Orang tua, Vania.

Keadaan sudah semakin mereda, Vania hanya bisa duduk diam di antara orang-orang asing yang sukses membuat dirinya begitu menderita, bangun-bangun dari tidurnya tiba-tiba dia harus di nikahi lelaki yang tidak dia kenal bahkan saat mau kabur dari keadaan ini dia malah mendapati kekerasan dari warga sekitar.

Sungguh kesialan yang sempurna, hanya karena dia mabuk dan lepas kendali dia harus berakhir seperti ini, padahal kalau di lingkungan sekitarnya ini merupakan hal wajar, berpelukan dan berciuman adalah hal yang lumrah terlebih dalam hubungan berpacaran. Tak mengenal norma agama bahkan tak mengenal dosa, semua orang sudah menganggap hal itu tidak apa-apa.

Sekilas, Vania tersadar, ternyata begitu banyak dosa yang telah dia lakukan, namun saat mengingat kembali kejadian pahit ini dia begitu kesal, kenapa semua ini harus menimpa dirinya. Dia tidak mau, dia tidak terima jika harus menikah dengan lelaki yang tak di kenalnya, bahkan jelas tingkat keimanan mereka juga berbeda, lelaki yang kini duduk di hadapannya benar-benar bukan lelaki yang pantas untuk nya.

"Daddy, cepat kesini. Hanya Daddy harapan Vania." Dia hanya bisa memohon dalam hati. Berharap besar Daddy-nya bisa menyelamatkan nya dari orang-orang di sini, dia percaya dan berharap Daddy nya juga akan menentang keinginan mereka. Karena jelas orang-orang pesantren ini sudah kelewatan batas.

...***...

Sementara itu keadaan di Mansion keluarga Edward. Pak Edward sudah di buat kalang kabut, Vania yang tidak pulang semalaman bahkan tidak bisa di hubungi membuat dia begitu khawatir, dan saat jam sembilan pagi mendapat kabar dari Vania, dia malah semakin khawatir karena putrinya itu menghubungi nya menggunakan ponsel orang lain bahkan suaranya terdengar begitu ketakutan.

"Cepat Pak, kita langsung menuju Pesantren di ujung kota jalan simpang karya." ucapnya pada sang sopir yang akan mengantarkan nya, bahkan tak lupa dia membawa beberapa bodyguard, berjaga-jaga dia akan membutuhkan mereka jika Vania benar-benar dalam keadaan yang tidak dia inginkan.

"Loh, bukannya alamat itu begitu jauh, Pak." Pak Supri sampai kaget sendiri, bagaimana ceritanya nona muda nya itu bisa berakhir di tempat jauh bahkan sebuah pesantren, padahal yang dia tahu nona muda nya itu begitu manja dan nakal. Setiap keluar rumah pasti bersenang-senang dan berfoya-foya dengan teman sosialita nya, bahkan selalu di temani sopir pribadi nya yang selalu mengantarkan beliau kemana-mana.

"Jangan banyak bertanya, cepat jalan!" Edward tidak menggubris pertanyaan sopir nya itu, meski dalam hati dia juga begitu penasaran apa sebenarnya yang terjadi dengan putrinya, sopir Vania pulang seorang diri dan Vania tidak ada kabar jelas itu membuat nya frustasi, namun sekarang dia tidak ingat memperkeruh pikiran nya, sudah ada kabar dari Vania saja itu membuat hatinya sedikit lebih tenang. "Cepat, Pak!"

Keadaan di Mansion yang sama, di sebuah ruangan yang jauh dari perhatian para pelayan, Amora beserta ibunya terlihat begitu gelisah, kabar kalau Vania sudah memberi kabar membuat Amora begitu gundah.

Bahkan wanita yang merupakan adik sepupu Vania itu langsung menghubungi seseorang untuk memastikan sesuatu, "Heh Jasmine, apa kau yakin Vania tidak akan mengingat semuanya?" tanyanya dengan begitu gugup. Matilah dia kalau semuanya terbongkar begitu saja.

"Tidak akan Amora, tenang lah, orang-orang ku membius nya saat menculik Vania di toilet Bar semalam. Sudah jelas dia tidak akan ingat apapun apalagi dia sudah mabuk berat."

"Kau bilang tentang." Amora semakin kesal, enak sekali temannya itu menyuruh dia tentang padahal rencana mereka untuk menjebak Vania hancur berantakan. "Sudah ku bilang langsung saja jebak dia, kenapa harus membawanya ke tempat jauh. Kau bisa kan menyuruh orang-orang mu untuk membawa Vania ke hotel." 

"Aku tidak segila dirimu Amora, aku masih menyayangi diri ku sendiri, aku tidak mau berurusan dengan keluarga Edward. Kau tahu sendiri kan, semua hotel di kota berada dalam kekuasaan keluarga Edward, kalau membawa Vania ke hotel untuk menjebak nya, itu sama saja aku menggali kuburan ku sendiri."

"Aisst, dasar tidak becus." Amora semakin frustasi, rupanya salah besar dia bekerjasama dengan Jasmine bodoh yang tidak bisa di andalkan, "Lantas, apa yang terjadi semalam, orang-orang mu tidak mengirimkan foto apapun dan Vania menghilangkan tanpa kabar?"

"Saat efek obat bius nya menghilang, Vania terbangun dan efek obat perangsang nya mulai bereaksi membuat nya berteriak dan meronta ingin keluar mobil. Dan sial nya saat itu ada seseorang yang sama sama melewati jalanan itu dan menolongnya, orang-orang ku tidak mau menganggu resiko dan mereka semua langsung kabur."

"Assist sialan. Jangan sampai Vania mengingat semuanya, dia pasti akan memburu orang-orang mu. Kau tahu kan seperti apa Om Edward?" Amora hanya bisa menghela nafas berat, semuanya sudah terjadi, dia hanya bisa memperingati teman nya itu untuk menutupi kejadian ini rapat-rapat.

"Iya, aku tahu itu. Makanya sejak awal aku sudah menyuruh orang-orang ku untuk langsung pergi keluar kota bahkan ke luar negeri kalau mereka ingin hidupnya baik-baik saja."

Amora langsung mengakhiri panggilan itu, sekarang sudah sedikit lega meski dia tidak akan tahu kedepannya akan seperti apa. 

"Bagaimana Amora, semuanya baik-baik saja?" Laura langsung bertanya untuk memastikan, dia yang merupakan adik ipar dari pak Edward ikut khawatir dengan keadaan putrinya, persetan dengan apa yang akan terjadi dengan Vania, sedari awal rencana ini memang untuk kebaikan putrinya  agar bisa lebih unggul dari Vania yang selalu menjadi penghalang kebahagiaan putrinya.

"Tidak apa-apa, Mom. Semuanya baik-baik saja. Ayo kita ikuti Om Edward, kita tetap harus terlihat baik di hadapan mereka."

...***...

Mobil Pak Edward sudah memasuki pekarangan pesantren, dia langsung tercengang saat melihat keadaan sekitar, begitu banyak orang, bahkan beberapa mobil mewah terparkir di sana.

"Pak apa tidak salah Nona muda di sini?" Pak sopir juga sampai kebingungan, keadaan ini malah seperti suasana tegang di mana orang-orang berkumpul untuk melakukan demo, "Lihat Pak, bahkan sepertinya semua warga kampung sedang berkumpul di sini." tuturnya lagi.

"Diam kau, cepat turun." Edward malah langsung menarik kerah baju sopir nya itu, dia mempekerjakan nya bukan untuk menjadi penakut melainkan untuk menjadi tameng keluarga nya. "Ayo...!" Paksa nya lagi. Dia yakin Vania ada di dalam rumah yang ada banyak orang di sana. Karena Vania tadi mengatakan kalau dia ada di rumah pemimpin pondok pesantren yang bernama Hidayatul Mubtadi'in ini.

Edward melangkah dengan perlahan menuju rumah itu di ikuti sang sopir dan ketiga bodyguard nya, dan tentunya kedatangannya menggegerkan warga yang sedari tadi berkerumun di sana. Semua bertanya-tanya siapa beliau, tampangnya begitu bukan orang sembarangan bahkan tampangnya pun menyeramkan terlebih datang ke sana membawa beberapa pengawal.

"Dad- Daddy..." Vania sontak langsung berlari menghampiri sosok yang sudah dia tunggu, dia langsung memeluk Daddy-nya itu dan melupakan ketakutannya. "Vania takut Dad, Vania ingin pulang." lirihnya lagi tanpa melepaskan pelukannya.

Edward ikut sedih, hati orang tua mana yang tidak akan terluka melihat putri semata wayangnya bergetar ketakutan seperti ini, dia benar-benar tidak akan memaafkan orang-orang yang telah melukai putrinya ini. "Jangan menangis, sayang. Daddy di sini, kamu sekarang baik-baik saja."

Orang-orang di sekitar hanya bisa melihat itu, para warga saling berbisik, merasa kaget karena ternyata gadis yang berzina dengan Gus Afham semalam bukan wanita biasa, gadis ini sepertinya orang kaya dan terpandang dari cara mereka melihat orang tuanya.

