"Paman, Bibi. Ini hanya kesalahpahaman. Kalian percaya pada ku, 'kan?" Suara Afham sampai terdengar paruh, menundukkan kepalanya sembari bertekuk lutut di hadapan orang tua paruh baya itu untuk mengharap keadilan dan belas kasih mereka. "Aku tidak mungkin melakukan hal kotor itu, Paman." ujarnya lagi memberikan pembelaan.
Tragedi ini benar-benar bak badai besar untuk nya, semuanya di luar kuasa, niat hati ingin menolong dia malah terseret dalam arus besar yang menelannya dalam-dalam hingga masuk pusaran yang begitu menyesakkan. "Astaghfirullah. Ya, Allah. Ampuni kehinaan hamba sampai Engkau berikan ujian yang begitu berat." Kedua mata Afham sampai terpejam, dia hanya bisa pasrah, entah jalan apa yang akan Allah tunjukkan untuknya.
Bak tersambar petir, Ustadz Ali sendiri masih terdiam, termenung lemas menatap keponakannya sembari merangkul menenangkan sang istri; Alika yang masih terlihat syok dengan kejadian ini. Bagaimana tidak, di waktu sepertiga malam yang biasa orang gunakan untuk bermunajat, tiba-tiba gemuruh orang-orang kampung terdengar bising mulai memasuki pekarangan pesantren, menggegerkan semaunya.
Orang-orang bergemuruh mengacungkan obor nya, tak peduli meski kala itu gerimis menyelimuti membasahi pakaian dan tubuh mereka, mereka terus merajuk, memukul kentongan dengan begitu kencang seolah ada tragedi yang begitu mencengangkan, dan betapa kagetnya Ustadz Ali saat beliau membuka pintu rumah, sosok keponakannya tiba-tiba tersungkur di depannya dengan penampilan yang begitu lusuh.
Bahkan teriakan masa yang menyuarakan kalau Afham telah berzina bak tusukan anak panah yang menancap dalam hati. Itu tidak mungkin, Ustadz Ali lebih mengenal seperti apa keponakannya, meski penampilannya sekilas seperti lelaki berandal dengan polesan rambut pirang nya, tidak mungkin Afham melakukan hal kotor itu. Namun, hatinya bak kembali teriris, di kala matanya melihat sosok gadis cantik yang sama-sama di seret oleh warga, dengan busana mini bahkan sudah setengah terbuka.
"Berikan keadilan, Ustadz. Apa yang di lakukan Nak Afham merupakan hal yang hina. Kami semua tidak mau ikut menanggung dosa jika membiarkannya." Teriakan masa kembali terdengar, bagi mereka yang merupakan masyarakat yang berpegang teguh pada ajaran Islam dan tentunya itu juga dalam bimbingan Ustadz Ali, ini merupakan penghinaan yang besar. Sosok putra pemilik yayasan Ponpes ini, bahkan keponakan Ustadz pembimbing masyarakat di sini malah melakukan perlakuan kotor yang bisa berdampak buruk untuk semuanya. "Berikan hukuman yang setimpal, Ustadz!" desak masa dengan penuh amarah.
Ustadz Ali sampai semakin gundah, dia tidak bisa bertingkah gegabah. Terlebih dia harus menunggu Kakak iparnya, yang merupakan orang tua keponakannya ini. "Tenang, bapa Ibu semaunya. Biarkan saya bicara dulu dengan Afham. Kita bereskan masalah ini dengan baik-baik."
"Membicarakan apa lagi, Ustadz. Sudah jelas Afham telah berzina."
"Iya, Ustadz. Saya melihat sendiri keponakan Ustadz sedang berciuman dengan wanita itu. Bahkan wanita itu sudah hampir tak mengenakan busana."
"Astaghfirullah." Afham sampai tersentak, kesaksian bapak-bapak yang sedang meronda itu tidak lah benar, "Pak, semuanya tidak seperti yang bapak-bapak lihat. Saya benar-benar tidak melakukan hal itu." Ia hanya bisa membela diri, tapi percuma semaunya tidak ada yang percaya. Karena jelas sebagian apa yang mereka lihat benar adanya.
"Kau masih berani mengelak?"
