Chapter 3

Mobil Paman Bimo telah memasuki halaman rumah yang begitu luas, terlihat indah dipandang mata setelah melewati pintu gerbang yang dijaga oleh seorang satpam.

Paman Bimo dan Naomi turun dari mobil lalu masuk ke dalam rumah, mereka telah disambut di ruang tamu oleh tante Linda dan kedua anaknya Dita dan juga Dito.

Naomi masuk dengan mengucapkan salam sebelum melangkahkan kaki yang langsung menuju ke ruang tamu.

"Assalamu'alaikum," ucap Naomi sambil berjalan kearah tante Linda dan kedua sepupunya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab mereka bertiga serempak seperti paduan suara.

Naomi langsung bersalaman dengan Tante Linda serta mencium punggung tangannya, dia juga bersama dengan Dita dan juga Dito yang lebih muda dari dirinya.

"Oh ya, Dita dan Dito. Kalian dengarkan papa baik-baik! Mulai hari ini Naomi akan tinggal bersama kita, karena hanya tinggal papa keluarga satu-satunya, yang dia miliki di dunia ini."

Paman Bimo seolah sedang memberikan ultimatum kepada kedua anaknya, bahwa mulai detik itu juga, Naomi tinggal selamanya di rumah mereka.

"Selamat datang Uni Naomi," ucap kedua sepupunya dengan serempak sambil memperlihatkan senyum palsu yang mereka paksakan.

"Terima kasih ya Tante, juga Dita dan Dito karena telah bersedia menerima ku di rumah ini," jawab Naomi dengan senyuman yang tulus kepada mereka bertiga.

"Oh ya Naomi, kamarmu ada di belakang ya. Kamu tidak apa-apa kan jika tinggal di dekat dapur?" tanya Tante Linda kepada Naomi yang tetap tersenyum dengan tulus.

"Tidak apa-apa kok, Tante, itu kamar kan masih ada di dalam rumah ini. Saya juga sudah terima kasih karena bisa ditampung di rumah besar ini," jawab Naomi yang masih saja tetap tersenyum menanggapi kata-kata dari tantenya.

Paman Bimo menggelengkan kepalanya sambil menyesap teh hangat yang baru disajikan oleh salah seorang pembantunya.

"Kalian kira Naomi ini seorang pembantu? Kalian salah, dia adalah keponakanku dan itu artinya Naomi ini masih sedarah dengan papa, jadi posisi dia di rumah ini sama dengan Kalian bertiga!" ucap Paman Bimo dengan tegas disertai tatapan yang tajam kepada anak dan juga istrinya.

"Papa ini apa-apaan sih!? Naomi itu hanya gadis miskin dan juga tidak punya orang tua. Kenapa kita harus menampungnya seperti keluarga sendiri?" tanya Tante Linda sambil marah tersulut emosi.

"Iya nih, Papa lucu memasukkan orang lain ke rumah kita. Yang ada ini gadis gembel bakal membawa kabur semua barang berharga dari rumah kita."

Dita anak tertua dari Paman Bimo berbicara sangat kasar terhadap kedatangan Naomi ke rumahnya.

"Paman, Naomi sangat mengerti tentang perasaan anak-anak, Paman. Oleh karena itu lebih baik Naomi kembali ke kampung saja daripada di sini makan hati dan akhirnya Naomi bisa mati berdiri disini, paman."

Naomi berkata sambil menatap wajah tantenya tanpa ada rasa takut dan juga tak ada rasa gentar sedikitpun untuk melawannya.

"Kau!!"

Tante Linda terlihat menggertakkan giginya menahan amarah yang sangat tinggi, dia memperlihatkan mata tajamnya ke arah gadis belia yang baru saja datang dari desa.

"Naomi tidak akan pernah kembali lagi ke kampung halaman kita, kecuali jika Kamu telah meraih gelar sarjana dan membawanya pulang. Lalu kau praktekkan ilmu yang kau dapat di kampung kita!"

Paman Bimo mengatakan bahwa keponakannya itu tidak boleh pulang sebelum mendapatkan gelar sarjana. Dia tidak ingin anak kakaknya itu hidup terlantar sendirian di kampung mereka.

"Ya sudah Naomi, sekarang Kamu masuk ke kamarmu yang biasa dipakai untuk kamar tamu dan Kalian bertiga jika sampai terjadi sesuatu pada keponakanku, maka kalian bersiap-siap untuk kehilangan jatah bulanan masing-masing!"

