Ada golongan yang seagama tapi ritualnya berbeda itu pengaruh dari adat turun temurun. Perputaran kehidupan alam berputar normal dan tak terasa begitu cepatnya malam yang kembali lagi menjadi pagi.
Yang orang-orang sibuk dengan kesehariannya "Berangkat sekolah Dek" Ila menggoda "Orang-orang keluar jam? " Adik terlihat baik-baik saja "Lihat nanti" Ila sambil menaruh benda-benda ketempat yang seharusnya. "Jemput aku yah kalo gitu... " kata Adik dengan melambaikan tangannya.
"Mau yang crunchy" Ila mendekati Abrisam yang duduk didekat kolam dan menikmatinya bersama. "Bapakmu mana? " tanya Abrisam agak merasa bosan. "Gak tahu... Adanya Kakak" ujar Ila.
"Pesen apa? " Mas Bri masih bertanya soal Bapak "Pertanyaanmu lebih condong ke Bapak atau Kakak" Ila memang tidak mengerti "Bapak pas mau keluar tadi" Mas Bri menambahi "Gak ada... " gitu aja jawaban Ila yang tidak mau merepotkan.
"Pembalut apa kamu ada La? " Ibu muncul tiba-tiba "Loh bukannya Ibu sudah manapous, ada sih" dan ganti Ibu yang duduk sedangkan Ila mencarikan di kamarnya.
Kemudian.......,
"Ibu mungkin aja mau milih" dan Ila membawakan yang dia punya.
Sepabrik kali dibeli Ila hehe.. Namun saat didekat pintu dia mengurungkan inisiatif dari apa yang dibawa "Apa aku pilihin saja, biar cepet" dan oleh Ila ditarulah di keranjang samping tembok yang ada, "Dah gak kelihatan" sambil menepuk dua tangan mengibaskan debu. Ibu terlihat senang sekali, begitu manis saat bersama menantu.
"Buat Ibu yang natural" kata Ila memilih yang tak bersayap, pasti gak sederas masa mudanya dulu. Tiap mau maju melangkah entah keganjalan apa yang sedikit menahan Ila ingin mundur tapi kalo Ibu sadar malah memanggil ketawa. "Udah ketemu ya... Sini Ibu lihat" kata Ibu memeriksa.
"Bagi-bagi ke acara seminar Ibu-ibu kampung, kebetulan aku jadi panitianya" kata Ibu tersenyum berhasil. "Ooohhh... " Didekatin Ila yang merebut kembali dua lembar pembalut sambil membayangkan. "Heh mikir apa kamu? " kata Ibu " Rasanya Aneh" kata Ila bingung.
Kemenangan ada pada ibu yang mempropokatori anak muda hidup sehat tepat melalui semangat ibu-ibu meramaikan kampung. "Buat contoh aja, sama orang-orang buat ide seperti ini" Ila tercengang heran.
"Ada sih" kata Ibu gak jelas "Yang dimaksud apa sih" Ila menirukan gaya ibunya. Dan Ibu pergi begitu saja, setelah tak terlihat Ila segera masuk kedalam rumah. "Bentar ya Mas" Ila yang bilang dan Abrisam cukup mengangguk.
"Makasih Ibu, ekonominya anak muda jadi terbantu dan banyak aspek yang menguntungkan" Ila bergumam membereskan apa yang disembunyikan. Mana mungkin juga Ibu bereskan semua segera kan agenda dalam keluarga sedang padat. "Bantu Ibu nanti aja ah" ujar Ila melengkapi kebutuhannya sendiri.
"Bukan lebih, ini cuma koleksi-koleksi masa dulu sekitar lima bulan yang lalu jadi ngumpul" Ila bergumam sendiri di kamarnya yang sepi banget. Menengok suaminya dari jendela kamar atas, kasihan dia sendirian.
Sama dari tempatnya menata sampai Ila sendiri tertidur di pagi senyap.
***
"Orangnya kemana? " Abrisam masih menikmati ketenangan ditempat duduknya walau mulai mendengar keraimaian kedatangan gerombolan ibu-ibu yang jumlahnya sekitar tujuh orang. Sampai Kakak yang datang "Ila mana? " menatap Abrisam sinis.
