Suami Istri

Amora mengemudikan mobilnya sambil menengok kiri kanan, menyusuri jalanan yang tadi Om Edward katakan. "Dimana sih, Mom. Kita tidak akan nyasar kan?" ucapnya pada sang ibu. Perasaan perjalanan mereka sudah cukup jauh dari jalanan kota tapi tak kunjung menemukan pesantren juga.

"Apa mungkin di sana?"

Amora langsung tersenyum lebar saat Mommy nya menunjukan sebuah plang yang bertuliskan pondok pesantren, tidak salah lagi di sinilah tempatnya.

"Mom, apa tidak salah Vania di sini? Kenapa ramai sekali?" Amora sampai keheranan, kenapa begitu banyak warga dan banyak kendaraan, dari sebuah motor, mobil, semua kendaraan itu memenuhi pekarangan pesantren bahkan mobil sang Om pun juga terparkir di sana.

"Tidak salah lagi, Om mu pasti di sini Amora."

Mereka berdua langsung turun, walau cukup ragu melihat keadaan sekitar, mobil Edward meyakinkan mereka untuk masuk ke sana.

"Permisi Pak, Bu." Mommy Amora mulai bertanya, meski warga sekitar terlihat begitu lusuh bahkan keadaan di sekitar pun cukup kumuh, dia harus mencari tahu dan mendekati mereka. "Apa terjadi sesuatu, kenapa begitu banyak orang?"

Para warga tak langsung menjawab, mereka lebih hati-hati terlebih ini menyangkut nama baik pesantren, bagaimanapun bagi mereka Nak Afham merupakan sosok yang mereka hormati, justru mereka sampai mendesak pernikahan ini untuk mencari jalan keluar yang terbaik, mereka tidak mau aib ini tersebar luas dan akan lebih menodai keimanan mereka.

"Maaf sebelumnya kalian siapa?"

"Kita saudara pemilik mobil itu?" Kini Amora yang bicara, dia berusaha meyakinkan mereka karena terlihat jelas kalau warga-warga itu terlihat begitu hati-hati. "Kita sedang mencari kakak sepupu saya yang katanya sedang ada di sini."

Para warga langsung berbisik, mungkin mereka berdua itu keluarga Pak Edward, dan sepertinya tidak apa-apa kalau mereka menceritakan apa yang sedang terjadi di dalam.

"Oh, keluarga Pak Edward ya. Beliau sedang di dalam, pernikahan nya sudah selesai dari tadi. Jadi silahkan masuk."

"Pernikahan? Siapa yang menikah?" Mommy Amora sampai terperanjat, apa hubungannya Vania dan pernikahan, mereka kesini untuk menemui Edward yang sedang menjemput Vania.

"Oh, kita kira ibu sudah di beri tahu."

Amora yang sama-sama syok begitu penasaran sampai reflek mendekati warga itu. "Pak, tolong jelaskan sejelas jelasnya, apa sebenarnya yang telah terjadi?"

"Ada sebuah tragedi, Non. Non Vania dan Gus Afham yang merupakan bagian keluarga pesantren tadi malam melakukan hal yang tak sepatutnya, mereka di gerebek warga dan kini langsung di nikahkan."

"Oh my God." Amora sampai tak percaya, bahkan sampai mengibaskan tangannya saking kagetnya. Jadi maksudnya rencananya benar-benar berjalan lancar meski melenceng tidak pada sasaran. "Mom!" Dia langsung menatap sang Mommy, memberi isyarat kalau kabar ini benar-benar membuat dia senang.

"Baik Pak, terimakasih infonya. Biar kita masuk ke dalam."

Sementara itu keadaan di dalam, setelah kata Syah terdengar menggema di ruangan itu, kini kecanggungan yang Vania dan Afham rasakan. Tak ada tutur kata, tak saling bicara, bak tenggelam dalam dunia nya masing-masing mereka hanya diam. Bahkan setelah ijab kabul pun, yang seharusnya seorang istri mengulurkan tangannya tuk mengecup punggung tangan suaminya, Vania bahkan tak melakukannya, gadis itu benar-benar mematung tanpa pergerakan.

Sedangkan para orang tua kini punya kesibukan tersendiri, para lelaki mulai berbincang dengan urusan masing-masing. Azzura, ummi Aisyah dan juga bunda Alika mulai pergi ke dapur membantu bi Narmi menyiapkan hidangan untuk para tamu undangan dan juga para warga yang masih berkumpul di sana.

Meski ini sebuah pernikahan yang mungkin tidak di inginkan, rasa syukur meski mereka utarakan, di waktu yang tak di sangka mereka bisa mengikat dua insan dalam sebuah pernikahan yang memang itu sebuah sunah yang di anjurkan.

