HAPPY READING
🌸🌸🌸🌸🌸🌸
"Kendra tidak ikut kesini Nak?" Tanya Siska dengan tatapan lembut, wanita paruh baya usia 49 tahun yang tak lain adalah ibu kandung Najwa.
Najwa tersenyum simpul. "Dia sedang sibuk Ma. Beberapa hari belakangan ini, jadwalnya sangat padat. Dia harus meeting dengan beberapa investor penting" Lirihnya memberikan jawaban sesuai dengan yang sering dikatakan Kendra padanya selama ini.
Meski dia sendiri mulai ragu apakah alasan yang selama ini diberikan suaminya jujur atau hanya bualan semata, setelah dia melihat sosok yang mirip dengan pria itu bersama seorang wanita di mall kemarin, dan juga keterangan dari sekretarisnya tentang keberadaan Kendra selama ini.
"Padahal Mama sudah lama tidak bertemu dengan menantu Mama itu. Biasanya kan kalau kamu kesini, dia selalu ikut menemani. Membawakan Mama bingkisan, makanan dan barang-barang kesukaan Mama. Ya.... meskipun sebenarnya, Mama tidak terlalu mengharapkannya. Yang penting kalian berdua selalu ingat Mama" Lirih Siska dengan tatapan menerawang.
Sangat terlihat dari raut wajahnya, kalau wanita yang telah melahirkan Najwa itu sangat merindukan menantu kesayangannya. Sudah hampir tiga minggu Najwa tidak datang kerumah mamanya.
Sudah enam tahun Najwa tinggal terpisah dengan mamanya, sejak dia menikah dengan kendra. Keduanya memutuskan untuk tinggal terpisah dari orang tua, karena mereka ingin menjalani biduk rumah tangga dengan nyaman dan mandiri.
Hari ini dia memutuskan untuk menjenguk mamanya karena sudah sangat merindukannya. Terlebih kondisi kesehatannya yang sering menurun.
Papanya sudah meninggal delapan tahun yang lalu, saat Najwa masih berusia tujuh belas tahun.
Dan sebagai anak tunggal, Najwa ingin sebisa mungkin menemani dan memantau kondisi Mama yang sangat disayanginya itu. Karena hanya beliaulah satu-satunya orang tuanya yang masih tersisa. Meski tidak bisa semaksimal mungkin, mengingat dirinya yang sudah bersuami.
Sebagai seorang istri dan juga putri, Najwa merasa sangat beruntung. Karena Kendra juga sangat menyayangi mamanya. Ibu dan suaminya itu cukup dekat dan akrab. Mamanya juga selalu memahami dan mendukung mereka.
Masih segar dalam ingatannya tiga minggu yang lalu, dia bertandang kerumah itu bersama suaminya. Waktu itu Kendra sangat heboh memesan baju, tas serta makanan Jepang kesukaan mamanya. Sesayang itu suaminya pada mamanya.
Mereka bertiga bercanda tawa bersama. Mamanya memberikan mereka nasehat panjang lebar dengan bijaknya. Nasehat untuk selalu bersatu menjalani bahtera rumah tangga dengan saling mendukung.
Saat itu suasana hati Najwa masih baik-baik saja, dan tidak ada beban sama sekali. Karena sikap Kendra terhadapnya masih sangat romantis dan humoris. Berbeda dengan akhir-akhir ini, yang semakin terlihat dingin dan acuh.
Najwa memegang tangan mamanya dengan lembut dan berusaha untuk tersenyum.
"Kendra selalu ingat Mama kok. Sebenarnya dia juga ingin sekali datang kesini menjenguk Mama. Hanya saja, pekerjaannya benar-benar tidak bisa dia tinggalkan. Jadi terpaksa dia hanya bisa menitip salam permohonan maafnya. Dia bilang, lain kali dia akan usahakan untuk bisa ikut kesini"
Najwa terpaksa berdalih untuk menyenangkan hati mamanya, lantaran dia tidak mungkin menceritakan tentang firasat buruknya, bahkan sikap dingin suaminya selama beberapa hari belakangan ini.
"Dan kamu sendiri? Apa kamu baik-baik saja?" Tanya Siska lembut sembari menatap putrinya dengan tatapan menyelidik.
"Maksud Mama apa bertanya seperti itu? Memangnya aku kenapa?" Najwa balik bertanya.
