Saat jam pulang kantor pukul 5 sore, Reza mengirim pesan pada Maira agar segera pulang karena ada tugas yang menunggunya di rumah.
Mengurus Alisha.
Maira pikir, ia bisa pulang bersama dengan Reza, ternyata tidak. Reza justru tampak pulang lebih dulu dengan diikuti Cantika di belakangnya. Yang membuat Maira semakin kesal adalah dia hanya melirik Maira sekian detik dan tetap berjalan tak menghentikan langkahnya sama sekali. Saat Maira mengejarnya, Reza sudah melajukan mobilnya.
Terpaksa, Maira pulang naik ojek online.
Sampai rumah, ia tak melihat Reza di rumah. Kepalanya pun penuh pertanyaan. Hatinya tiba-tiba sakit, dan berpikir yang bukan-bukan.
“Apa dia pergi sama Cantika ya? Kalau memang begitu, kok bisa dia tidak mengabariku, padahal ‘kan aku istrinya,” gumamnya kesal.
Tak ingin terus berpikir buruk, ia segera mandi agar bisa segera menggendong Alisha yang masih terjaga.
1.5 jam kemudian, Reza baru sampai rumah.
Maira yang masih memberikan susu pada Alisha, menegurnya. "Dari mana, Mas? Sepertinya kamu sudah pulang duluan tadi.”
Dengan santainya Reza menjawab ia baru saja mengantar pulang Cantika setelah bertemu kliennya.
“Jadi ini alasan kamu tidak mau diburu-buru pulang? Padahal menggendong anaknya sendiri. Biar bisa pacaran dengan sekretaris kamu? Apa mbak Nindy tidak tahu selama ini kalau kamu begitu di kantor?” Maira mencercanya tanpa basa-basi.
Tak terima dengan ucapan Maira, Reza membantahnya. “Begitu bagaimana maksudmu? Jangan asal bicara ya! Aku memang tidak mungkin selalu bisa langsung mengurus Alisha sepulang kantor karena jadwal bertemu klienku bisa sewaktu-waktu. Pulang kantor tadi, aku harus bertemu klienku dulu di restoran, setelah itu aku antar Cantika pulang karena rumahnya tak jauh dari restoran itu. Anak kecil jangan sok tahu kamu!”
Reza lalu bergegas menuju kamarnya meninggalkan Maira sendiri di ruang tengah.
Hingga malam hari selesai menidurkan Alisha, perut Maira mulai keroncongan. Tak sempat memasak, ia membuka-buka lemari dapur melihat stok mi instan. Terpaksa, malam ini ia makan dengan mi lagi. Bagaimana tidak, sepulang kerja ia tak sempat memasak karena langsung mengurus Alisha. Reza sendiri juga tampak tak memikirkannya, padahal ia baru saja makan di restoran tadi.
Sementara ART Reza tak ada yang ditugaskan untuk memasak, karena permintaan Reza sendiri. Hal itu lantaran Reza yang tak suka memakan masakan ARTnya. Jadi, saat Nindy masih ada, mereka lebih suka membeli makan sepulang kantor. Hanya saja saat akhir pekan biasanya Nindy memasak.
"Kalau Mbak Maira mau, makan masakan saya saja, tapi ya seadanya," ucap ART tersebut.
Tak enak hati, Maira menolaknya. "Saya makan mi saja, Bi. Lagi pula, itu 'kan bisa untuk sarapan Bibi besok pagi."
Sungguh sedih hatinya sepeninggal Nindy. Ia menjadi babu di rumah suaminya sendiri. Meski ia sudah mendapat nafkah, tapi Reza seolah tak peduli dengan makannya. Mereka seakan hidup masing-masing di rumah ini. Mungkin ini yang dimaksud Reza saat itu, hanya demi Alisha, jadi tak perlu ada cinta.
Saat sedang meratapi nasibnya sembari makan, Reza turun ke dapur untuk mengambil minum. Dipandanginya Maira sembari ia mengambil botol minum di kulkas. Maira pun seolah tak ingin peduli dengan keberadaan Reza.
“Belum makan jam segini? Mi lagi? Seperti anak kos saja,” tanya Reza sambil menutup pintu kulkas.
“Sepulang kantor aku mandi dan langsung mengurus Alisha sampai malam baru ia tidur. Jelas aku baru bisa makan jam segini. Mana sempat juga aku memasak, sudah keburu lapar. Kalau di kos justru aku sering memasak,” jawabnya tegas.
Bukannya prihatin, Reza justru mengatakan bahwa memang itu lah tugas Maira, ia juga malah menyalahkannya yang tak memesan makanan secara online saja, padahal ia sudah memberinya uang bulanan. Sementara Maira hanya diam tak ingin berdebat dengan suaminya. Apa mau dikata, Reza memang dingin padanya. Kadang bisa bicara baik-baik, kadang juga dengan sedikit membentak dan ketus.
Saat menaiki tangga, sesekali Reza melihat Maira yang masih menyantap makanannya.
###
Keesokan paginya, Maira yang sudah siap berangkat ke kantor, bermaksud ingin ikut di mobil Reza, karena tujuannya sama. Tak disangka, Reza justru menolaknya dan tak mau mereka berangkat bersama. Alasannya, takut ketahuan jika mereka tinggal satu rumah.
