Masih di ruang makan.
"Ma, pa, Sheila kekamar ya, mau buat PR." ucap Sheila yang sudah selesai makan.
"Iya sayang." ucap mama Wulan.
Setelah kepergian Sheila, Tama pun bicara kepada Wulan.
"Ma, sepertinya Nayla tidak nyaman sewaktu mama menanyakan soal pacar." ucap Tama.
"Maaf pa, tapi mama khawatir Nayla tidak akan menerima lelaki manapun setelah kejadian dulu." ucap Wulan.
Tama nampaknya berpikir.
"Ma, papa yakin, Nayla bukan tidak mau, tapi ia masih ragu dan butuh waktu." ucap Tama.
"Mama harap juga begitu pa." ucap Wulan.
Sementara di dalam kamar Nayla.
Nayla sedang berbaring dan merintih kesakitan, di tambah luka lama teringat kembali.
Nayla pun meneteskan air matanya.
Ia memegangi perutnya sambil menangis.
Nayla mencari obat magh nya, akan tetapi ia lupa, jika obatnya berada di jok motor, Nayla pun bingung mengambilnya.
Tiba tiba, Sheila masuk kedalam kamar Nayla yang tidak di kunci.
"Kakak." ucap Sheila.
Nayla terkejut. Kenapa ia lalai untuk mengunci pintu kamarnya.
"Kakak kenapa, kakak nangis. Sheila minta maaf ya kak yang tadi sore." ucap Sheila merasa bersalah.
Nayla masih diam tanpa bicara, ia hanya memegangi perutnya.
"Kakak sakit? Sheila panggil mama dan papa dulu." ucap Sheila.
"Jangan Sheila, magh kakak hanya kambuh." ucap Nayla.
"Obat kakak di mana." tanya Sheila.
"Tolong ambilkan di dalam jok motor, tapi jangan sampai mama dan papa tau, kakak gak mau melihat mereka khawatir." ucap Nayla sambil merintih kesakitan.
"Sebentar kak , Sheila ambilkan dulu." ucap Sheila dan segera menuju garasi.
Kini Sheila sudah mengambil obat Nayla dari dalam jok motor.
Ketika Sheila melewati tangga, papa Tama memanggilnya.
"Dek, itu apa?" tanya papa Tama.
"Ini,,, eeeemmm,, itu....!" ucap Sheila panik.
Tama pun mendekat dan mengambilnya.
"Obat magh." ucap Tama.
Sheila terdiam.
Mama Wulan pun melihat papa dan anaknya.
"Ada apa pa?" tanya mama Wulan.
"Ini ma, Sheila membawa obat magh." ucap Tama.
"Punya siapa ini Sheila?" ucap mama Wulan meninggi.
Sheila yang takut pun akhirnya jujur.
"Ini punya kakak ma, kakak sakit di . . ." ucap Sheila terputus .
Mama Wulan pun segera menuju kamar Nayla.
Mama Wulan membuka kamar Nayla, ia melihat Nayla sedang menangis dan menahan rasa sakit.
"Dek, mana obatnya." ucap Nayla.
Nayla belum menyadari yang datang mamanya.
"Nay, kamu sakit." tanya mama Wulan.
"Mama!" ucap Nayla sambil menghapus air matanya.
Papa Tama dan Sheila masuk,
"Ini kak obatnya." ucap Sheila sambil menunduk.
Mereka khawatir dengan wajah pucat Nayla.
"Minum dulu obatnya kak." ucap papa Tama.
Mama Wulan mengambilkan air minum.
Nayla pun menelan obatnya
Setelah meminum obat, Nayla sudah sedikit tenang, sakitnya sudah tidak seperti tadi.
"Pa, mama temenin kakak ya pa malam ini." ucap mama Wulan.
"Iya ma, Sheila kembali ke kamar kamu, biarkan kakak kamu istirahat." ucap papa Tama.
Sheila pun menurut.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 wib.
Nayla baru bisa tidur, mama Wulan ikut berbaring di samping Nayla,
"Nay, kamu terlalu mandiri, sehingga kamu sakit pun tidak mau memberi tau kami." batin mama Wulan.
Mama Wulan tidur sambil memeluk Nayla.
Pukul 05.00 mama Wulan bangun lebih dulu dari Nayla. Mama Wulan mencium kening Nayla dan meninggalkan Nayla.
Mama Wulan turun menuju kamarnya.
Sampai di dalam kamarnya, Tama sudah bangun.
"Pa, mama khawatir dengan kondisi Nayla." ucap Wulan.
"Iya ma, papa juga." ucap Tama.
Tidak terasa sudah pukul 06.00 wib.
Wulan pun membantu masak asisten rumah tangganya.
"Bik, nanti tolong buatkan sup ya bik buat Nayla." ucap Wulan.
"Baik bu." ucap bik Imah.
Para ART pun tau jika majikannya itu meminta di buatkan sup pasti non Nayla sedang sakit.
....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 172 Episodes
Comments