Pulang.

"Ummi, maaf. Apa Vania boleh memeluk Ummi." 

"Tentu, sini Nak."

Ummi Aisyah langsung tersenyum hangat, meski sedikit terkejut karena begitu tiba-tiba, tangannya langsung ia ulurkan memeluk tubuh mungil itu, mendekapnya dengan penuh kasih sayang serta belaian yang lembut. Entahlah, ekspresi Vania menggambarkan kalau gadis ini benar-benar harus akan sebuah kasih sayang. Membuat ia ingin memeluknya dengan erat. 

"Nak?" Ummi sampai kaget, saat suara isak tangis terdengar jelas di telinga nya. Rupanya, bukan hanya rindu akan kasih sayang, banyak pula kesedihan di hati gadis ini. "Iya, tidak apa-apa. Menangis lah." ucapnya lagi sambil mengelus-elus kepala menantu nya ini. Sungguh kasihan, seperti apa sebenarnya perjalanan hidup yang telah di alaminya.

"Terima kasih, Ummi." Perasaan Vania kini benar-benar tak bisa di bendung. Mengingat kembali kehidupannya yang begitu gelap tak tertata. Rupanya, kemewahan, kekayaan, pangkat dan kekuasaan yang tinggi tak bisa menjamin membawa ketenangan hati. Semua gemerlap itu malah membawa dia terjerumus pada jalan yang salah, dan hatinya begitu gelap merasa kalau itu tak apa-apa. "Ya Allah, terima kasih telah membawa ku pada orang-orang baik seperti mereka."

"Masyaallah..." Afham sampai tertegun melihat pemandangan itu, tak mengira jadi ini yang di inginkan Vania sampai meminta dia untuk buru-buru masuk ke dalam. Dia sampai terkesima dan tak sadar sampai terus berdiri di depan pintu masuk.

Edward dan Ansell yang baru masuk awalnya heran kenapa Afham terus berdiri tanpa pergerakan dan detik selanjutnya Edward ikut tertegun melihat Vania yang terisak di pelukan ibu mertuanya.

"Maaf, Nak Afham. Vania sudah begitu lama kehilangan sosok Ibu, dia malah menjadi gadis yang cengeng." ucap Edward tiba-tiba.

Afham yang baru sadar akan kehadiran kedua ayahnya langsung berbalik memundurkan tubuhnya. "Abie, Dad." ucapnya sambil mengangguk.

"Tidak apa-apa Pak Edward." Ansell yang menimpali, bahkan langsung merangkul pundak besannya itu. "Kita sekarang keluarga, Ummi Afham kini juga menjadi Ummi untuk Vania. Tak perlu merasa berkecil hati. Insyaallah kita akan menjaga, Vania."

Semuanya kini duduk pada tempat masing-masing, begitupun dengan Afham, dia langsung duduk di samping istrinya dan saat itu pula Vania mulai melepaskan pelukannya.

"Ummi, maaf." Vania kini mulai menyeka air matanya, menunduk malu tak berani mengangkat kepalanya. "Maaf, aku malah membawa aib untuk keluarga pesantren. Karena aku, Ummi sekeluarga malah mendapat cemoohan, hinaan, bahkan gunjingan karena menerima menantu yang buruk seperti aku." ucapnya mulai mengeluhkan keluh kesahnya. 

Dia merasakan rasa sakit saat mendengar omongan warga dan sudah pasti keluarga pesantren juga. Karena keburukannya, keluarga pesantren jadi terbawa bawa. 

"Nak..." Ummi Aisyah malah tersenyum ramah, dan perlahan menggerakkan tangannya merapikan kembali kerudung Vania yang berantakan setelah memeluk dirinya. "Ini semua bukan aib, melainkan sebuah cobaan." tuturnya begitu lembut.

Vania sampai merasa begitu nyaman dan mulai memberanikan diri mengangkat kepalanya, "Iya maaf, Ummi. Karena aku semuanya malah mendapatkan cobaan seperti ini." ucapnya lagi masih menyalahkan dirinya sendiri.

"Tidak sayang. Ini bukan karena kamu." Ummi kembali menjawab dengan suara yang lembut, bahkan menjelaskan bahwasanya sudah barang tentu setiap muslim akan mendapatkan cobaan di dunia. Dari manapun arahnya, pada siapapun menimpa nya, baik pada diri sendiri maupun pada anggota keluarga yang lain. Cobaan pasti akan menimpa siapapun, namun itu bukanlah poin utamanya. Cobaan hanya sebuah talak ukur keimanan kita, akankah kita sabar mendapatkan cobaan itu, atau kita malah marah-marah. 

