuat ketiga sahabatnya itu berteriak kaget.
"Lo perkosa dia?!" seru Alvin dengan nada tak percaya.
Sekilas pandangannya beralih ke arah gadis cantik yang terbaring lemah di depan mereka. Sementara Radith dan Refan pun tak kalah terkejut.
"Saat gue sadar tadi pagi, gue lihat gadis itu udah nggak sadarkan diri di dalam bathtub dengan penuh darah, ia mencoba bunuh diri ...."
"Oh my God ...! " seru ketiga sahabatnya itu bersamaan.
Rayyan menghela napas berat sambil mengusap wajahnya kasar. Begitupun Refan, Alvin, dan Radith. Mereka bertiga seolah ikut merasakan apa yang sahabatnya rasakan setelah mendengar cerita Rayyan.
"Lo yang sabar, gue tau lo bukan orang jahat Ray," ucap Refan sambil menepuk bahu Rayyan.
"Refan bener Ray, lo nggak sengaja karena lo lagi nggak sadar." Alvin ikut menimpali
sementara Radith hanya terdiam menatap iba pada Rayyan.
Rayyan berbalik menatap sosok cantik di depannya, gadis itu masih terbaring lemah dengan wajah pucat.
"Maaf .... " lirih Rayyan pelan sambil mengusap tangan gadis itu. Ketiga sahabatnya itu pun ikut mengalihkan pandangan mereka ke arah gadis itu.
Hening sesaat, mereka berempat tenggelam dalam pikiran masing-masing.
"Apa rencana lo setelah dia sadar, Ray?" tanya Refan memulai pembicaraan.
"Gue bakalan nikahin dia."
Ketiga sahabatnya itu saling pandang.
"Lo yakin, Ray." Alvin menatap Rayyan.
"Lo serius Ray?" Radith ikut menimpali.
Rayyan menatap ketiga sahabatnya itu dengan serius.
"Gue harus bertanggung jawab karena gue udah ngancurin hidupnya. Gue bahkan udah buat dia hampir kehilangan nyawa .... "
Kata-kata Rayyan yang penuh penyesalan dan rasa bersalah itu membuat ketiga sahabatnya merasa iba.
Refan mendekati Rayyan yang tertunduk.
"Semua udah terjadi, Ray. Semalem lo mabuk. Kalau lo sadar, lo nggak mungkin ngelakuin ini," ucap Refan menenangkan Rayyan.
"Ref, lo bantuin gue ngurus pernikahan gue." Rayyan menoleh ke arah Refan.
"Lo pergi ke apartemen-"
Belum sempat Rayyan melanjutkan ucapannya, pria itu kembali teringat kalau ia belum sempat membersihkan apartemennya.
"Ya, Tuhan ...."
"Kenapa Ray?" Radith menatap Rayyan.
"Gue belum beresin apartemen."
"Biar gue yang beresin." sela Refan.
"Jangan." Rayyan menolak.
"kenapa? Lo takut Refan ngeliat bekas percintaan lo semalem?" ledek Alvin.
Radith menonyor kepala Alvin pelan.
"Aduh!"
"Bukan saatnya bercanda, Vin." kesal Radith.
"Gue belum bersihin bathtub yang penuh darahnya dia." Rayyan menatap gadis yang masih terlelap di ranjang pasien.
Ketiga sahabat Rayyan saling berpandangan.
"Gue temenin." Refan menepuk bahu Rayyan.
.
.
Terima kasih sudah membaca, jangan lupa like, komen, dan votenya ya ... 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Sweet Girl
sprei ndak usah dicuci.... dibingkai aja.
biar selalu teringat....
2022-07-07
0
Aska
dasar ya si Alvin 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2022-07-07
0
vhieh
ngakak gusti😂😂, padahal lagi serius ada-ada saja ini si alvin😅
2022-06-12
0