Paman Bimo kembali mengeluarkan ultimatum yang membuat anak dan istrinya marah.

Paman Bimo memanggil salah seorang pembantunya agar membawakan barang-barang milik Naomi ke dalam kamar tamu, yang disediakan mulai saat itu menjadi kamarnya Naomi sendiri.

Naomi mengikuti pembantu tersebut hingga masuk kedalam sebuah kamar yang sangat besar dan juga mewah.

"Terima kasih ya Bibi, karena telah membawakan koperku sampai masuk ke sini," ujar Naomi mengucapkan terima kasih tanda menghargai pelayan itu.

"Sama-sama non Naomi, Bibi senang bisa membantumu. Mudah-mudahan Non Naomi bisa betah tinggal di sini! Naomi harus ingat, bahwa istrinya Pak Bimo orangnya sangat pelit dan juga jahat, apalagi kedua anaknya sangat sombong dan juga angkuh."

Tanpa diminta Naomi, informasi langsung didapatkannya dari salah seorang pembantu yang bekerja di rumah Pamannya.

"Bibi tolong berhenti memanggilku Nona, karena aku sendiri di sini bisa jadi statusnya sama dengan Bibi, yaitu menjadi seorang pembantu," pinta Naomi terhadap pembantu yang sama.

"Enggak berani, Non. Saya sangat menghormati Pak Bimo karena dia orang yang sangat baik," ucap bibi itu tersenyum tulus.

"Ya sudah, terserah Bibi saja," Naomi pasrah dengan panggilan apapun yang diberikan oleh Bibi tersebut.

Keesokan harinya, pagi-pagi sekali, Naomi telah bangun dan ikut pelayan menasak di dapur, sementara anggota keluarga di rumah itu belum ada yang bangun satupun termasuk pamannya.

Naomi bertanya kepada pelayan yang ada di dapur. Apakah setiap hari anggota keluarga di rumah tidak pernah melakukan sholat subuh.

"Oh ya Bibi, paman biasanya ke kantor jam berapa?" tanya Naomi pada pelayan yang sama waktu dia pertama datang.

"Bapak Bimo biasanya berangkat ke kantor jam 08 WIB pagi setelah sarapan, tetapi kita suka kasihan karena melihat Pak Bimo sering sarapan sendirian di meja makan," terang pelayan tersebut kepada Naomi yang terkejut mendengarnya.

"Berarti selama ini, Paman Bimo suka makan sendiri tanpa ditemani anak dan istrinya?" tanya Naomi kembali karena pemasaran.

"Ya iyalah masa ya iya dong hahaha," jawab pelayan itu sambil mengeluarkan tawa kecilnya sehingga Naomi pun ikutan tertawa.

"Kasihan sekali Paman ku, hanya dijadikan mesin pencari uang tanpa dihormati keluarganya," ujar Naomi merasa sedih mendengar kisah yang menimpa pamannya.

"Makanya Non, mulai sekarang Non selalu temenin Pak Bimo di meja makan, agar dia tidak sendirian lagi." saran pelayan tersebut menyampaikan idenya kepada keponakan Pak Bimo.

"Tentu saja, Bi. Terima kasih informasinya," ucap Naomi dengan tersenyum.

Hari sudah menunjukkan jam 07 WIB pagi, Paman Bimo telah terlihat rapi duduk di meja makan sendirian, Naomi datang membawakan segelas kopi panas untuk pamannya dan dia menemani sang paman sarapan pagi itu.

"Naomi, apakah perlengkapan untuk mendaftar ulang yang diminta pihak kampus universitas Negeri Jakarta sudah Kamu Siapkan?" tanya Paman Bimo kepada keponakannya sambil memakan roti.

"Sudah dong, Paman, tenang saja! Semuanya sudah aku siapkan," jawab Naomi dengan singkat sambil tersenyum kepada pamannya.

Setelah mereka selesai sarapan pagi, Naomi dan Paman Bimo langsung menaiki mobil meninggalkan rumah menuju kampus Universitas Negeri Jakarta, untuk melakukan pendaftaran menjadi mahasiswa baru.

Paman berpesan jika setelah Naomi selesai melakukan pendaftaran langsung, dia disuruh pulang dengan menelepon supir terlebih dahulu. Paman Bimo tiba-tiba mengeluarkan sebuah ponsel baru untuk digunakan oleh keponakannya agar bisa berkomunikasi lebih lancar.

