Urusan mendesak.

Ponsel Afham tiba-tiba berbunyi saat dia tengah menaiki anak tangga memperhatikan Vania dan Khumaira yang sama-sama melangkah di depannya, setelah memastikan dua gadis itu sudah sampai di lantai dua, dia baru memeriksa ponselnya yang masih berdering.

"Bagas." Afham sedikit kaget, rupanya itu panggilan dari sekertaris sekaligus kawan dekat nya. Padahal dia sudah memberi tahu kawannya itu untuk tidak dulu menghubunginya. Terlebih jika ingin membahas masalah di kantor. Dia harus mengurus dulu istrinya, baru akan kembali fokus pada pekerjaan.

Tring.... Panggilan berakhir dan kini sebuah pesan yang muncul. Afham langsung membuka itu karena lagi-lagi pesan itu dari Bagas. 

💬 "Angkat dong, Bos. PENTING!"

Afham sampai mengendus saat kata penting itu terlihat begitu jelas bahkan dengan sengaja di pertebal, membuat dia mau tidak mau menerima panggilan itu. Namun sebelum itu dia harus memberi tahu Vania agar istrinya itu tak merasa di abaikan olehnya.

"Dek." Panggilnya pada sosok yang tengah asik berbincang dengan Khumaira di ruangan tengah lantai dua itu. Dia sampai terheran-heran, bukannya keadaan sekarang   malah seperti dia yang sedang di abaikan. Sungguh persahabatan yang baik.

"Iya? Apa Kak?"

"Aku ada urusan mendesak, adek tunggu dulu dengan Khumaira sebelum aku kembali." 

"Iya." Vania langsung mengangguk dengan begitu antusias, pasalnya tanpa di minta pun itu yang dia inginkan, dia lebih memilih dengan Khumaira dari pada harus membayangkan akan seperti apa kalau dia langsung masuk kedalam kamar dengan suaminya itu. Membayangkan nya saja dia sudah gugup sendiri.

Afham kini kembali turun ke bawah, sepertinya akan memakan waktu yang cukup lama jika ini benar masalah penting. Dan dia harus meminta asisten rumah untuk di buatkan kopi.

"Assalamualaikum, ada apa." Afham langsung to the poin saat panggilannya sudah tersambung dengan Bagas. Mulai duduk saat sebuah kopi sudah terhidang di depannya. "Langsung bicara yang jelas atau aku benar-benar akan memindahkan kerja mu ke Alaska!"

Bagas di sebrang sana malah terbahak, mentang-mentang pengantin baru, Bos nya ini benar-benar tak ingin di ganggu. "Santai, Bos. Ada dua masalah tapi aku akan menyampaikan masalah yang mudah dulu."

"Hemm. Katakan!"

"Untuk pakaian dan perlengkapan yang Bos minta belum bisa siap semuanya. Karena bos mengirimkan ukuran nya telat. Pelayan butik, akan mengantarkan nya pagi hari." Bagas langsung menjelaskan, meski tadi siang Afham sampai menekankan untuk siap pada malam ini tapi tetap tidak bisa. Itu terlalu banyak, dan para pelayan butik tak tahu ukuran yang pasti.

"Masalah selanjutnya?" Tak mau bertele-tele Afham langsung bertanya pada poin selanjutnya. Toh untuk pakaian Vania mungkin bisa memakai dulu milik Khumaira.

"Produk kita di tolak, Bos. General manager hotel itu bersikeras menolak persentase kita, padahal Farhan sudah melakukan yang terbaik." Bagas langsung menceritakan keluh kesah pekerjaan mereka selagi Bos nya tidak ada. Padahal ini proyek besar, tapi malah harus kandas di tengah jalan.

"Astaghfirullah...." Afham sendiri sampai menghela nafas sambil memijat pelipisnya, dia harus mencari jalan keluarnya. Karena jelas proyek itu sudah dia kerjakan dengan begitu serius dengan modal yang cukup besar, banyak yang telah di korbankan bahkan dia sampai rela lembur tiap malam demi kelancaran produk baru nya itu. "Tolong sambungkan panggilnya dengan Farhan." pintanya dengan tegas. 

Farhan adalah kawan kedua Afham sekaligus  rekan seperjuangannya dari jaman Afham merintis perusahaan dari nol. Dan lelaki itu juga merupakan kaki tangan nya yang selalu setia bersama Bagas sebagai bawahan di perusahaan.

