“Memang cowok suka nipu” Ila yang sebel didepan suaminya, tapi Abrisam tetap saja sabar. “Kursi dan meja awaslo..” kata Abrisam memperingatkan tahu kaki istrinya kebentur meski pura-pura gak kenapa-kenapa udah dari sananya cemberut.
Orang ndak faham juga apa maunya si istri, “Buat apa itu Mas?” Tanya Ila terpengaruh “Lagi telpon Ayah Idris katanya gak bisa ikut, jadi lita siapkan semua sendiri” toh Abrisam tadinya salah pencet, senyumnya terlihat sombong “Asyik” kata Ila keceplosan.
“Itu siapa yang bilang?” Tanya Ila agak lupa dengan keselnya “Ayah sendirilah..” Abrisam yang datar dan berdiri di dekat jendela. Yang tak sedia lebih ke Ilanya sampai-sampai Abrisam usil “Aku tidur duluan…awas jangan ganggu-ganggu” ungkapan Abrisam itu membuat Ila sejenak berpikir. “Gak ada apa-apa juga” sungut Ila menyergap Abrisam yang hendak berselimut di ranjang.
Sesuai perkiraan Abrisam bahkan menyembunyikan senyumannya, namun Ila nya malah bangun “Oh, aku minum obat dulu masih ditas” meninggalkan ruang kamarnya. Yang ada Ila tertegun, Mbaknya emang masih ada menonton TV bemesraan dengan suaminya, hehe ganggu bentar “Misi-misi” kata Ila melewati sekedar mencari tas kecilnya.
Dengan apa yang didapat setelah itu Ila malah berbelok ke kamar mandi, rasanya Mbak sempat mengawasi “Eh saat menempati kediaman baru apa Mbak pernah merasakan hal aneh?” ujar Ila saat berbalik kea rah saudaranya.
“Yang aneh kamu aja kali, setting your mind positively” saran Mbak yang tertawa cemas. Meski biasa Ila mengalihkan perasaannya dengan membuka akun dan password social media, gayanya yang menunduk juga piama yang dikenakan beserta jilbab ceruti yang simple, menengadah di depan pintu tercegah dengan memiringkan kepalanya sendiri amat dalam penglihatannya, sekedar tulisan kata tergores perlahan berwarna merah terbalik membuat Ila susah membacanya.
Dihubungi seseorang lewat dering pesan sebuah aplikasi, tangan Ila bergetar tersedar “Heh…apa ya barusan” Ila mengucek-kucek matanya menyentuh lapisan pintu tadi tadinya bercahaya sekarang biasa saja, sliding door berwarna putih.
“Kalau gak ada air tombolnya dibalik badan kamu La” seru Mbak melihat sendiri suasana dramatisi seorang Ila “Kenapa La? Gak suka apalagi…” tambah Mas ipar yang sudah bosan denger komentar Ila. Tapi tak mau mendengar dan mempercepat apa yang sedang dibutuhkan, masuk Nampak aman satu dua tiga menit sudah kembali ke kamar.
Temannya Ila sudah tidur lelap rupanya, sayangnya dengan posisi menyingkur Ila yang baru datang pun jadi ikut membelakangi masih merasakan suasana sesuatu yang tidak enak. Apalagi kalau sampai suami istri sedang sama sebel, Ila yang mulai terpejam ingin membalikkan badaannya yang dilihat jenjreng bukan Abrisam disebelah tapi sosok berbusana putih dengan kuncung dikepala //Deg..Pocong menatap perjelas raut cacat// aaaa Ila segera bangun mlepas kantuknya meraih pundak sosok yang didepannya egh kebalik seharusnya di dorong “Apa Cuma rambut ya..ini orang bener ga sih” gumam Ila.
“Konglomengrat ituh…huftt” Ila mengecek apa jangan-jangan pocong itu pindah tempat didepan suaminya, syukurlah tidak ada sedangkan suaminya yang berkedip-kedip dan menguap pun mengangkat suara beratnya “Apa kamu ga minta?” kata Abrisam sambil menarik lengan Ila sampi jatuh terlentang “Buk” tepat di bantal melek menghadap ke atas.
“ Dia gak ada” gumam Ila meyakinkan hati untuk menolak pikiran buruk, berasa lebih tenang berada dipelukan Abrisam tanpa melirik sedikitpun, masih tegang. Raba-raba ponsel gak kena… “Ah udah ah” merem deh Ila.