Akhirnya, Maira harus memesan ojek lagi.
Setibanya di kantor, ia dibuat kesal oleh sekretaris Reza yang seakan merasa senior pada karyawan baru. Tak ramah sedikitpun pada Maira, bahkan senyum pun pahit. Ia juga berani mengoloknya karena masuk kerja dibantu Pak Reza yang mengenal keluarganya.
“Seharusnya yang diterima di kantor ini adalah mereka yang punya pengalaman kerja bertahun-tahun, bukan yang baru lulus sepertimu,” ucap Cantika dengan ketus.
Maira tak ingin mengindahkannya dan bergegas menuju meja kerjanya.
Hingga saat jam makan siang tiba, Reza kembali ke luar kantor disusul oleh Cantika di belakangnya.
Deby, salah seorang karyawan yang bersebelahan dengan meja Maira, bermaksud mengajaknya makan siang bersama di kantin.
“Aku juga baru 1 tahun kerja di sini, jadi aku termasuk baru juga. Yuk makan di kantin,” ajak Deby setelah memperkenalkan dirinya.
Melihat Maira yang masih memandangi Reza dan Cantika, Deby menyahutnya bahwa biasanya jika sedang istirahat makan siang, bosnya itu akan bertemu klien sekalian makan siang, tentunya bersama sang sekretaris.
“Itu artinya, dengan perempuan lain ia mau makan bersama bahkan mengantarnya pulang, tapi dengan istrinya sendiri, jangankan minta pulang pergi bersama, makan bersama pun jarang bahkan tidak pernah. Peduli istrinya sudah makan atau belum saja juga tidak,” oceh Maira dalam hati.
###
Hari ini, Reza kembali pulang malam. Masih kesal, Maira ingin langsung mencercanya dengan ucapan-ucapan kekesalan. Ditatapnya suaminya itu dengan tajam bak pisau yang baru diasah.
“Habis bertemu klien lagi? Sekalian makan malam lagi sama sekretaris cantik dan seksimu itu? Dari makan siang sampai makan malam, sama-sama terus. Istrinya sendiri, tidak diperhatikan sudah makan atau belum. Sudah begitu, diantar pulang lagi, sementara istrinya, dibiarkan berangkat dan pulang sendiri naik ojek. Lebih enak jadi sekretaris kamu ya? Kenapa tidak menikahi dia saja, biar enak 1 kantor juga jadi bisa terus sama-sama kemana pun.”
Reza membalas menatap tajam istrinya seakan ingin memakannya. Mengajak debat sepulang kantor adalah hal terburuk yang seharusnya dihindari. Namun apa mau dikata, hati Maira sudah tak bisa membendungnya untuk kembali berdebat.
"Aku sudah bilang jangan sok tau! Kita memang selalu makan bersama karena klien-klienku kebanyakan ingin bertemu saat jam-jam makan. Cantika tentu selalu menemaniku karena dia sekretarisku. Nindy saja tidak pernah keberatan karena dia tahu aku sedang bekerja, tidak cerewet sepertimu, dan karena aku dan Cantika memang profesional selama ini, tak pernah ada keterlibatan apa pun selain pekerjaan. Dengar ya Maira, kita memang menikah, tapi perlu kamu ingat kalau alasannya adalah agar kamu bisa mengurus Alisha. Jadi jangan pernah sekali pun kamu protes tentang sikapku atau apa pun dariku. Sudah ku bilang, tujuanku memberimu nafkah agar kamu bisa beli makan sendiri. Sudah syukur juga aku beri kesempatan bekerja di kantorku, dengan gaji yang lebih besar dari gaji di kantormu dulu. Fokus saja pada Alisha, jangan melebihi batas! Kamu tidak lebih dari sekedar pengasuh Alisha!” bentaknya kemudian menaiki tangga menuju kamarnya.
Tak berkutik, Maira terdiam seribu bahasa. Ia baru menyadari bahwa hatinya mulai jatuh pada suaminya. Secepat itu perasaannya tumbuh, padahal saat akad ia belum ada perasaan apa pun. Baru disadarinya perasaan itu ketika ia mulai merasakan cemburu. Tapi sayang, ia jatuh cinta pada pria yang salah.
Iya, memang tak seharusnya jika ia berharap lebih pada Reza. Apalagi berharap perasaannya terbalas. Bagaimana sikap Reza padanya, memang sesuai dengan tujuan Reza menikahinya. Dirinya lah yang salah telah membawa perasaan ke dalam pernikahan yang baru seumur jagung ini. Padahal, sudah jelas dulu Reza pernah mengatakan bahwa tujuan dari nikah siri adalah agar mereka tak repot jika harus berpisah, dan jika Reza sudah bisa menemukan pengasuh yang mau menginap dan bisa bekerja dengan benar.
“Ya, aku memang hanya pengasuh Alisha.” Air matanya menetes hingga jatuh ke pipi tembem Alisha yang tengah digendongnya.
...****************...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Rain🍁
ya hanya pengasuh aj,
""' nyesss 😭
2024-02-01
1