Afham yang merasa kecanggungan ini harus di hilangkan kini mulai menatap gadis yang kini sudah berstatus sebagai istrinya. Dia sampai menghela nafas, hampir tak percaya ini benar-benar terjadi padanya. 

Iya, Afham tahu, pernikahan tidak lah boleh di dasari atas paksaan dan ketidak sukaan, sebuah pernikahan harus di dasari cinta dan kasih sayang karena di antara tujuan pernikahan adalah untuk meraih sakinah mawadah warahmah. Dan dia berjanji akan mewujudkan itu. Sebelumnya dia memang tak mengenal sang istri, tak ada perasaan suka maupun sayang.

Tapi mulai sekarang dia akan berusaha untuk lebih mengenalnya dan menyayangi, selayaknya sepasang suami istri yang saling mencintai, dia akan berusaha mewujudkan pernikahan yang diridhoi Allah. Walau mungkin akan memakan proses yang lama, dia akan berusaha bersabar menjalani nya.

"Dek, ini sudah selesai, adek bisa kembali duduk di sofa." ucap Afham dengan lembut. Iya, saat melangsungkan akad tadi, mereka menggelar tikar beralaskan sebuah karpet saja agar lebih leluasa, bahkan jarak dia dengan sang istri pun kini begitu dekat hanya berjarak dua jengkal saja. "Dek." panggilnya lagi karena istrinya itu masih menunduk dengan raut wajah yang murung.

Afham bisa merasakan semuanya, mungkin bagi Vania yang terbilang masih muda, ini begitu berat bak pukulan yang tajam, bahkan tanpa di sadari kejadian ini akan menjadi tekanan mental untuk Vania sendiri.

"Maaf..." Lirih Afham sambil mengelus kepala Vania yang kini terhalang sebuah pasmina milik Azzura. Bukan hanya karena Vania kini sudah menjadi istrinya, sebelumnya pun dia begitu mengasihaninya. "Bersabarlah, pasti ada hikmah di balik semua ini, Dek."

Vania sampai terperanjat, sentuhan tangan lembut Afham benar-benar mengagetkan nya bahkan saat sadar jarak di antara mereka begitu dekat dia reflek memundurkan tubuhnya. "Aku bisa melepaskan ini kan?" ucapnya tiba-tiba. Tidak ingin menggubris perkataan Afham, dia hanya ingin melepaskan kain penutup kepala nya karena tidak nyaman mengenakan nya.

"Ya Allah." Afham hanya bisa terdiam, rupanya kini tugasnya begitu berat, tidak mudah menuntun istrinya ini yang notabene nya mungkin tidak mengenal ajaran aqidah Islam. Namun ia tak akan menyerah, Vania adalah istrinya jadi dia wajib membimbingnya.