***
Juga gak suka yang dingin-dingin kalu pas pagi, “Kan beda kali sama yang seger” kata Ila yang ngobrol sama Mbak. “Gak perlu banyak bawaan” ujar Abrisam yang tak sengaja mendengar bahasan kedua wanita.
“Temannya siapa?” singgung Mbak mengenai acara yang akan didatangi Abrisam juga “Itu lo Mbak, yang gak jauh paling tiga kiloan” ungkap Ila “Oo..Ada kenalan orang sini juga to dek” kata Mbak yang disusul Mas Ipar “Kalau gitu Ibu biar aku aja yang antar, biar kamu gak bolak balik” bantuan dari Mas Ipar pun datang “Hmm..Yah” Abrisam setuju melihat respon Ibu mertuanya yang butuh cepat dan terserah.
“Guru ya…Sama dong profesinya sama akuh” kata Mbak tersadar. Ilanya malah sibuk chattingan sama Adik “Bentar-bentar jadi gimana nih?” pikiran yang semerawut membuat Ila gak konek dan yang bisa jelasin ya si Mbak.
“Dia, maksudku Abrisam berangkat sekitar jam?” Mbak masih menanyai untuk menyimpulkan “Tanya tuh orangnya…” tunjuk Ila “Kenapa? Jam sembilanan aku juga barusaja konfirmasi” kata lugas Abrisam “Yah kamu berdua aja sama suamimu” kata singkat Mbak.
“Juga nanti aku susul kerumah setelah Adik pulag sekolah” Tambah Mbak menerangkan “Terus…” Ila masih perlu satu poin lagi “Aku kan mau ada tes, jadi Ibuk barengan sama Mas Iparmu pake mobil” bla bla bla karakter Mbak yang peduli.
“Yah any profesion” dan Ila yang mengagumi kegiatan saudaranya “Mbak kalau gak telat, bareng saja sama kita” kata Abrisam menawari. “Nah heem…gak gila apa Mbak motoran sendiri sampai kita biarin” Ila turut menegaskan sungkannya.
“Status awal pake mobil, baliknya…?” dan begitu deh Mbak menolak penawaran Ila. Sedangkan para balita sama ikut dengan neneknya yang berangkat lebih dulu. “Guru apa Mbak?” Abrisam yang sudah di kursi depan masih bertanya ragu.
“Partikel-partikel apa kamu ingat materi itu?” ujar Mbak yang hendak melepaskan tamu-tamunya tapi masih ada Ila yang didalam, berjalan dari belakang menghampiri “Mbak, mitos apa fakta kalau kedatangan orang baru sampai dihantui penghuninya itu artinya ada penolakan?” pertanyaan Ila sedikut menyenggol hati kesepiannya Mbak.
“Apapun yang kamu rasa aku tidak bisa memastikan, apa kamu sakit?” sekedar itu yang disampaikan Mbak secara bijak. “Mbak..” Ila menatap polos dan memegang erat lengan Mbaknya “Aku bareng aja deh…” segera mengambi barang-barangnya ternyata ketularan takut bahkan Ila menertawai Mbaknya.
“Akan ada solusinya…” kata Ila saat Mbak membuka pintu mobil. “Bergaya ala dompet aja..” kita berempat sama tertawa didalam, membaur dan memikirkan apa yang selanjutnya dilakukan. Karena memang tidak sesuai ekspetasi tapi setara “Yang bener sih la..kamu lihat apa aja?” ujar Mbak pas keluar.
Dan berpisah “Kamu crita apa sih La, sama Mbaknya sendiri kog gitu” Abrisam yang gak enak bermaksud menasehati Ila kekasihnya “Ya dia percaya aja, kan lumayan juga daripada sendirian” kata Ila masih dengan gelak tawanya.
“Karena nakal itu harus ada batasannya” tutur Abrisam menegaskan lagian gak enak juga sama Pak Supir suaminya ustadz kog istrinya sembrono “Batasan yang seperti apa?” Ila bertanya “Ya…sesuai ajaran perintah dan larangan dalam agama” lebih tepatnya seperti itu menurut Abrisam “Dan itu berjalan tak sama seperti minyak yang licin kan Mas” meskini begini sifat Ila Abrisam tetap setia.
“Dan air yang mengalir pasti bisa menyesuaikan dengan tempatnya” susulan keterangan Abrisam dengan sarapan kecil seperti biasanya. “Mas temenku, sepertinya juga ada yang datang, aku jadi bisa bertemu dengannya nanti” yang dulu sempat Ila sebutkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments