Tekanan mental.

Hati Amora semakin gelisah, Jasmine benar-benar tak bisa di hubungi padahal ada hal yang harus di bereskan. Dia harus menyuruh temanya itu mendatangi bar semalam, untuk menghilangkan bukti cctv, kalau tidak bergerak cepat, bisa jadi Om Edward yang akan bergerak duluan.

"Aisst, Jasmine sialan." umpatnya dalam hati, dia kini langsung mendekati sang Mommy yang tengah berbincang dengan Om Edward dan keluarga pesantren, jadi kesal sendiri, bisa-bisanya mommy nya itu masih mencari muka di saat keadaan mereka bisa saja terancam.

"Mom." Panggilnya dengan telepati yang begitu meyakinkan, dia pun langsung berbisik saat Mommy nya benar-benar mengerti dan mendekati nya. "Cari alasan yang bagus, kita harus segera pergi dari sini."

"Iya, tenang lah. Jangan memasang wajah ketakutan seperti itu. Terlihat jelas kalau kau memang telah melakukan kesehatan, Amora." Mommy Amora ikut berbisik, setelahnya langsung memasang senyum yang begitu lebar. "Akh, kau memang putri yang pengertian, baiklah Mommy akan membantu mu menyiapkan semuanya." ucapnya dengan begitu lantang agar orang-orang yang di dalam mendengar perkataannya.

Dan benar saja, Edward langsung mempertanyakan apa yang sedang dua wanita itu bicarakan. "Ada apa Amora, apa terjadi sesuatu."

"Akh tidak Mas. Amora hanya ingin pulang terlebih dahulu, katanya dia ingin memberi kejutan di rumah sebelum Vania dan suaminya itu pulang ke sana." Mommy Amora yang menjawab, bahkan dia memasang wajah bangga kalau putrinya ini benar-benar peduli dan sayang pada sepupunya. "Tidak apa-apa kan Mas kalau kita pulang lebih awal?"

"Terima kasih atas perhatiannya, tapi Vania tidak akan pulang ke rumah. Dia akan pulang ke rumah suaminya." Edward langsung menjawab, bahkan mengatakan kalau pasutri itu akan pulang nanti menjelang malam setelah mereka pengajian bersama. "Kalian akan ikut mengantar Vania kan?"

"Pulang ke rumah suaminya?" Mommy Amora sampai kaget dan bertanya-tanya dalam hati, dia kira di komplek pesantren ini lah suaminya itu tinggal. "Oh. Lalu bagaimana dengan perlengkapan pakaian dan keperluan Vania yang lainnya, haruskah aku mengemasnya dan membawakannya kesini?" tanyanya menawarkan diri, dia tahu seperti apa Vania, gadis itu sudah terbiasa menggunakan barang-barang mewah pasti tak mau menerima pemberian suaminya, yang jelas pemberian nya itu pasti biasa saja.

"Tidak usah, segala keperluan Vania akan di siapkan oleh Nak Afham. Jadi kalian tidak perlu repot-repot."

"Apa? Semudah itu?" Amora dan mommy nya sampai kaget, bukan kah ini pernikahan yang begitu mendadak bahkan di paksa, tapi kenapa dengan begitu mudah pihak lelakinya bisa langsung mencukupi segala keperluan Vania tanpa terkecuali. Sebenarnya siapa keluarga Pak Ansell ini. "Oh, begitukah. Rupanya keluarga Pak Ansell begitu baik hati." Mommy Amora kini langsung menatap Pak Ansell, mengangguk pelan sampai tak henti-hentinya berterima kasih.

"Jangan terlalu berlebihan Bu, itu bukan apa-apa karena memang sudah tanggung jawab putra saya." Ansell langsung menimpali,  menceritakan kalau dia bahkan tak mengeluarkan sepeser pun, itu mulus pemberian Afham bukti tanggung jawabnya kepada sosok istrinya.

"Tidak mungkin." Amora sampai tersenyum ketir, kenapa kehidupan Vania selalu saja terlihat begitu senang. Bahkan di saat dia di tuduh berzina saja dan di nikahkan paksa kehidupan Vania malah terlihat baik-baik saja, itu membuat nya begitu kesal, seharusnya Vania berada dalam kesengsaraan yang nyata.