Tubuh Afham seketika kembali tertekuk, hancurlah citranya di depan semua masyarakat, percuma dia terus membela diri, jelas dia memang telah berciuman dengan wanita yang tak di kenalnya itu, lebih tepatnya bukan berciuman, tapi dia di cium paksa, wanita itu yang tiba-tiba menarik dan memeluknya dengan paksa dalam keadaan tidak sadarkan diri bahkan tiba-tiba menciumnya dengan brutal. Dan sialnya saat ingin mendorong menjauhkan wanita asing itu, orang-orang yang meronda memergokinya, dan terjadilah kesalahpahaman ini. Dan sekarang dia tidak bisa meluruskan kesalahpahaman itu karena wanita sang pelaku utamanya sudah tidak sadarkan diri sejak tadi.
"Berikan mereka hukuman, Ustadz."
Teriakan masa kembali terdengar, Ustadz Ali hanya bisa menghela nafas, bagaimanapun sesuai yang para saksi lihat, apa yang di lakukan Afham salah, perbuatan yang tak terpuji bahkan melanggar norma-norma agama, dan sebuah dosa.
"Maaf, Afham. Paman tidak bisa berbuat apa-apa, kau memang salah. Bagaimanapun alasan mu, terima lah karena ini mungkin teguran untuk mu." Ustadz Ali langsung mendekat, perlahan membungkuk menyentuh kuda pundak keponakannya itu. Berusaha memberikan keringanan karena sepertinya apa yang di lakukan lelaki yang baru berusia dua puluh enam tahun ini belum melebihi batas sampai ke perbuatan yang lebih intim.
"Untuk meredam masalah ini, dan rasa tanggung jawab mu dengan apa yang telah terjadi, bagaimana kalau kamu menikahi gadis itu. Ini semua semata untuk menjaga Marwah kalian berdua." ujarnya memberi nasihat.
"Paman?" Afham sampai terperanjat. Apa memang harus berakhir dengan menikah? Dia bahkan tidak mengenal wanita itu sama sekali. Dan lagi sudah jelas wanita asing itu sedang mabuk-mabukan, haruskah dia menikahinya.
"Iya. Nikahkan saja mereka, Ustadz. Apa yang di lakukan mereka sudah mencoreng nama baik Pesantren. Menikahkan mereka adalah solusi yang terbaik." Teriakan masa kembali terdengar, biar kedua anak muda itu jera. Dan untuk kedepannya tidak akan ada hal serupa yang terjadi pada anak muda di luaran sana.
"Abie!" Suara Azzura tiba-tiba terdengar memanggil Ustadz Ali, yang merupakan Ayahnya. Dengan terburu-buru dia melangkah ke luar menghampiri Abie nya untuk menyampaikan sesuatu.
"Apa, Nak. Apa wanita itu sudah siuman?" Ustadz Ali langsung bertanya, pasalnya saat wanita asing itu pingsan tak sadarkan diri, dia langsung meminta putrinya yang merupakan mahasiswi kedokteran untuk merawat dan memeriksa keadaannya.
"Belum Abie." Azzura terlihat ragu-ragu untuk bicara, sesaat dia melihat keadaan Kakak sepupunya yang terlihat mengkhawatirkan, sekarang dia bisa mengerti dengan apa yang Kakak sepupunya alami tadi, dia percaya kalau Kak Afham hanyalah korban. "Bie, wanita itu terpengaruh alkohol dan obat-obatan, kemungkinan untuk bisa siuman sangat lama." bisiknya dengan ragu. Dan tentunya itu membuat Abie nya kaget.
Afham yang mendengar itu bahkan lebih kaget, dia sampai langsung mengangkat kepala nya menatap adik sepupunya itu. "Obat-obatan?" tanyanya memastikan.
"Iya Kak Afham." Azzura langsung mengangguk, sejauh ini itu yang dia ketahui setelah pemeriksaanya. Bahkan mungkin karena itulah wanita itu sampai pingsan tak sadarkan diri sampai sekarang, tubuhnya menahan keras rangsangan obat itu sampai terjadinya penyumbatan pada sel saraf nya, dan lagi konsumsi alkohol yang berlebih, menjadi pemicu utamanya.
"Astaghfirullah....." Afham sampai menghela nafas berat, siapa sebenarnya gadis itu, dan karena tragedi ini haruskah dia berakhir menikahinya. "Ya Allah. Tunjukkan lah kemurahan, Mu!"
Afham bukan ingin berburuk sangka ataupun melihat penampilan seseorang hanya dengan melihat sampul nya saja, tapi jika jelas demikian jauh dari kata baik, wanita asing itu benar-benar wanita yang jauh dari kata mengenal agama. Bahkan mungkin tidak seiman dengan nya, bagaimana bisa dia memperistrinya.