"Bos, bukannya Bos sedang sibuk. Jangan bilang kita akan meeting malam-malam begini?" Bagas mulai tak enak hati, ayolah, dia hanya memberi tahu kabar terkini, bukan meminta bos nya itu untuk langsung membereskannya sekarang juga. "Bos pasti capek kan. Jadi kita lanjutkan saja besok." bujuknya dengan senyuman yang di buat-buat. Ayo cari aman saja dari pada harus kembali lembur seperti kemarin-kemarin.

"Aku menyuruhmu menghubungi Farhan. Bukan menyuruh mu mengoceh."

"Aisst." Bagas di sebrang sana sampai mengendus kesal, dasar atasan galak. Kalau saja bukan ustadz, ingin sekali dia memukulnya. "Iya-iya, tunggu." akhirnya menurut juga. Pasrah saja, toh dia bisa menjadi orang yang seperti sekarang juga karena kemurahan hati Afham yang mau memperkerjakan.

Mendengar itu Afham sampai tersenyum kecil dan mulai mengubah panggilan suara menjadi panggilan video agar bisa lebih leluasa bicara pada kedua kawan yang sekaligus rekan bisnisnya. Dan saat sosok Farhan muncul di layar ponsel nya dia langsung bicara pada lelaki itu. "Siapa general manager hotel itu, apa kau sudah mencari tahu informasi tentang nya?"

"Aisst, tidak bisakah kau basa basi dulu. Cerita dulu lah kenapa kau tiba-tiba menikah." Farhan malah menyeringai, tak kalah menjengkelkan nya dari Bagas dalam hal menggoda Afham kawan nya ini. "Kita penasaran, bukan begitu. Gas." ucapnya lagi sambil membawa-bawa Bagas mencari aman agar tak terkena amukan seorang diri.

Dan benar saja, Afham kini langsung menatap dua lelaki itu dengan begitu tajam, "Segera serahkan pengunduran diri kalian, biar ku kirim kalian ke peradaban yang jauh dari keramaian kota." 

"Aisst, Iya-iya."

Dua lelaki itu langsung bicara dengan begitu kompak, bahkan Bagas langsung memberi isyarat agar Farhan langsung jawab saja apa yang di tanyakan Bos nya itu. 

"Cepat bodoh. Gue masih mau hidup senang di keramaian kota." ucap Bagas sambil menatap Farhan dengan penuh harapan, jangan sampai bilang kalau kawan nya itu benar-benar belum mencari tahu informasi tentang itu."Farhan, kau sudah mencari tahu tentang general manager hotel itu kan?"

"Sudah bawel, tengah saja." Farhan langsung menjawab Bagas tak kalah somplak, tenang saja dia bisa di andalkan. "Namanya Tuan Alvero, jika melihat biodata nya, umurnya seumuran dengan kita. Dia anak pertama keluarga Atmajaya." Farhan langsung menjelaskan dengan rinci. Bahkan menatap Afham dengan serius, bahwa informasi itu benar-benar valid.

"Atmajaya? Bukannya keluarga itu berbisnis batu bara, kenapa putra sulungnya malah bekerja di bidang perhotelan?" Afham langsung bertanya, pasalnya lelaki itu lah kunci di terima atau tidaknya produk barunya itu, saat turun langsung kelapangan kemarin dia merasa sudah bisa melobi tiap-tiap manajer hotel yang dia kunjungi, tapi kenapa sekarang tiba-tiba ada sosok general manager yang menolak produk nya itu.

"Ayolah Bos. Bukannya itu tak harus di tanyakan. Bos saja beda profesi dengan Pak Ansell, pasti tak heran jika ayahnya di sana dan anaknya di sini."

"Diam!" Kali ini Afham dan Farhan begitu kompak membungkam mulut kawan satunya itu. So tahu sekali padahal memang ada alasan kenapa Alvero malah bergelut di dunia perhotelan.

"Begini, Af. Dari yang aku dengar, katanya putri CEO sang penguasa hotel yang terkenal itu menyukainya dan setelah mereka menjalin hubungan Tuan Alvero di tugaskan oleh putri itu menjadi salah satu kepercayaan ayahnya. Maka jadilah dia seorang general manager." Farhan sampai bercerita dengan begitu serius. Tolong percayalah karena saat mengorek informasi itu dia sampai harus menjadi mode emak-emak yang menggosip di mana-mana.

Afham sesaat terdiam, "Siapa nama keluarga sang penguasa hotel itu?" tanyanya memastikan. Siapa tahu Abie nya tahu, dan dia bisa meminta bantuan untuk mendekatinya.

"Entahlah, aku tidak yakin. Tapi kata orang-orang namanya Pak Edward. Aku tidak keburu meyakinkan dengan pasti."

Mendengar jawaban Farhan, Afham sampai tersedak, kopi yang sedang dia teguk malah berhenti di tengah-tengah tenggorokan nya.

"Bos. Kau tak apa-apa?" Bagas kaget, terlebih ini baru pertama kalinya dia melihat bos nya itu tersedak minuman. "Lupa baca basmallah ya, Bos." tanyanya lagi dengan begitu polos. Dan tentunya langsung di balas sorotan mata tajam Farhan, seolah menyuruh nya diam.

"Pak Edward." Afham sampai kembali mengulang nama itu, bukannya itu Ayah Vania sekaligus Ayah mertuanya. Jadi kalau saja cerita Farhan benar, lelaki yang bernama Alvero itu adalah general manager yang menolak produk nya sekaligus kekasih dari wanita asing yang telah di nikahi nya. "Astaghfirullah, ya Allah. Apa ini akan menjadi masalah atau malah menjadi berkah."

Hati Afham mulai gelisah, pasalnya dia tidak tahu seperti apa kehidupan Vania sebelumnya, seperti apa hubungan percintaannya sebelumnya. Akankah setelah menjadi istrinya, Vania akan melupakan masa lalunya dan berjalan memulai kehidupan baru. Jika demikian dia akan mudah meminta bantuannya, tapi jika Vania masih melihat kebelakang dia tak yakin, dia bisa melihat pasti masalah lah yang akan menghampiri nya.

Farhan yang melihat ekspresi atasannya itu ikut terheran-heran, "Kenapa, Af. Apa kau mengenal Pak Edward." tanyanya mulai bicara serius.

"Terima kasih informasinya. Besok ku hubungi lagi." Afham tak ingin dulu menggubris pertanyaan Farhan, dia sendiri harus memastikan sesuatu dulu. Baru bisa menyelesaikan masalah perusahaan dengan hati yang tenang.

