Bab 14

"Sampai sini materi kita, jika ada yang ingin ditanyakan silahkan angkat tangan" ucap Dimas sambil merapikan bukunya.

"Pak Dimas, kenapa ya? Kayak lesu begitu" tanya seorang mahasiswi ke teman sebelahnya

"Mungkin ada masalah sama pacarnya" jawab temannya.

"Aduh, masa udah punya pacar seh? Pak Dimas itu semangatku buat ke kampus apalagi kalau hari itu ada jadwal Pak Dimas ngajar semangatku jadi double" ucapnya sambil senyum-senyum.

"Iya deh iya"

Hari ini, Dimas mengajar dikelas lain bukan dikelas Dini. Entah sejak melihat Dini dan Rony bareng, mood Dimas langsung down. Dimas menarik nafasnya pelan membuat mahasiswanya pada tertarik dengan tingkah laku dosen didepannya.

"Kenapa, Pak?"

"Emmm, maksudnya?" tanya Dimas.

"Bapak barusan narik nafas"

"Oh, tidak apa-apa. Kalau tidak ada yang mau ditanyakan. Kita sudahi kuliah hari ini. Selamat siang" ucap Dimas mengangkat buku-bukunya keluar dan pergi keluar.

Didalam ruangan, Dimas membolak-balikkan buku menunggu seseorang mengetuk pintu.

"Kemana lagi dia?"

Tidak berselang lama, ada suara ketukan di pintunya.

"Selamat siang, Pak" ucap Dini dibalik pintu. Menampilkan wajahnya setengah.

"Siang"

Dini segera masuk ke dalam ruangan Dimas dan duduk di sofa yang ada diruangan itu.

"Dari mana saja kamu?"

"Eh, bapak nanya sama saya?"

"Emang diruangan ini selain kamu ada yang lain?"

"Ga ada seh, Pak. Cuma tumben saja bapak nanya saya lagi apa"

"Ehmm, jadi dari mana kamu?"

"Dari kantin, Pak"

"Ngapain dan sama siapa?"

"Pak, dikantin ya lagi makan emang ada kegiatan lagi selain itu. Masalah saya dikantin sama siapa kenapa bapak nanya" jawab Dini, kesal.

"Satu lagi, Pak. Selama kita nikah tidak ada yang namanya bersentuhan" Dini langsung to the point mengutarakan maksudnya.

"Maksud kamu?"

"Bapak kenapa jadi terlihat bodoh. Kita kan nikah karena perjodohan dan diantara kita berdua tidak ada yang namanya cinta kan. Bapak nikahin saya juga terpaksa. Saya tidak mau ketika kita cerai, saya rugi. Saya tetap akan menjalani kewajiban seorang istri sebagaimana mestinya tanpa harus bersentuhan" keluh Dini panjang dan cepat. Enak aja ntar gue hamil terus ditinggal, rugi banyak dong eke.

"Trus bagaimana jika saya meminta hak saya sebagai suami?"

"Berarti bapak cinta sama saya"

"Uhuuuk.. Uhuuuk" Dimas tiba-tiba batuk mendengar jawaban Dini.

"Bapak ga cinta kan sama saya jadi sudah lah, Pak. Jangan terlalu mengharapkan dari pernikahan kita ini. Kita hanya dijodohkan, mungkin memang takdir kita harus menjalani pernikahan ini baru menemukan pasangan yang cinta sama kita" Dini bersandar pada sofa.

Dimas diam tidak menanggapi ucapan Dini. Lain sisi Dini benar kalau mereka hanya dijodohkan tapi lain sisi Dimas ingin menikah hanya satu kali tapi dia tidak mencintai Dini.

Dddrrrtt.. Drrrttt..

Suara telepon dari handphone Dini.

"Assalamualaikum, tan" sapa Dini.

"Walaikumusalam, Din. Aduh kok masih panggil tan seh panggil Mama juga dong" protes Mama Dian disebrang sana.

"Eh, iya Ma"

"Nah gitu, kamu sudah sama Dimas? Kalau sudah segera ke butik ya. Nanti Mama kirim lokasinya"

"Sudah, Ma. Baik"

"Ya sudah, Mama tunggu disini ya. Assalamualaikum"

"Walaikumusalam" Dini segera mematikan teleponnya.

"Ayo, Pak. Kita sudah ditunggu Mama Dian dibutik" Dini berdiri dan akan membuka pintu.

"Kutunggu ditempat tadi Bapak nurunin ya"

Brakkk. Pintu tertutup membuyarkan Dimas yang masih blank karena ucapan Dini sebelumnya.

"Astaga. Benar-benar bodoh"

Dimas segera berdiri dan mengambil kunci digantungan. Setelah itu menuju parkiran mobil.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!