Sementara itu, Azzura perlahan mengetuk pintu, walau ragu takut mengganggu dia harus mematuhi perintah Ummi Aisyah mengantarkan sesuatu milik Kaka sepupunya. "Assalamualaikum, Kak Afham. Maaf mengganggu, aku membawakan kunci yang tadi, Ummi meminta ku mengantarkan nya ke sini." 

"Waalaikumsalam. Masuk, Dek."

Azzura perlahan membuka pintu, dengan ragu mulai mendekati pasutri baru itu, di simpan nya sebuah nampan berisi dua gelas air beserta beberapa cemilan, begitupun dua buah kunci yang tadi di jadikan Kak Afham sebagai bukti mas kawin ada di nampan itu dan dia simpan di sebuah meja kecil di samping sofa.

"Ini kunci milik Kak Vania. Dan ini minumannya. Kata Ummi setelah terbangun tadi Kak Vania belum minum dan memakan apapun." 

Vania sampai tersentuh, betapa perhatian nya mereka. Padahal dia hanya orang asing yang membawa aib untuk keluarganya. "Terima kasih." ucapnya mulai mengakrabkan diri. Dia bahkan langsung meminta Azzura untuk tetap di sana menemani nya. Jujur, keadaan di ruangan itu benar-benar canggung saat hanya ada dia dan Afham saja. "Itupun kalau tidak sedang repot, kamu bisa terus di sini kan?"

Azzura bingung, dia langsung menatap kak Afham meminta pendapat nya, dia memang tidak sibuk karena perkejaan di dapur sudah selesai, tapi tetap saja mungkin kabeberan nya di sini bisa mengganggu.

"Iya, tetap lah di sini." Afham langsung mengiyakan, justru ini sebuah kemajuan saat Vania dengan sendirinya ingin lebih dekat satu sama lain, karena mereka sama-sama wanita mungkin mereka akan lebih terbuka. 

Azzura mengangguk, langsung mengambil sebuah karpet untuk menjadikan tempat duduknya, saat karpet itu sudah terpasang rapi dia kaget karena Kak Vania juga malah ikut duduk di bawah bersama nya. "Kak, di sini dingin. Kak Vania duduk di sofa saja."

"Tidak, di sini lebih nyaman." 

Ada perasaan lega di hati Afham, rupanya gadis asing yang bahkan dia tidak tahu kepribadian nya seperti apa kini mulai mengadaptasikan dirinya. Afham kini bisa melihat ekspresi wajahnya yang perlahan membaik tak muram seperti sebelumnya, tekanan mental nya perlahan membaik. Dia pun langsung ikut duduk di bawah setelah membawa nampan berisi cemilan tadi.

"Makanlah, tubuh adek pasti akan semakin lemas kalau tak di isi apapun!"

Vania sampai kaget, pada akhirnya semua duduk di bawah. "Iya, terima kasih." Dia perlahan melihat nampan itu, saat melihat dua kunci yang sama-sama ada di sana dia jadi ingat tadi Azzura mengatakan kalau kunci ini miliknya. "Kunci ini milik ku, tapi aku tidak merasa itu memiliki ku." ucapnya lagi sambil keheranan.

Azzura sampai termangap, apa istri kakak sepupunya ini tidak ingin saat ijab kabul tadi kenapa tidak mengingat akan kunci yang sudah menjadi miliknya ini. "Itu mas kawin yang Kak Afham berikan, Kak." ucapnya menjelaskan.

Afham sendiri masih terdiam, tidak heran, dia sadar betul kalau tadi Vania seperti kehilangan kesadaran bak tenggelam dalam tekanan. "Iya, Dek. Itu milik adek, jadi simpan lah."

Vania sampai tertegun, apa seterpuruk itu dirinya sampai hampir kehilangan ingatannya, namun sekarang bukan itu yang harus dia permasalahkan, melainkan mas kawin ini, dari bentuk kuncinya saja dia tahu itu kunci sebuah mobil mewah, bahkan kunci apartemen itu pun bukan apartemen biasa melainkan kelas Penthouse. Dan jelas dia tak bisa menerima itu begitu saja.