"Ini sebuah handphone sederhana untuk Kamu gunakan, di dalamnya sudah Paman isi dengan nomor nomor yang kamu butuhkan." ujar sang Paman sambil memberikan sebuah telepon seluler kepada Naomi.

"Apa ini tidak berlebihan, Paman?" tanya Naomi kepada pamannya yang fokus menyetir di jalan raya."

"Tidak sayang, justru paman akan bingung jika Kamu tidak memegang sebuah handphone, karena bagaimana cara paman untuk menghubungi mu."

Akhirnya mobil Paman Bimo sampai di depan gedung Universitas Negeri Jakarta. Naomi turun dan pergi menuju lobi kampus tersebut untuk menyerahkan syarat-syarat yang telah diminta sebelumnya.

Naomi datang sebagai calon mahasiswa yang lulus tanpa tes karena kepintarannya saat SMA. Dia sangat beruntung dari ribuan mahasiswa lainnya yang harus bersusah payah mengikuti berbagai bimbel agar bisa diterima kuliah di kampus tersebut.

Setelah melakukan pendaftaran ulang, Naomi pulang dengan ragu-ragu untuk menelepon sopir pamannya. Dia berfikir mungkin ada baiknya dia pulang berjalan kaki, karena jarak rumah paman tidak begitu jauh dari kampus.

Naomi mulai berjalan kaki dengan berani, padahal dia baru sekali ini tinggal hidup di Jakarta. Naomi mengingat jalan yang ditempuh saat pergi diantar sang paman, hanya satu arah dan beberapa belokan dari rumah.

Saat berjalan tiba-tiba sebuah mobil melaju dengan sangat kencang, sementara ada seorang nenek yang sedang menyeberangi jalan.

"Nenek awaaas!"

Ciiiiit.

Mobil itu rem mendadak.

Naomi langsung berlari dan mendorong sang nenek, sehingga dia sendiri yang hampir tertabrak oleh mobil tersebut. Hanya tinggal beberapa senti tubuhnya tertabrak oleh mobil yang berhenti secara tiba-tiba.

Tubuh Naomi bergetar sambil menutup wajahnya karena ketakutan. Sopir Kenzo Heriyanto turun dari mobilnya dan menghampiri Naomi.

"Maaf, Nona." ucap sang sopir yang tak lain adalah asisten pribadi Kenzo Heriyanto.

Naomi menurunkan tangan dari wajahnya dia melihat seorang laki-laki yang barusan minta maaf kepadanya. Tiba-tiba seorang laki-laki yang sangat tampan penuh wibawa namun terkesan ada keangkuhan di wajahnya turun dari mobil.

Laki-laki itu mengeluarkan segepok uang dari dalam dompetnya dan melemparkannya kepada Naomi.

"Trik basi jangan kau lakukan kepada kami, Nona gembel! Kamu sengaja menabrakkan badan bersekongkol dengan nenek tua itu karena menginginkan ini kan?" ucapkan lelaki sombong itu menunjuk ke arah uang berwarna merah yang berserakan di permukaan jalan.

Naomi tersenyum sinis dengan wajah berubah menjadi merah karena menahan emosi akibat ucapan Kenzo.

"Hei Tuan kaya yang sombong, tidak semua orang membutuhkan duit harammu!" Naomi menghardik laki-laki itu lalu menginjak kakinya dengan sangat kuat, setelah itu dia berlalu pergi sambil berlari meninggalkan Kenzo yang melihat dirinya pergi dengan penuh tanda tanya.

"Arif, Kamu ikuti perempuan itu dan dapatkan alamatnya! perintah Kenzo kepada asisten pribadinya lalu dia masuk ke dalam mobil dan meninggalkan asistennya sendiri di jalan dalam keadaan bingung.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Jangan lupa like, komen dan rate yaa. Trimakasih.

Baca karya satunya juga yaa

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Lucu sekali tanggapan mereka ke sepupu sendiri,Pasti dari kecil mereka gak pernah ketemu atau jarang ketemu,Makanya gak deket sama sepupu..

2024-05-27

0

Julik Rini

Julik Rini

lanjut

2023-10-22

0

Didit Mh

Didit Mh

aku suka karakter Naomi nya tidak lembek

2022-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!