"Jadi kamu tidak perlu merasa bersalah, ataupun terpuruk dalam sebuah cobaan. Yakinlah setiap cobaan dan masalah baik itu kecil atau besar, semua adalah qodar Allah, jika kita melewati dan menerimanya dengan keyakinan akan semua asma asma Allah, semuanya tidak akan terasa berat, Nak."

"Iya Ummi. Terima kasih." Vania kini mulai tersenyum, setelah mendengar nasihat ummi dia jadi tahu, sungguh menakjubkan perilaku orang-orang mukmin, semua keadaan adalah baik. Jika memperoleh kesenangan mereka akan bersyukur, dan jika di timpa masalah dan kesusahan mereka bersabar, dan dalam tertimpa cobaan pun itu baik bagi mereka.

"Iya, sekarang bersiaplah. Kita akan pulang."

... ***...

Pintu utama sebuah Mansion sudah terbuka lebar, sang sopir mulai menunduk menyapa sang majikan yang mulai masuk melaluinya. Di lihatnya mobil Pak Ansell yang sudah biasa ia layani. Disusul juga mobil Tuan muda Afham  yang sudah bak seperti hal yang tak boleh di langgar kalau seorang anak tidak akan mendahului orang tuanya. Dan di susul juga tiga mobil di belakang yang membuat dia keheranan.

"Ada acara apa ini. Seperti mau pawai saja." gumamnya heran.

Pak Edward sampai tersenyum melihat tingkah satpam yang kebingungan melihat rombongan mobilnya, di belakangnya adalah mobil para bodyguard nya dan satu mobil di belakangnya lagi ada mobil Amora yang ikut mengantar Vania ke rumah kediaman suaminya.

Semua mobil itu masuk, meski jumlah nya cukup banyak tapi itu tak membuat halaman Mansion itu jadi penuh. Halaman masih terlihat begitu luas membuktikan seberapa besar Mansion itu.

Amora dan Mommy nya bahkan sampai menohok tak percaya. Benarkah demikian kalau ini kediaman suaminya Vania. Mereka benar-benar syok, tidak sesuai ekspektasi ternyata suami Vania orang kaya bahkan Mansion ini lebih besar dari Mansion Edward.

"Astaga, Mom. Ini tidak nyata kan. Tidak mungkin, tidak mungkin suami Vania sekaya ini." Amora sampai hampir kehabisan nafas menolak untuk percaya. Seharusnya tidak seperti ini, Vania harus terpuruk, Vania harus merasakan kesengsaraan bukan malah sebuah kemewahan. "Mom. Katakan kalau ini tidak benar." ucapnya lagi.

"Tenang Amora. Jaga sikap mu. Mommy tahu apa yang kamu rasakan sekarang. Tapi tahanlah. Ayo kita turun dan lihat ke dalam."

Jika Amora bak mendapatkan tamparan keras akan fakta ini, tidak dengan Vania. Sejak dia melihat mas kawin dari suaminya saja dia sudah bisa menebak sekaya apa keluarga mereka, jadi dia terlihat biasa saja terlebih dia juga sudah terbiasa dengan kehidupan mewah. Yang ada di pikiran Vania sekarang bukan tentang itu, tapi bisakah dia memulai awal kehidupan barunya dengan baik-baik saja.

"Dad." Vania bahkan langsung memanggil sang Daddy untuk menguatkan hatinya. "Haruskah Vania langsung pindah ke sini. Vania pasti merindukan Daddy." rengek nya sambil meraih lengan Daddy-nya itu. Tak apa dia di ledek manja oleh Sifa. Toh ini memang kenyataan, dia belum siap.

"Vania, kau hanya pindah rumah. Kita tidak akan berpisah, kapanpun kau mau kau bisa pulang ke rumah dan menemui Daddy." Edward menjawab dengan tegas, bahkan langsung mengelus kepala putri nya itu. Jangan manja karena sekarang status nya sudah berbeda. "Taati lah Nak Afham, dan jadilah istri yang baik." serunya lagi. 

Edward kini langsung meraih tangan Vania dan dia satukan dengan tangan suaminya. "Nak Afham, Daddy titip Vania. Tolong bimbingan dia." ucapnya berusaha untuk tak menangis melepaskan tanggung jawab dari putrinya ini. Meski tak dia ucapkan sejujurnya dia percaya Afham pasti akan memberikan yang terbaik untuk putrinya.

"Insyaallah, Dad." Afham langsung mengiyakan dengan tegas, bahkan langsung menggenggam tangan Vania dengan erat. Memberikan ketenangan pada ayah mertua itu, kalau dia akan menerima tanggung jawab ini, Vania sekarang istrinya jadi sudah sewajibnya dia menjaga dan membimbingnya.

"Terima kasih." Edward langsung tersenyum lebar, di seka nya air mata Vania yang terlihat mau menetes, "Dasar cengeng. Jangan menangis. Kau tidak malu pada suami mu." omelnya berusaha memecah kesedihan di hati Vania bahkan dia langsung mencubit pipi putrinya itu.

"Aww, sakit Dad. Vania tidak cengeng." 

"Iya-iya. Sekarang masuk lah, Daddy akan langsung pulang."

"Mas, kok langsung pulang?" Mommy Amora yang heboh, padahal dia sudah begitu penasaran seperti apa keadaan di dalam, apakah semewah dari keadaan di luar, atau biasa saja, ayolah dia begitu penasaran seperti apa sebenarnya keluarga Afham. "Apa kita masuk dulu, mungkin Vania masih ingin di temani." timpalnya lagi.

"Tidak, lain kali saja." Edward menjawab dengan singkat. Dia sengaja tidak ingin berlama-lama dan mengganggu mereka. Terlalu banyak kejadian yang terjadi, sudah jelas mereka butuh istirahat, bahkan diapun demikian. Dia pun langsung berpamitan pada Pak Ansell sekeluarga. Tak lupa berpamitan kepada putrinya.

Semua orang masuk, dan saat itu pula Khumaira mulai mendekati Vania, jika tadi dia berusaha untuk tak bertingkah karena masih ada Pak Edward tidak dengan sekarang, dia benar-benar sudah tak tahan ingin mengoceh dengan kakak ipar nya ini.

"Mentang-mentang mau malam pertama kau lupa pada ku." Bisik nya sambil cengengesan terlebih setelah melihat ekspresi Vania dia benar-benar ingin mentertawakan sahabatnya itu. Lihat, Vania bahkan sampai reflek melepaskan genggaman tangan Abang nya. "Tak usah malu-malu." bisik nya lagi, dan kembali menjauh, dia sudah bisa menebak Vania akan membalas keusilannya.

"Aisst... Sifa." Vania benar-benar naik darah, coba kalau Ummi dan Abie sudah tidak ada di sana dia benar-benar akan memukul adik iparnya itu. "Sini kau!" ucapnya pelan sambil melihat keadaan takut kepergok Ummi dia telah menganiaya putri nya.

Afham yang sadar akan percekcokan dua gadis itu hanya bisa menghela nafas, sudahlah, mau dia pura-pura tidak mendengar pun dia mendengar jelas perkataan Khumaira tadi. Biarkan saja mereka sibuk dengan keusilan masing-masing.

"Khumaira, Dek. Hati-hati, di depan kalian ada tangga." Ucapnya mengingatkan. Mau bagaimana lagi, perhatian saja mereka berdua dari kejauhan.

Terpopuler

Comments

Moh Yasin

Moh Yasin

syok kan amora

2024-08-15

0

MasyaAllah
lebih kaya ya moeraaa dasar matrekk

2024-02-28

1

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

Yahhhh berasa dikit ya baca nya sangking syukak nya akuhhh cerita ini 🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭🤭
Lagii dunk kak 🤭🤭

2023-12-31

0

lihat semua
Episodes
1 Terdampar di Pesantren.
2 Flashback; Amukan Warga
3 Orang tua, Vania.
4 Restu dari wali.
5 Suami Istri
6 Menguatkan.
7 Belajar saling mengenal.
8 Tekanan mental.
9 Bak sebuah obat yang pahit.
10 Harus berubah seratus delapan puluh derajat.
11 Menutup aurat.
12 Cinta.
13 Jodoh tak terduga.
14 Pulang.
15 Urusan mendesak.
16 Harus meringankan beban suami.
17 Akan berusaha menjadi istri yang baik.
18 Saling membantu.
19 Sepertiga malam.
20 Berkencan.
21 Keadaan di kantor.
22 Bodyguard berlebel suami.
23 Percekcokan.
24 Cahaya dalam gelap.
25 Menjaga kehormatan.
26 Penanda tanganan proposal.
27 Permintaan.
28 Di tinggal ke Pesantren.
29 Batal Wudhu.
30 Sosok Imam yang baik.
31 Tragedi pagi hari.
32 Berita murahan.
33 Suasana Kampus.
34 Teman laki-laki.
35 Jadwal Donasi.
36 Berikhtiar dan berdoa.
37 Harus Seimbang.
38 Menunggu.
39 Balas dendam terbaik.
40 Berbelanja.
41 Jajan tanpa bawa uang.
42 Bayar hutang.
43 Berusaha.
44 Nasehat dalam sebuah hinaan.
45 Endrosan.
46 Pertemuan tak terkira.
47 Takut jarum suntik.
48 Rencana ke Pesantren.
49 Perjalanan ke pesantren.
50 Serangan tak terkira.
51 Para bodyguard.
52 Kelicikan Alvero.
53 Calon kakak ipar tidak jadi.
54 Cemburu nya seorang istri.
55 Cemburu tandanya cinta.
56 Mendengarkan Ceramah.
57 Terkuak.
58 Pertemukan dengan Amora.
59 Kecaman untuk Amora.
60 Amora yang Malang
61 Belajar hadist.
62 Persiapan resepsi.
63 Walimah itu Sunnah.
64 Rencana Amora.
65 Nasehat untuk Amora.
66 Sudah seperti keluarga.
67 Banyak yang di pelajari.
68 Keluar kota.
69 Sepasang Insan yang berbeda.
70 Nasehat Vania.
71 Nasehat Azzam
72 Belajar memasak.
73 Mencintai karena Allah
74 Penyesalan Amora.
75 Bertaubat lah.
76 Menemui Vania.
77 Ustadzah Vania
78 Bantuan Azzam.
79 Ujian.
80 Tugas mendadak.
81 Bukan wanita baik-baik.
82 Rezeki adalah ujian.
83 Tidak bisa di hubungi.
84 Hembusan angin.
85 Prosedur pertanggungjawaban.
86 Fastabiqul khairat.
87 Menasehati Rosa.
88 Setiap kesalahan adalah sebuah pelajaran.
89 Persiapan keluar kota.
90 Melepas Rindu.
91 Kebersamaan itu indah.
92 Gadis Malang.
93 Jalan terbaik.
94 Tersedak angin.
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Terdampar di Pesantren.
2
Flashback; Amukan Warga
3
Orang tua, Vania.
4
Restu dari wali.
5
Suami Istri
6
Menguatkan.
7
Belajar saling mengenal.
8
Tekanan mental.
9
Bak sebuah obat yang pahit.
10
Harus berubah seratus delapan puluh derajat.
11
Menutup aurat.
12
Cinta.
13
Jodoh tak terduga.
14
Pulang.
15
Urusan mendesak.
16
Harus meringankan beban suami.
17
Akan berusaha menjadi istri yang baik.
18
Saling membantu.
19
Sepertiga malam.
20
Berkencan.
21
Keadaan di kantor.
22
Bodyguard berlebel suami.
23
Percekcokan.
24
Cahaya dalam gelap.
25
Menjaga kehormatan.
26
Penanda tanganan proposal.
27
Permintaan.
28
Di tinggal ke Pesantren.
29
Batal Wudhu.
30
Sosok Imam yang baik.
31
Tragedi pagi hari.
32
Berita murahan.
33
Suasana Kampus.
34
Teman laki-laki.
35
Jadwal Donasi.
36
Berikhtiar dan berdoa.
37
Harus Seimbang.
38
Menunggu.
39
Balas dendam terbaik.
40
Berbelanja.
41
Jajan tanpa bawa uang.
42
Bayar hutang.
43
Berusaha.
44
Nasehat dalam sebuah hinaan.
45
Endrosan.
46
Pertemuan tak terkira.
47
Takut jarum suntik.
48
Rencana ke Pesantren.
49
Perjalanan ke pesantren.
50
Serangan tak terkira.
51
Para bodyguard.
52
Kelicikan Alvero.
53
Calon kakak ipar tidak jadi.
54
Cemburu nya seorang istri.
55
Cemburu tandanya cinta.
56
Mendengarkan Ceramah.
57
Terkuak.
58
Pertemukan dengan Amora.
59
Kecaman untuk Amora.
60
Amora yang Malang
61
Belajar hadist.
62
Persiapan resepsi.
63
Walimah itu Sunnah.
64
Rencana Amora.
65
Nasehat untuk Amora.
66
Sudah seperti keluarga.
67
Banyak yang di pelajari.
68
Keluar kota.
69
Sepasang Insan yang berbeda.
70
Nasehat Vania.
71
Nasehat Azzam
72
Belajar memasak.
73
Mencintai karena Allah
74
Penyesalan Amora.
75
Bertaubat lah.
76
Menemui Vania.
77
Ustadzah Vania
78
Bantuan Azzam.
79
Ujian.
80
Tugas mendadak.
81
Bukan wanita baik-baik.
82
Rezeki adalah ujian.
83
Tidak bisa di hubungi.
84
Hembusan angin.
85
Prosedur pertanggungjawaban.
86
Fastabiqul khairat.
87
Menasehati Rosa.
88
Setiap kesalahan adalah sebuah pelajaran.
89
Persiapan keluar kota.
90
Melepas Rindu.
91
Kebersamaan itu indah.
92
Gadis Malang.
93
Jalan terbaik.
94
Tersedak angin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!