"Kenapa, kenapa harus sebanyak ini?" Vania langsung menatap Afham dengan sorotan mata yang begitu heran, apa sebenarnya yang di pikiran lelaki ini, dia bingung, semua yang di lakukan nya benar-benar di luar nalar akal sehatnya. Secara logika, tidak akan ada orang yang akan memperlakukan orang asing yang bahkan telah mencoreng nama baiknya dengan sikap baik seperti ini, lelaki itu terlalu baik sampai membuat dia bertanya-tanya, apakah ada sesuatu di balik kebaikan nya itu, dia menjadi muak, terlalu sering dia di hadapkan dengan orang munafik yang berkedok baik dan pada akhirnya menyakiti nya. 

"Anda seharusnya membenci saya, kenapa malah memperlakukan saya dengan berlebihan." Suara Vania bahkan terdengar begitu dingin, sesak rasanya, tidakkah semua orang berwatak sama, terlebih kenapa Afham tidak menjawab pertanyaannya, kenapa lelaki itu masih mau menikahinya meski tahu dia seorang wanita nakal bahkan seorang pendosa. "Seharusnya anda bersikap biasa saja, karena setelah semua masalah ini mulai mereda, anda bisa menceraikan saya kapan saja." 

"Astaghfirullah..." Azzura yang kaget, terlebih saat melihat mata Vania yang mulai berkaca-kaca, dia jadi merasa kalau dia memang seharusnya tidak di sana. "Kak, aku permisi. Aku lupa kalau tadi bunda sedang menunggu ku." ucapnya pamit, tidak ada alasan lain, dia benar-benar harus meninggalkan mereka berdua. Kak Afham adalah suaminya, dia tahu betul Kak Afham lebih paham dan bagaimana menyikapi istrinya itu.