"Masuklah dulu ke dalam Nak Afham, bersihkan tubuh mu, biar Paman meredakan amarah warga, dan bibi mu akan menghubungi Bang Ansell."
...***...
Plak...... Sebuah tamparan keras mendarat di rahang Afham. Ansell yang merupakan sang ayah dari pemuda itu tak bisa mengendalikan emosi nya setelah mengetahui kejadian ini, dia benar-benar murka pada sang putra membuat keadaan di dalam rumah menjadi begitu mencekam. Tak habis pikir, Ansell benar-benar malu sendiri melihat tingkah putra pertamanya ini.
"Abie..." Suaranya begitu paruh. Afham hanya bisa menahan rasa sakit, lebih tepatnya bukan menahan sakit akan tamparan itu, melainkan menahan sakit akan kekecewaan sang Abie dan Ummi nya dengan apa yang menimpa nya. "Maaf, Bie, Ummi." ucapnya lirih.
"Kau pikir ini bisa selesai dengan kata maaf!" Suara Pak Ansell kembali menggema, dia benar-benar kacau, antara kecewa dan kasihan. Dia hampir kehabisan kata-kata bagaimana harus menyikapi kejadian ini.
"Habib, tentang lah." Aisyah mulai bicara, air mata yang hampir saja terjatuh melihat keadaan putranya kini dia seka, dan langsung menghampiri sang suami untuk menenangkan nya. Iya, dia juga terpukul dengan keadaan ini, tapi tidak harus terpuruk dan berlarut-larut, semua ada jalan keluarnya, semua ada cara untuk memperbaikinya.
"Habib, manusia tempat salah, namun ada jalan taubat untuk membersihkan segala kesalahannya. Jangan terlalu marah pada Afham, dia memang berbuat salah, tapi dia akan bertanggung jawab atas semuanya."
Iya, hanya itu yang bisa Ummi Aisyah lontarkan, tidak akan ada suatu masalah yang berat jika kita menghadapi semuanya dengan lapang dada, kembalikan semuanya dengan hati ikhlas karena yakinlah skenario Allah lebih indah dengan sebuah hikmah yang ada di balik semuanya.
"Astaghfirullah...." Pak Ansell hanya bisa menghela nafas panjang sambil memijat pelipisnya, benar kata sang istri, di pikiran seperti apapun kalau hanya mengikuti amarahnya semua masalah ini tidak akan mendadak berubah menjadi baik-baik saja. "Gus Ali, mari kita bicara. Ajak juga para tokoh masyarakat untuk berunding bersama."
Para orang tua lelaki sudah pindah ke ruangan lain, di ruangan itu kini tertinggal Ummi Aisyah, Bunda Alika, dan Azzura yang tengah melihat sosok Afham.
Ummi Aisyah langsung mendekat, duduk di samping putra nya itu dan perlahan memeluknya, "Kau, seorang lelaki. Kau pasti lebih kuat dari Ummi, Nak " ucapnya berusaha menghibur perasaan sang putra. Dia yang lebih tahu keadaan putranya, Afham akan begitu terpuruk jika sang Abie kecewa kepada dirinya.
Pasti sulit, di saat pandangan orang-orang begitu memojokkan nya, bahkan sedikit pun tak percaya padanya, Afham juga harus menerima kemarahan sang Abie yang begitu di hormati nya.
"Tak apa-apa, Nak. Disaat kamu merasa lelah dengan semuanya, rasanya ingin menyerah. ingatlah selalu. 'Lā yukallīfullāhu nafsān illā wus'ahā' Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."
"Terima kasih, Ummi."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚
Masukin ke List Faforit lah 🤭🤭
Semangatty thourrr akuhhh pembaca setia si Abie Ansel dulu 🤭 & sekarang aku akan jadi pembaca anak dari si Abie Ansel 🤭🤭 klok iya Ansel yg dulu tuu 🤭🤭 Kopi sama Vote udah tak kasi buat si Afhan 🤭
2023-12-29
5
🦋⃟ℛ★🦂⃟ᴀsᷤᴍᷤᴀᷫ ★ᴬ∙ᴴ࿐❤️💚
Pak Ansel?????
apa jangan² Afham ini anak nya Ansel yg cerita jadilah Tulang Rusuk ku kak??
si Ali itu kan yg mau lamar si Aisyah dulu kan?? tpi si Aisyah malah memilih Ansel 🤔🤔
Affa iya yaaaa sambungan cerita Babang Ansel sedingin Es dulu yaa 🤔🤔 rada² karna udah lama bingitzzzzz 🤭🤭🤭
2023-12-29
0