“Tes buta warna” kata Mbak di hari yang super banyak hal untuk dilakukan “Hah” Ila yang bersandar di kursi empuk ruang keluarga agak bermalasan. “Ya kali La, Tes CPNS lah…” Mbak nya becanda doang “Emang belum ya…” Tanya Ila lupa “Sudah tapi belum sukses” ujar Mbak.
“Buat apa itu?” Ila memperhatikan kakaknya sedang merapihkan barang ke dalam kardus. “Selama ini kamu kemana saja adikku” katanya Mbak pada Ila. Sedangkan Ila cuma menggendong keponakannya yang memegang ponsel.
“Novel tentang cowok kurang ajar” Ila bergumam menemukan satu buku yang diluar kerdus. Jujur Ila memang sedikit lupa tentang aktivitas kebersamaan dengan saudara-saudara sebelumnya, tentang apa saja yang dimainkan kakak dan adik.
“Duet apa sih ini” Si Adik telat lagi pagi ini. Cewek terahir yang lemot juga kalau mengerjakan sesuatu, “Belum mandi ya…” kata Ila “Hehe nih baru akan…lagian aku sekolah kokk…daaahh” si Adik yang mempercepat langkahnya palingan juga nebeng berangkatnya.
“For our bussines, I need you to do something” si Mbak transparan banget tujuannya. Bikin ila greget “ Mbak…anak kamu tak bubut mimic dot yang baru yah…” dan Ila menuju dapur untuk melakukan sesuatu itu. Yang seperti ini adalah suasana yang mungkin terjadi setelah kelahiran anak Silvi nanti.
“Our beauty secreets” ibunya pun membawakan bingkisan dan sedang senyum-senyum bersama Mbak, Ila melihatnya dari kejauhan. Ila juga pakek, jangankan mau tidur nyenyak buat berdandan aja perlu satu set, jadi cewek itu agak ribet dan rajin adalah sifat utama yang perlu dimiliki.
“Times to picnic” berpapasan adik tepat didekat ibuk dan Mbak, orang memang bebas bercerita seperti suasana hatinya, biar senanglah misal sekolah disamakan dengan piknik Ila pun tetap diam-diam asik dengan anak Mbak yang lucu menggemaskan.
“Aku bilang ke Mas Abrisam dulu untuk menyiapkan mobilnya” kikuk Ila “Emmm..ndak usah aku bawa mobil sendiri tadi” kata Mbak menolak “Ooh…aku kedepan dulu kalo gituh” masalahnya Mas Abrisam akan lebih baik tetap berjaga-jaga daripada gak muat.
“Asisten maksudku kog adanya Pak Supir, Mas Brisam dimana yah?” Ila menengok dari jendela menemui seseorang. “Nah Pak Sarapn dulu sebelum nyetir, orang-orang masih siap-siap” kata Ila ke orang yang ditemuinya. “Ya Non tadi saya lihat suami kamu” kata supir itu meringis terhibur oleh si balita dalam gendongan.
“For Breakfast you can go to kitchen, and take what you like I want to meet Abrisam first” Ila menjeleskan ke Supirnya yang cerdas. “Abrisam mana ya…” Ila mencoba memanggilnya via call yang Ila rasa sedang tidak berada di kamar.
“Hour see on your watch!” Ila dari kejauhan mengisyaratkan itu setelah lantang menyeru. Waktu itu Abrisam sama Bapak di dekat kolam, tentu Abrisam tahu bagaimana cara membaca angka dalam satuan waktu “Pukul 06.35” Abrisam juga mengisyaratkannya dengan jari-jarinya yang putih.
“Kamu ke sini bentar” Ila samar-samar memanggil “Kamu aja yang kesini, ada Bapak” Abrisam yang senyum berusaha sopan. Saat baru saja berdiri bapaknya bilang “Kenapa kamu? Karena gak suka Koran” tuh kan Bapak tersinggung lagi hehe.
“Berikan saja padaku” Abrisam yang kembali duduk memulai pembicaraan dengan sebaik mungkin “Semua tidak masalah” ujar Bapak menoleh ke kanan melihat ada anak perempuannya Ila. Bagi Abrisam sendiri “Mesti aka ada kisah atau berita, persaingan adalah kewajaran meskipun berdakwah by speech atau liputan media masa” komentar Abrisam mengenai presepsi Bapak mertua.