Terpopuler

Comments

Moh Yasin

Moh Yasin

ah tau aja km Azzura pengertian

2024-08-14

0

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

Si Bocil calon Dokter tau aja 🤭

2023-12-29

3

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

Tidak semua orang itu Munafik Vania 🫣

2023-12-29

0

lihat semua
Episodes
1 Terdampar di Pesantren.
2 Flashback; Amukan Warga
3 Orang tua, Vania.
4 Restu dari wali.
5 Suami Istri
6 Menguatkan.
7 Belajar saling mengenal.
8 Tekanan mental.
9 Bak sebuah obat yang pahit.
10 Harus berubah seratus delapan puluh derajat.
11 Menutup aurat.
12 Cinta.
13 Jodoh tak terduga.
14 Pulang.
15 Urusan mendesak.
16 Harus meringankan beban suami.
17 Akan berusaha menjadi istri yang baik.
18 Saling membantu.
19 Sepertiga malam.
20 Berkencan.
21 Keadaan di kantor.
22 Bodyguard berlebel suami.
23 Percekcokan.
24 Cahaya dalam gelap.
25 Menjaga kehormatan.
26 Penanda tanganan proposal.
27 Permintaan.
28 Di tinggal ke Pesantren.
29 Batal Wudhu.
30 Sosok Imam yang baik.
31 Tragedi pagi hari.
32 Berita murahan.
33 Suasana Kampus.
34 Teman laki-laki.
35 Jadwal Donasi.
36 Berikhtiar dan berdoa.
37 Harus Seimbang.
38 Menunggu.
39 Balas dendam terbaik.
40 Berbelanja.
41 Jajan tanpa bawa uang.
42 Bayar hutang.
43 Berusaha.
44 Nasehat dalam sebuah hinaan.
45 Endrosan.
46 Pertemuan tak terkira.
47 Takut jarum suntik.
48 Rencana ke Pesantren.
49 Perjalanan ke pesantren.
50 Serangan tak terkira.
51 Para bodyguard.
52 Kelicikan Alvero.
53 Calon kakak ipar tidak jadi.
54 Cemburu nya seorang istri.
55 Cemburu tandanya cinta.
56 Mendengarkan Ceramah.
57 Terkuak.
58 Pertemukan dengan Amora.
59 Kecaman untuk Amora.
60 Amora yang Malang
61 Belajar hadist.
62 Persiapan resepsi.
63 Walimah itu Sunnah.
64 Rencana Amora.
65 Nasehat untuk Amora.
66 Sudah seperti keluarga.
67 Banyak yang di pelajari.
68 Keluar kota.
69 Sepasang Insan yang berbeda.
70 Nasehat Vania.
71 Nasehat Azzam
72 Belajar memasak.
73 Mencintai karena Allah
74 Penyesalan Amora.
75 Bertaubat lah.
76 Menemui Vania.
77 Ustadzah Vania
78 Bantuan Azzam.
79 Ujian.
80 Tugas mendadak.
81 Bukan wanita baik-baik.
82 Rezeki adalah ujian.
83 Tidak bisa di hubungi.
84 Hembusan angin.
85 Prosedur pertanggungjawaban.
86 Fastabiqul khairat.
87 Menasehati Rosa.
88 Setiap kesalahan adalah sebuah pelajaran.
89 Persiapan keluar kota.
90 Melepas Rindu.
91 Kebersamaan itu indah.
92 Gadis Malang.
93 Jalan terbaik.
94 Tersedak angin.
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Terdampar di Pesantren.
2
Flashback; Amukan Warga
3
Orang tua, Vania.
4
Restu dari wali.
5
Suami Istri
6
Menguatkan.
7
Belajar saling mengenal.
8
Tekanan mental.
9
Bak sebuah obat yang pahit.
10
Harus berubah seratus delapan puluh derajat.
11
Menutup aurat.
12
Cinta.
13
Jodoh tak terduga.
14
Pulang.
15
Urusan mendesak.
16
Harus meringankan beban suami.
17
Akan berusaha menjadi istri yang baik.
18
Saling membantu.
19
Sepertiga malam.
20
Berkencan.
21
Keadaan di kantor.
22
Bodyguard berlebel suami.
23
Percekcokan.
24
Cahaya dalam gelap.
25
Menjaga kehormatan.
26
Penanda tanganan proposal.
27
Permintaan.
28
Di tinggal ke Pesantren.
29
Batal Wudhu.
30
Sosok Imam yang baik.
31
Tragedi pagi hari.
32
Berita murahan.
33
Suasana Kampus.
34
Teman laki-laki.
35
Jadwal Donasi.
36
Berikhtiar dan berdoa.
37
Harus Seimbang.
38
Menunggu.
39
Balas dendam terbaik.
40
Berbelanja.
41
Jajan tanpa bawa uang.
42
Bayar hutang.
43
Berusaha.
44
Nasehat dalam sebuah hinaan.
45
Endrosan.
46
Pertemuan tak terkira.
47
Takut jarum suntik.
48
Rencana ke Pesantren.
49
Perjalanan ke pesantren.
50
Serangan tak terkira.
51
Para bodyguard.
52
Kelicikan Alvero.
53
Calon kakak ipar tidak jadi.
54
Cemburu nya seorang istri.
55
Cemburu tandanya cinta.
56
Mendengarkan Ceramah.
57
Terkuak.
58
Pertemukan dengan Amora.
59
Kecaman untuk Amora.
60
Amora yang Malang
61
Belajar hadist.
62
Persiapan resepsi.
63
Walimah itu Sunnah.
64
Rencana Amora.
65
Nasehat untuk Amora.
66
Sudah seperti keluarga.
67
Banyak yang di pelajari.
68
Keluar kota.
69
Sepasang Insan yang berbeda.
70
Nasehat Vania.
71
Nasehat Azzam
72
Belajar memasak.
73
Mencintai karena Allah
74
Penyesalan Amora.
75
Bertaubat lah.
76
Menemui Vania.
77
Ustadzah Vania
78
Bantuan Azzam.
79
Ujian.
80
Tugas mendadak.
81
Bukan wanita baik-baik.
82
Rezeki adalah ujian.
83
Tidak bisa di hubungi.
84
Hembusan angin.
85
Prosedur pertanggungjawaban.
86
Fastabiqul khairat.
87
Menasehati Rosa.
88
Setiap kesalahan adalah sebuah pelajaran.
89
Persiapan keluar kota.
90
Melepas Rindu.
91
Kebersamaan itu indah.
92
Gadis Malang.
93
Jalan terbaik.
94
Tersedak angin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!