Terpopuler

Comments

Moh Yasin

Moh Yasin

jgn lupa baca basmalah tat 🤣🤣

2024-08-15

0

tersedak2 dah bng

2024-02-28

2

Naurah Prilly

Naurah Prilly

ada visual nya gk thoor

2024-02-18

0

lihat semua
Episodes
1 Terdampar di Pesantren.
2 Flashback; Amukan Warga
3 Orang tua, Vania.
4 Restu dari wali.
5 Suami Istri
6 Menguatkan.
7 Belajar saling mengenal.
8 Tekanan mental.
9 Bak sebuah obat yang pahit.
10 Harus berubah seratus delapan puluh derajat.
11 Menutup aurat.
12 Cinta.
13 Jodoh tak terduga.
14 Pulang.
15 Urusan mendesak.
16 Harus meringankan beban suami.
17 Akan berusaha menjadi istri yang baik.
18 Saling membantu.
19 Sepertiga malam.
20 Berkencan.
21 Keadaan di kantor.
22 Bodyguard berlebel suami.
23 Percekcokan.
24 Cahaya dalam gelap.
25 Menjaga kehormatan.
26 Penanda tanganan proposal.
27 Permintaan.
28 Di tinggal ke Pesantren.
29 Batal Wudhu.
30 Sosok Imam yang baik.
31 Tragedi pagi hari.
32 Berita murahan.
33 Suasana Kampus.
34 Teman laki-laki.
35 Jadwal Donasi.
36 Berikhtiar dan berdoa.
37 Harus Seimbang.
38 Menunggu.
39 Balas dendam terbaik.
40 Berbelanja.
41 Jajan tanpa bawa uang.
42 Bayar hutang.
43 Berusaha.
44 Nasehat dalam sebuah hinaan.
45 Endrosan.
46 Pertemuan tak terkira.
47 Takut jarum suntik.
48 Rencana ke Pesantren.
49 Perjalanan ke pesantren.
50 Serangan tak terkira.
51 Para bodyguard.
52 Kelicikan Alvero.
53 Calon kakak ipar tidak jadi.
54 Cemburu nya seorang istri.
55 Cemburu tandanya cinta.
56 Mendengarkan Ceramah.
57 Terkuak.
58 Pertemukan dengan Amora.
59 Kecaman untuk Amora.
60 Amora yang Malang
61 Belajar hadist.
62 Persiapan resepsi.
63 Walimah itu Sunnah.
64 Rencana Amora.
65 Nasehat untuk Amora.
66 Sudah seperti keluarga.
67 Banyak yang di pelajari.
68 Keluar kota.
69 Sepasang Insan yang berbeda.
70 Nasehat Vania.
71 Nasehat Azzam
72 Belajar memasak.
73 Mencintai karena Allah
74 Penyesalan Amora.
75 Bertaubat lah.
76 Menemui Vania.
77 Ustadzah Vania
78 Bantuan Azzam.
79 Ujian.
80 Tugas mendadak.
81 Bukan wanita baik-baik.
82 Rezeki adalah ujian.
83 Tidak bisa di hubungi.
84 Hembusan angin.
85 Prosedur pertanggungjawaban.
86 Fastabiqul khairat.
87 Menasehati Rosa.
88 Setiap kesalahan adalah sebuah pelajaran.
89 Persiapan keluar kota.
90 Melepas Rindu.
91 Kebersamaan itu indah.
92 Gadis Malang.
93 Jalan terbaik.
94 Tersedak angin.
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Terdampar di Pesantren.
2
Flashback; Amukan Warga
3
Orang tua, Vania.
4
Restu dari wali.
5
Suami Istri
6
Menguatkan.
7
Belajar saling mengenal.
8
Tekanan mental.
9
Bak sebuah obat yang pahit.
10
Harus berubah seratus delapan puluh derajat.
11
Menutup aurat.
12
Cinta.
13
Jodoh tak terduga.
14
Pulang.
15
Urusan mendesak.
16
Harus meringankan beban suami.
17
Akan berusaha menjadi istri yang baik.
18
Saling membantu.
19
Sepertiga malam.
20
Berkencan.
21
Keadaan di kantor.
22
Bodyguard berlebel suami.
23
Percekcokan.
24
Cahaya dalam gelap.
25
Menjaga kehormatan.
26
Penanda tanganan proposal.
27
Permintaan.
28
Di tinggal ke Pesantren.
29
Batal Wudhu.
30
Sosok Imam yang baik.
31
Tragedi pagi hari.
32
Berita murahan.
33
Suasana Kampus.
34
Teman laki-laki.
35
Jadwal Donasi.
36
Berikhtiar dan berdoa.
37
Harus Seimbang.
38
Menunggu.
39
Balas dendam terbaik.
40
Berbelanja.
41
Jajan tanpa bawa uang.
42
Bayar hutang.
43
Berusaha.
44
Nasehat dalam sebuah hinaan.
45
Endrosan.
46
Pertemuan tak terkira.
47
Takut jarum suntik.
48
Rencana ke Pesantren.
49
Perjalanan ke pesantren.
50
Serangan tak terkira.
51
Para bodyguard.
52
Kelicikan Alvero.
53
Calon kakak ipar tidak jadi.
54
Cemburu nya seorang istri.
55
Cemburu tandanya cinta.
56
Mendengarkan Ceramah.
57
Terkuak.
58
Pertemukan dengan Amora.
59
Kecaman untuk Amora.
60
Amora yang Malang
61
Belajar hadist.
62
Persiapan resepsi.
63
Walimah itu Sunnah.
64
Rencana Amora.
65
Nasehat untuk Amora.
66
Sudah seperti keluarga.
67
Banyak yang di pelajari.
68
Keluar kota.
69
Sepasang Insan yang berbeda.
70
Nasehat Vania.
71
Nasehat Azzam
72
Belajar memasak.
73
Mencintai karena Allah
74
Penyesalan Amora.
75
Bertaubat lah.
76
Menemui Vania.
77
Ustadzah Vania
78
Bantuan Azzam.
79
Ujian.
80
Tugas mendadak.
81
Bukan wanita baik-baik.
82
Rezeki adalah ujian.
83
Tidak bisa di hubungi.
84
Hembusan angin.
85
Prosedur pertanggungjawaban.
86
Fastabiqul khairat.
87
Menasehati Rosa.
88
Setiap kesalahan adalah sebuah pelajaran.
89
Persiapan keluar kota.
90
Melepas Rindu.
91
Kebersamaan itu indah.
92
Gadis Malang.
93
Jalan terbaik.
94
Tersedak angin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!