Afham sendiri sesaat tertegun jadi ini orang tua gadis ini, mampukah dia meluruskan kesalahpahaman tentang kejadian malam tadi dan akankah ayah gadis ini akan memaafkan nya. "Ya, Allah. Mudahkan lah semuanya." Hati Afham sudah benar-benar pasrah, dia terima jika harus menikahi gadis ini, dia akan terima jika kedepannya cemoohan orang-orang akan terus di lontarkan padanya, ini jalan hidupnya, pasti ada hikmah di balik semuanya.

Setelah menenangkan Vania, Edward langsung melepaskan pelukannya untuk memastikan apa yang telah terjadi, begitu banyak orang, matanya kini mengitari setiap orang yang ada di dalam, sungguh pemandangan yang jarang dia lihat, setiap wanita mengenakan pakaian sopan dengan kerudung syar'i yang menyempurnakan keanggunannya dan  seseorang mengenakan pakaian Koko seolah menunjukkan kalau beliau ustadz di pesantren ini. 

Sesaat dia berpikir, jadi begini keadaan di sebuah pesantren, orang-orang benar-benar menjunjung tinggi norma agama bahkan begitu sopan saat memandang nya, matanya kini langsung melihat sosok lelaki muda di samping Pak Ustadz tadi.

Afham yang merasa tatapan nya saling bertemu dengan ayah dari gadis itu langsung mengangguk pelan, "Assalamualaikum, Pak. Silahkan duduk terlebih dahulu." tuturnya sembari menunjuk kursi kosong di depannya.

Edward sesaat tertegun, "Waalaikumsalam..." rasanya begitu kaku. Kata itu tidak pernah ia ucapkan kecuali saat ada meeting dengan salah satu rekan bisnisnya yang begitu ia hormati. Hanya rekan bisnis satu-satunya itu yang selalu ia percaya dan begitu jujur dalam bekerja, dia tiba-tiba jadi mengingat nya.

"Loh, Pak Ansell!"  Edward kaget bukan main, baru saja dia mengingat rekan bisnisnya ini, orangnya malah langsung ada di hadapannya.

Pak Ansell yang baru terlihat memasuki ruangan itu juga ikut kaget, "Pak Edward." panggilnya dengan seulas senyum, dia langsung menghampiri Edward dan menyalami nya ala rekan kerja yang sudah seperti keluarga.  "Saya tidak mengira kita akan bertemu di sini, ada perlu apa Bapak di sini?"

Mereka yang bercakap-cakap Afham dan Vania yang kaget. Vania sampai syok, kenapa bisa sang Daddy mengenal Ayah dari lelaki yang akan menikahinya. Begitupun dengan Afham.

"Masyaallah... Rupanya Abie mengenal Ayah gadis ini."

Terpopuler

Comments

ardan

ardan

lohhh ternyata, sahabatan yah bapaknya afham dan bapaknya vania ?

2024-03-12

3

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

Ho oh Babang Afham 🤭

2023-12-29

1

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚

Dan lebih tidak menyangkan lagi bakalan jadi Besanan 🤭

2023-12-29

0

lihat semua
Episodes
1 Terdampar di Pesantren.
2 Flashback; Amukan Warga
3 Orang tua, Vania.
4 Restu dari wali.
5 Suami Istri
6 Menguatkan.
7 Belajar saling mengenal.
8 Tekanan mental.
9 Bak sebuah obat yang pahit.
10 Harus berubah seratus delapan puluh derajat.
11 Menutup aurat.
12 Cinta.
13 Jodoh tak terduga.
14 Pulang.
15 Urusan mendesak.
16 Harus meringankan beban suami.
17 Akan berusaha menjadi istri yang baik.
18 Saling membantu.
19 Sepertiga malam.
20 Berkencan.
21 Keadaan di kantor.
22 Bodyguard berlebel suami.
23 Percekcokan.
24 Cahaya dalam gelap.
25 Menjaga kehormatan.
26 Penanda tanganan proposal.
27 Permintaan.
28 Di tinggal ke Pesantren.
29 Batal Wudhu.
30 Sosok Imam yang baik.
31 Tragedi pagi hari.
32 Berita murahan.
33 Suasana Kampus.
34 Teman laki-laki.
35 Jadwal Donasi.
36 Berikhtiar dan berdoa.
37 Harus Seimbang.
38 Menunggu.
39 Balas dendam terbaik.
40 Berbelanja.
41 Jajan tanpa bawa uang.
42 Bayar hutang.
43 Berusaha.
44 Nasehat dalam sebuah hinaan.
45 Endrosan.
46 Pertemuan tak terkira.
47 Takut jarum suntik.
48 Rencana ke Pesantren.
49 Perjalanan ke pesantren.
50 Serangan tak terkira.
51 Para bodyguard.
52 Kelicikan Alvero.
53 Calon kakak ipar tidak jadi.
54 Cemburu nya seorang istri.
55 Cemburu tandanya cinta.
56 Mendengarkan Ceramah.
57 Terkuak.
58 Pertemukan dengan Amora.
59 Kecaman untuk Amora.
60 Amora yang Malang
61 Belajar hadist.
62 Persiapan resepsi.
63 Walimah itu Sunnah.
64 Rencana Amora.
65 Nasehat untuk Amora.
66 Sudah seperti keluarga.
67 Banyak yang di pelajari.
68 Keluar kota.
69 Sepasang Insan yang berbeda.
70 Nasehat Vania.
71 Nasehat Azzam
72 Belajar memasak.
73 Mencintai karena Allah
74 Penyesalan Amora.
75 Bertaubat lah.
76 Menemui Vania.
77 Ustadzah Vania
78 Bantuan Azzam.
79 Ujian.
80 Tugas mendadak.
81 Bukan wanita baik-baik.
82 Rezeki adalah ujian.
83 Tidak bisa di hubungi.
84 Hembusan angin.
85 Prosedur pertanggungjawaban.
86 Fastabiqul khairat.
87 Menasehati Rosa.
88 Setiap kesalahan adalah sebuah pelajaran.
89 Persiapan keluar kota.
90 Melepas Rindu.
91 Kebersamaan itu indah.
92 Gadis Malang.
93 Jalan terbaik.
94 Tersedak angin.
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Terdampar di Pesantren.
2
Flashback; Amukan Warga
3
Orang tua, Vania.
4
Restu dari wali.
5
Suami Istri
6
Menguatkan.
7
Belajar saling mengenal.
8
Tekanan mental.
9
Bak sebuah obat yang pahit.
10
Harus berubah seratus delapan puluh derajat.
11
Menutup aurat.
12
Cinta.
13
Jodoh tak terduga.
14
Pulang.
15
Urusan mendesak.
16
Harus meringankan beban suami.
17
Akan berusaha menjadi istri yang baik.
18
Saling membantu.
19
Sepertiga malam.
20
Berkencan.
21
Keadaan di kantor.
22
Bodyguard berlebel suami.
23
Percekcokan.
24
Cahaya dalam gelap.
25
Menjaga kehormatan.
26
Penanda tanganan proposal.
27
Permintaan.
28
Di tinggal ke Pesantren.
29
Batal Wudhu.
30
Sosok Imam yang baik.
31
Tragedi pagi hari.
32
Berita murahan.
33
Suasana Kampus.
34
Teman laki-laki.
35
Jadwal Donasi.
36
Berikhtiar dan berdoa.
37
Harus Seimbang.
38
Menunggu.
39
Balas dendam terbaik.
40
Berbelanja.
41
Jajan tanpa bawa uang.
42
Bayar hutang.
43
Berusaha.
44
Nasehat dalam sebuah hinaan.
45
Endrosan.
46
Pertemuan tak terkira.
47
Takut jarum suntik.
48
Rencana ke Pesantren.
49
Perjalanan ke pesantren.
50
Serangan tak terkira.
51
Para bodyguard.
52
Kelicikan Alvero.
53
Calon kakak ipar tidak jadi.
54
Cemburu nya seorang istri.
55
Cemburu tandanya cinta.
56
Mendengarkan Ceramah.
57
Terkuak.
58
Pertemukan dengan Amora.
59
Kecaman untuk Amora.
60
Amora yang Malang
61
Belajar hadist.
62
Persiapan resepsi.
63
Walimah itu Sunnah.
64
Rencana Amora.
65
Nasehat untuk Amora.
66
Sudah seperti keluarga.
67
Banyak yang di pelajari.
68
Keluar kota.
69
Sepasang Insan yang berbeda.
70
Nasehat Vania.
71
Nasehat Azzam
72
Belajar memasak.
73
Mencintai karena Allah
74
Penyesalan Amora.
75
Bertaubat lah.
76
Menemui Vania.
77
Ustadzah Vania
78
Bantuan Azzam.
79
Ujian.
80
Tugas mendadak.
81
Bukan wanita baik-baik.
82
Rezeki adalah ujian.
83
Tidak bisa di hubungi.
84
Hembusan angin.
85
Prosedur pertanggungjawaban.
86
Fastabiqul khairat.
87
Menasehati Rosa.
88
Setiap kesalahan adalah sebuah pelajaran.
89
Persiapan keluar kota.
90
Melepas Rindu.
91
Kebersamaan itu indah.
92
Gadis Malang.
93
Jalan terbaik.
94
Tersedak angin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!