Apakah wajah sedihnya sangat terlihat oleh mamanya? Mungkin inilah yang disebut dengan feeling antara ibu dan anak. Semoga saja mamanya tidak bertanya macam-macam tentang Kendra. Karena dia sendiripun masih bingung harus menjawab apalagi.
Siska meletakkan tangan kirinya diatas tangan Najwa yang sedang memegang tangan kirinya, dan menggenggamnya dengan penuh kelembutan. Seakan sedang memberi kekuatan pada putri semata wayangnya agar menjadikannya sebagai tempat untuk berkeluh kesahnya.
"Najwa, kamu itu anak kandung Mama. Mama yang melahirkan dan membesarkanmu. Jadi Mama sudah mengenalmu dengan sangat baik. Jadi Mama tau kapan kamu sedang baik-baik saja, dan kapan kamu sedang merasa sedih. Ada apa sayang? Apa mertuamu, kembali mengatakan sesuatu yang menyakiti perasaanmu?" Tebak Siska menatap Najwa dengan intens.
Wanita paruh baya itu tau kalau Najwa sering cekcok dengan ibu mertuanya. Hal itu lantaran ibu dari mertuanya itu sering protes ingin memiliki cucu yang tak kunjung hadir ditengah-tengah mereka. Dan Inggrid hanya menyalahkan Najwa, dan selalu melampiaskan kekecewaannya pada putrinya.
Sebagai seorang ibu, tentu saja Siska merasa sedih melihat anaknya yang selalu disalahkan dan dipojokkan. Namun dia bisa apa? Itu adalah masalah Najwa dengan mertuanya.
Dan dia tidak bisa terlalu ikut campur. Selain hanya bisa mendukung dan mendoakannya. Yang penting putrinya selalu didampingi oleh suaminya yang selalu mencintai dan membelanya.
Sementara itu Najwa sedikit lega, karena kecurigaan mamanya mengarah pada ibu mertuanya yang menang sudah terbiasa bersikap ketus padanya selama ini. Bukan pada Kendra yang sebenarnya dialah penyebab dirinya merasa sedih dan resah.
Lagi-lagi Najwa memaksakan dirinya untuk tersenyum. "Tidak kok Ma. Aku baik-baik saja. Mama jangan khawatir. Mama Inggrid tidak mengatakan apapun kok" Jawabnya berbohong.
Padahal baru beberapa hari yang lalu dia bertemu dengan ibu mertuanya, yang kembali mengeluarkan kata-kata yang membuat dadanya terasa sesak. Namun bukan itu masalahnya. Karena dia sudah kebal dengan sikap mertuanya itu.
"Najwa" Siska menatap Najwa dengan tajam dan menegurnya dengan tegas. Membuat Najwa mulai gelagapan.
"Ma, Mama taukan? Mama Inggrid hanya menginginkan cucu. Bukankah itu hal yang wajar untuk pasangan yang sudah menikah selama enam tahun, tapi belum bisa memberikan cucu untuk orang tuanya? Mama jangan khawatir. Aku sudah terbiasa kok, dengan sikap ketus dan dingin ibu mertuaku. Berkat doa Mama, aku pasti bisa menghadapi semuanya" Najwa berusaha tersenyum untuk menunjukkan bahwa dia tegar.
"Kamu yakin, tidak ada masalah lain selain itu?"
Najwa mengangguk. "Iya Ma, benar"
"Sayang, sebagai seorang anak, mungkin Mama bisa menjaga dan membelamu dari tatapan serta perkataan yang melukaimu. Tapi sebagai seorang istri, itu semua adalah tugas suamimu untuk selalu membela dan melindungimu. Dan Mama percaya, kalau Kendra akan selalu menjaga tugas dan kewajibannya sebagai suamimu. Karena Mama tau, dia sangat mencintaimu. Begitu juga denganmu, yang harus selalu mendukung suamimu dalam suka maupun duka. Karena itu adalah kewajibanmu sebagai seorang istri. Kalian melakukan dan menjalani pernikahan atas dasar cinta. Dan pernikahan itu adalah sakral dan suci yang harus selalu kalian jaga. Walaupun mungkin saat menjalaninya, kalian tidak akan selalu menemukan jalan yang mulus. Terkadang ditengah jalan kalian akan menemukan jalan yang terjal dan curam. Dan pilihannya ada pada kalian sendiri. Tetap berjalan lurus meski jalannya tidak mudah, atau berbelok arah dan mengakhiri semuanya?"
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
hmmmm...
2024-03-19
0