Terpopuler

Comments

Moh Yasin

Moh Yasin

dek vania jgn terlalu benci nanti jadi cinta lo

2024-08-14

0

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

Sabar Babang sabar 🤭🤭
Ini Ujian 🤭🤭🤭🤭🤭

2023-12-29

3

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

Dek..........
dengar atuh dek apa kata si Abang Cuami 🤭🤭

2023-12-29

0

lihat semua
Episodes
1 Terdampar di Pesantren.
2 Flashback; Amukan Warga
3 Orang tua, Vania.
4 Restu dari wali.
5 Suami Istri
6 Menguatkan.
7 Belajar saling mengenal.
8 Tekanan mental.
9 Bak sebuah obat yang pahit.
10 Harus berubah seratus delapan puluh derajat.
11 Menutup aurat.
12 Cinta.
13 Jodoh tak terduga.
14 Pulang.
15 Urusan mendesak.
16 Harus meringankan beban suami.
17 Akan berusaha menjadi istri yang baik.
18 Saling membantu.
19 Sepertiga malam.
20 Berkencan.
21 Keadaan di kantor.
22 Bodyguard berlebel suami.
23 Percekcokan.
24 Cahaya dalam gelap.
25 Menjaga kehormatan.
26 Penanda tanganan proposal.
27 Permintaan.
28 Di tinggal ke Pesantren.
29 Batal Wudhu.
30 Sosok Imam yang baik.
31 Tragedi pagi hari.
32 Berita murahan.
33 Suasana Kampus.
34 Teman laki-laki.
35 Jadwal Donasi.
36 Berikhtiar dan berdoa.
37 Harus Seimbang.
38 Menunggu.
39 Balas dendam terbaik.
40 Berbelanja.
41 Jajan tanpa bawa uang.
42 Bayar hutang.
43 Berusaha.
44 Nasehat dalam sebuah hinaan.
45 Endrosan.
46 Pertemuan tak terkira.
47 Takut jarum suntik.
48 Rencana ke Pesantren.
49 Perjalanan ke pesantren.
50 Serangan tak terkira.
51 Para bodyguard.
52 Kelicikan Alvero.
53 Calon kakak ipar tidak jadi.
54 Cemburu nya seorang istri.
55 Cemburu tandanya cinta.
56 Mendengarkan Ceramah.
57 Terkuak.
58 Pertemukan dengan Amora.
59 Kecaman untuk Amora.
60 Amora yang Malang
61 Belajar hadist.
62 Persiapan resepsi.
63 Walimah itu Sunnah.
64 Rencana Amora.
65 Nasehat untuk Amora.
66 Sudah seperti keluarga.
67 Banyak yang di pelajari.
68 Keluar kota.
69 Sepasang Insan yang berbeda.
70 Nasehat Vania.
71 Nasehat Azzam
72 Belajar memasak.
73 Mencintai karena Allah
74 Penyesalan Amora.
75 Bertaubat lah.
76 Menemui Vania.
77 Ustadzah Vania
78 Bantuan Azzam.
79 Ujian.
80 Tugas mendadak.
81 Bukan wanita baik-baik.
82 Rezeki adalah ujian.
83 Tidak bisa di hubungi.
84 Hembusan angin.
85 Prosedur pertanggungjawaban.
86 Fastabiqul khairat.
87 Menasehati Rosa.
88 Setiap kesalahan adalah sebuah pelajaran.
89 Persiapan keluar kota.
90 Melepas Rindu.
91 Kebersamaan itu indah.
92 Gadis Malang.
93 Jalan terbaik.
94 Tersedak angin.
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Terdampar di Pesantren.
2
Flashback; Amukan Warga
3
Orang tua, Vania.
4
Restu dari wali.
5
Suami Istri
6
Menguatkan.
7
Belajar saling mengenal.
8
Tekanan mental.
9
Bak sebuah obat yang pahit.
10
Harus berubah seratus delapan puluh derajat.
11
Menutup aurat.
12
Cinta.
13
Jodoh tak terduga.
14
Pulang.
15
Urusan mendesak.
16
Harus meringankan beban suami.
17
Akan berusaha menjadi istri yang baik.
18
Saling membantu.
19
Sepertiga malam.
20
Berkencan.
21
Keadaan di kantor.
22
Bodyguard berlebel suami.
23
Percekcokan.
24
Cahaya dalam gelap.
25
Menjaga kehormatan.
26
Penanda tanganan proposal.
27
Permintaan.
28
Di tinggal ke Pesantren.
29
Batal Wudhu.
30
Sosok Imam yang baik.
31
Tragedi pagi hari.
32
Berita murahan.
33
Suasana Kampus.
34
Teman laki-laki.
35
Jadwal Donasi.
36
Berikhtiar dan berdoa.
37
Harus Seimbang.
38
Menunggu.
39
Balas dendam terbaik.
40
Berbelanja.
41
Jajan tanpa bawa uang.
42
Bayar hutang.
43
Berusaha.
44
Nasehat dalam sebuah hinaan.
45
Endrosan.
46
Pertemuan tak terkira.
47
Takut jarum suntik.
48
Rencana ke Pesantren.
49
Perjalanan ke pesantren.
50
Serangan tak terkira.
51
Para bodyguard.
52
Kelicikan Alvero.
53
Calon kakak ipar tidak jadi.
54
Cemburu nya seorang istri.
55
Cemburu tandanya cinta.
56
Mendengarkan Ceramah.
57
Terkuak.
58
Pertemukan dengan Amora.
59
Kecaman untuk Amora.
60
Amora yang Malang
61
Belajar hadist.
62
Persiapan resepsi.
63
Walimah itu Sunnah.
64
Rencana Amora.
65
Nasehat untuk Amora.
66
Sudah seperti keluarga.
67
Banyak yang di pelajari.
68
Keluar kota.
69
Sepasang Insan yang berbeda.
70
Nasehat Vania.
71
Nasehat Azzam
72
Belajar memasak.
73
Mencintai karena Allah
74
Penyesalan Amora.
75
Bertaubat lah.
76
Menemui Vania.
77
Ustadzah Vania
78
Bantuan Azzam.
79
Ujian.
80
Tugas mendadak.
81
Bukan wanita baik-baik.
82
Rezeki adalah ujian.
83
Tidak bisa di hubungi.
84
Hembusan angin.
85
Prosedur pertanggungjawaban.
86
Fastabiqul khairat.
87
Menasehati Rosa.
88
Setiap kesalahan adalah sebuah pelajaran.
89
Persiapan keluar kota.
90
Melepas Rindu.
91
Kebersamaan itu indah.
92
Gadis Malang.
93
Jalan terbaik.
94
Tersedak angin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!