“Duniamu bukan untuk bermain saja, kau harus waspada bahwa tidak semuanya teman” nasehat Bapak ke menantunya. “Hello, Bapak ini pacar aku kesayangan yang mau kuajak mampir ke rumah Mbak” ahirnya Ila juga yang mengalah mendatangi Abrisam. “Silahkan saja, tapi Bapak ndak ikut” ujarnya tegas.
“Untukku kepercayaanmu” tutup Abrisam bersalaman sekaligus berpamitan. Termasuk yang membuat Abrisam semakin rekat dengan kekasihnya adalah Bapak. Begitu banyak yang valid dari uraian perjalanan hidupnya 11-12 dengan Ayah Idris.
“Sudah siap semua, barangkali Mas ambilin tas kecil yang dikamar hehe aku tunggu di ruang tengah” Ila menciumi pipi suaminya untuk meninggalkan. Hidup normal dan sedikit pertikaian disinilah tempat yang membuat Ila merasa tenang bersama keluarga aslinya.
***
“Lama sekali kamu, ibuk sudah dimobil” kata Mbak yang baru masuk bermaksud mencari anaknya. “Loh ibuk juga ikut, nah itu Adik sudah rapi” kata Ila sambil bengong dari pupil matanya yang melebar gugup. “Hemmm…tumben wangi” bersalaman dan Adik mendahului keluar.
“Gak usah bedakan lagi, kan gak kemana-mana” Mbak tersenyum pada Ila, Abrisam juga langsung lewat begitu saja. “Buk aku sama Mbak Ila ya…” kata adik yang memancing omelan ibuk “Sama siapa?” ujar Ibuk dengan tatapan yang menyeramkan.
Di save sama ibuk adalah kemudahan. Anugrah yang terkadang membuat Kakak iku tenang meski tidak ikut karena ada saja kesibukan yang dikerjakan bersama Bapak. Atau siapapun itu mencoba untuk bertahan pada satu konsentrasi, itu laki-laki.
“Kamu ada dirumah sini, terus di sekolahan cuti berapa minggu” kata Ila yang memasuki mobil dengan bernafas lega bisa menjadi yang tercukupi. “Soal itu sadah aman, cuman aku belum ngucapin selamat ke Mbak” sungkan Abrisam “Ucapin aja nanti, kalau udah tahu tempatnya Mas” Ila mendekati cermin untu membenahi jilbabnya.
“Apa desa X itu sepertinya lebih dekat dengan alamat Mbak daripada rumah, bener gak Pak Supir?” Tanya Abrisam ragu “Ya enggak, kalau desa X itu besok gak sampek ke jalan alamat Mbak sudah belok, nanti tak tunjukin arahnya” kata Pak Supir.
“Gak ngerti aku, jadi bener besok ada undangan ngisi di acara resepsi?” Tanya Ila pada suaminya yang dikira hanya guyonan. “Acara apa, orang temen kuliah…tapi sudah memastikan jadi okein saja” menurut Abrisam.
“Jadi nanti, kamu nyantai-nyantai aja Mas…kan ini aku maen sekaligus mau nemenin Mbak dan biar kamu tahu seperti apa?” ungkap Ila pada kenyataanya. “Kok berhenti mobil Mbak” kata Abrisam “Ooh..Nganterin Adik itu lo” ungkap Ila realistis.
“Kuliah apa gak capek Non” Tanya balik Pak Supir, sebab menurutnya istri mah nyantai aja pasti ada suami yang ngajarin. “Manusia hidup itu mesti bekerja, tubuh kita ini ibarat mesin yang akan selalu digerakan sesuai batas umur kalau capek itu lumrah, kan sama” menurut Ila. “Ya beda lah Non” Pak Supir gak setuju tapi kalau suami udah ngijinin ya kenapa orang lain harus ikut campur.
“Secara online Pak, lagian Ila capek dirasakan sendiri yang seyogyanya lebih tahu kapan memberi peluang dirinya untuk menjadi lebih relax. Pusat mesin maksudnya otak itu dikerjagan juga dijaga” begitulo maksudnya Abrisam. “Lebih banyak untungnya juga kalau bisa kuliah, itu ngelihat adaptasi lingkup keluarga Mas Abrisam” lanjut Ila menjelaskan keinginannya. “Bensinnya masih ada Pak?” teliti Abrisam yang cukup direspon dengan senyum dan nilai pekerjaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 241 Episodes
Comments