Tapi dengan santainya "Di atas mungkin" Kikuk Abrisam kaget. Padahal kakak cuman lewat duduk sebentar "Eh... Iya" Kakak teringat banyak hal dan segera menemui Ila di kamar mengetuk pintu.
"Sama aja, daripada gak kekunci" Kakak langsung masuk seenaknya "Ehhmm" Ila meregangkan tubuhnya tanpa sadar "Oh tidur, La... La... " dan duduk disampingnya sekaligus membangunkan dengan ponselnya sampai terbangun perlahan, merasa aneh membuka satu matanya terlebih dulu. "Hah Ada apa? " seketika punggungnya berdiri tegak.
"Anjingnya tetangga sebelah nyari kamu" kata Kakak dengan tampang seriusnya "Yang benar? " Ila panik merasa disana memang ada salah satu temannya. Sedikit basah pula di tepi bibir Ila sampai Kakak terkesima "Alias" masih memancing "Apa? " Ila bingung. "Bapak kemana? Aku mau ke gudang gak ada kuncinya... " kan Kakak nyebelin.
Persis sama Bapak selalu merepotkan dalam urusan pencarian "Buat apa? " tanya Ila yang merapikan kerudungnya di depan cermin "Mau ambil linggis" singkat Kakak "Ya itu ke Mas Bri sepertinya tadi pagi habis kesana" Cerewet Ila "Oh yaudah kamu jangan takut, dibawah lagi ada tamu" sedangkan Kakak bergegas menemui Abrisam sedangkan Ila masih terpaku panik "Gawaat" ada para Ibu tetangga.
"Princess Ila gak boleh keliatan norak" melebarkan senyum di depan cermin. "Beneran ada... " Ila melihatnya dari kejauhan.
***
"Udah bertemu dengan Ibu" Ila menyalami semua tamu gugup "Udah disini aja tahu kog... Jika kamu repot kami malah gak enak" ucap ramah ibu-ibu itu. Lantas ila bergabung sejenak sedikit mengobrol melayani mereka. "Kami seneng bisa ketemu Nak Ila" kata si Ibu tetangga begitu "Aku juga senang untuk anda" Ila menamani sambil menunggu Ibu.
"Tau jangan ikut-ikut nanti capek kamu" termasuk komentar salah satu dari mereka tak lama Ibu pun muncul dengan asistennya berikut es buah yang manis segar sekali. Mulai deh semacam rapatnya, Ila sedikit lupa "Bukannya Meet Up untuk besok ya... " gak tahu deh Ila pun melewati mereka dengan sopan.
Lolos pantang menyerah ahirnya keluar juga dari gerombolan Anjing yang hendak menggogong, Ila hanya menirukan kakaknya. Menuju ke Abrisam "Oh iya...Mau bantu kakak" dan putar balik "Kemana ya..." tahunya kembali menyimak di kursi paling pinggir yang terpisah. Pergi lagi untuk berpindah...
"Happy duluan... Sampai besok" Ila tidak keberatan sampai menuju ke sebuah ruang yang terbuka melihat penasaran "Siapa yang duduk di kursi itu... " mengingat mungkin Bapak. Namun semakin dekat orang itu malah tidak ada mendadak menghilang... "Tu kan aku halusinasi lagi" Ila menyentuh diantara dua ujung mata dan jidat.
Halloween Day, sedikit lebih tersadar dengan notifikasi yang ada dari ponsel. Eh ada Kakak mengagetkan meski baru masuk dari pintu luar "WAA" dengan bawaan beratnya. "Kakak.. Hhuuh" Ila greget "Buat coba-coba" ujar Kakak supaya Ila tak banyak bertanya.
" Yaah capek ya... " Ila menerima dengan menertawakan. Membuat Ila berfikir lagi berati Mas Brisam udah santai lagi dan menunggu "Aku ke sana Kak, barangkali Ibu nyari" kata Ila tergesa. Jempol cukup diacungkan untuk Ila.
"Denda yang menghantui" Kakak kembali mengecoh perasaan Ila agak percaya. Sampai disana, Abrisam sudah tak ada. Kecuali Ibu yang memanggil "Ila masih banyak yang perlu dilakukan Nak... " dan Ila yang mendengar yah apa boleh buat "Mas Abrisam meninggalkanku" wajah sendu Ila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments