Cinta Karmila
NIAT HATI INGIN MENOLONG PRIA ITU KARENA KASIHAN, TAPI MALAH BERAKHIR KEHILANGAN KESUCIAN
________
"Aku berharap, semua ini hanyalah mimpi, mimpi buruk!
Semua ini tidak nyata bukan?" ucap Karmila dalam hati seolah sedang meyakinkan dirinya.
Gadis itu masih terduduk di pojok tempat tidur, memeluk kedua lutut. Air mata tak berhenti mengalir pada pipinya,
sementara kepalanya sesekali menggeleng pelan, mencoba menyangkal apa yang terjadi.
Pandangannya kembali terarah ke sisi ranjang, terlihat sosok tampan yang sedang tertidur dengan begitu lelapnya. Karmila kembali menggeleng pelan. Dalam kepalanya, kembali terekam jelas kejadian semalam. Kejadian yang telah merenggut paksa sesuatu yang sangat berharga dalam hidupnya. Kehormatan yang selama hampir dua puluh tahun ini ia jaga telah hancur hanya dalam waktu semalam.
Perlahan, Karmila mencoba bangkit dari tempat tidur. Tangannya meraih selimut untuk menutupi tubuh pol*osnya. Perempuan yang baru saja kehilangan keperaw**anannya itu kembali menatap sosok pria di depannya sekilas.
Menatapnya dengan sorot mata penuh amarah dan kebencian. Pria itu, entah siapa dia. Karmila bahkan tidak mengenalnya.
Karmila tertatih melangkahkan kakinya menuju kamar mandi sambil meringis menahan sakit di bagian inti*mnya.
Air matanya terus mengalir tiada henti. Rasa sakit di bagian tubuhnya masih belum seberapa dibandingkan rasa sakit di hatinya karena kejadian yang dialaminya saat ini.
Perasaan marah, benci, dan putus asa menjadi satu. Karmila merasa hidupnya sudah benar-benar hancur.
Di dalam kamar mandi, Karmila berendam di dalam bathtub sambil terus menangis pilu. Pikirannya kembali mengingat kejadian semalam. Tanpa sadar, Karmila menggosok-gosok badannya kuat-kuat sampai kulit mulusnya terlihat memerah.
"Aku udah kotor! Tubuh ini ... semua bagian tubuhku ini, sudah kotor," ucapnya lirih, sambil terus menggosok kulitnya dengan penuh amarah dan putus asa.
Kedua bola mata Karmila berkeliling melihat sekitar kamar mandi. Pandangannya berhenti sejenak, pada sesuatu yang tergeletak di lantai. Tangannya yang gemetar bergerak pelan meraih benda berkilat itu dengan perasaan campur aduk.
Air mata Karmila terus mengalir membasahi wajah cantiknya yang terlihat sembab.
"Ayah, ibu, maafkan aku karena ada aku sudah mengecewakan kalian. Aku merindukan kalian ...."
***
Rayyan menggeliat, meregangkan tubuhnya yang terasa kaku. Mulutnya mendesis pelan sambil memegangi kepalanya yang terasa berat. Lelaki itu bangkit dari tidurnya. Belum sempat beranjak dari tempat tidur, kedua bola matanya membeliak kaget, saat mendapati dirinya ternyata dalam keadaan polos di balik selimut.
Pandangannya berkeliling di sekitar ranjang, terlihat beberapa pakaian berserakan di lantai. Manik matanya terhenti pada noda merah darah pada kain sprei di sampingnya.
Rayyan kembali mendesis, memegangi kepalanya yang terasa pening. Sambil memijit pelan pelipisnya, pria itu mencoba mengingat-ingat kembali kejadian semalam.
Rayyan duduk di belakang setir mobil sambil sesekali memijit kepalanya yang terasa berat dan pusing. Efek dari minuman alkohol yang diminumnya bersama ketiga sahabatnya di klub malam beberapa saat tadi.
"Sial! Perasaan tadi minumnya cuma sedikit," umpatnya kesal.
Pria itu keluar dari mobil, berjalan sempoyongan menuju loby apartemen. Namun, karena hilang keseimbangan, Rayyan terjatuh tepat di depan lift yang kebetulan langsung terbuka.
Dalam keadaan setengah sadar, Rayyan mencoba kembali berdiri. Samar-samar, dia melihat seseorang menghampirinya kemudian mencoba membantunya berdiri.
"Mau ke lantai berapa, Kak?"
Setengah sadar, Rayyan mencoba menatap seorang gadis di depannya. Pandangannya terlihat buram karena efek mabuk.
"Lantai sepuluh." Suara Rayyan terdengar serak. Sang gadis menopang tubuh Rayyan agar pria itu tidak terjatuh.
Hening sesaat karena kebetulan hanya mereka berdua yang saat itu berada di dalam lift.
Tak lama kemudian, mereka sampai di lantai sepuluh. Rayyan melangkah keluar dari lift, dengan langkah pelan dan tubuh gontai khas orang mabuk. Namun, saat tiba di depan pintu apartemennya, pria itu kembali terjatuh.
"Biar aku bantu buka pintunya Kak," ucap gadis di sampingnya. Ternyata, gadis yang tadi menolongnya masih mengikuti dari belakang.
Pintu akhirnya terbuka setelah Rayyan dengan susah payah memencet sandi apartemennya.
Perempuan itu membantu memapah Rayyan masuk ke dalam apartemen. Setelah berhasil mendudukkan Rayyan di atas sofa, dia langsung beranjak pergi. Namun, sebelum mencapai pintu, tiba-tiba Rayyan menarik tangannya.
"Kau, harus melayaniku, Olivia ...."
_____
Kepoin novel ini di Noveltoon yuk!
Judul: Cinta Karmila
Penulis: Nazwa Talita
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Erni Fitriana
mampir thor
2025-03-01
0
Kendarsih Keken
aq hadir di sini thor lanjut ke fav
2022-07-14
0
Fery Lestari
dari novel sebelah lgsg cus kesini
2022-07-07
0